NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ide Busuk yang Mahal

Selepas mereka keluar, langkah kaki pria berpakaian jas itu terdengar menghilang, namun aura canggung masih tertinggal di udara. Di depan pagar, Nehara baru saja datang, dan langsung berpapasan dengan pria itu—ayah Alsid—dan seorang perempuan muda yang berjalan setengah langkah di belakangnya. Nehara hanya melirik singkat, tidak menyapa. Sorot matanya terlihat sinis dan angkuh, seperti mengatakan bahwa ia tidak peduli siapa mereka, meskipun ia tahu siapa mereka. Ia melangkah tenang, masuk ke pekarangan kosan dan mendapati Demian berdiri di ambang pintu.

"Mana si bego itu?" tanya Nehara, langsung tanpa basa-basi.

Demian menyambut dengan anggukan kecil. "Masuk aja. Di kamar. Lagi drama Korea sama dirinya sendiri."

"Drama korea?"

Demian menoleh singkat. "Tadi itu orang tuanya, dan mereka berantem lumayan panas. Intinya orang tuanya mau bawa Alsid pulang, tapi dia gak mau. Terus masuk kamar dan banting pintu." jelas Demian.

Nehara menyeringai malas dan melangkah masuk. Ketika sampai di depan kamar, ia mencoba membuka pintu. Terkunci.

Demian menatap heran. "Kok bisa kekunci? Masa' iya dia ngambek sampe kunci pintu? Terus gimana cara supaya dia bukain pintunya?"

"Lupa ya gue siapa? Gue kan punya duplikat kunci semua kamar. Nyokap yang pegang semua, dan gue anaknya," balas Nehara santai, sambil mengeluarkan kunci kecil dari gantungan tasnya dan memutarnya. Klik. Pintu terbuka.

Demian menatap curiga. "Kamu bisa masuk sesuka hati kesemua kamar begini? Lagipula kamu cuma bawa satu kunci dan itu milik Alsid, apa kamu sengaja menyimpannya untuk pribadi?"

Nehara menatap datar. "Lagian gue gak napsu ke kalian berdua. Meski gue simpan kunci kalian pun gak akan gue apa-apain. Ini jaga-jaga, takut kalian mati mendadak karena sakit magh."

Demian meringis. "Jahat banget omongannya."

Pintu terbuka. Di dalam, Alsid terduduk di lantai dengan sebuah pena dan kertas yang penuh coretan tinta hitam. Wajahnya tampak frustasi dan tidak nyaman. Baru melihat papanya sebentar, dia sudah seperti pasien rumah sakit jiwa.

Nehara mengerutkan dahi. "Lu udah gila?"

Alsid terkesiap, karena tak menduga mereka berdua masuk ke dalam kamarnya yang terkunci. "Lu apaan sih, Hara?! Jangan masuk sembarangan!" teriak Alsid, mencoba menutupi kertas penuh tulisannya kebelakang tubuh.

"Gue udah kirim WA tadi, bilang kalo bokaplu mau datang bentar lagi. Dia ngasih nyokap gue duit segepok dan minta kunci rumah elu. Lu gak baca-baca pesen gue, ngapai aja lu?!"

"Main boneka di dapur." sambung Demian.

Wajah jijik Nehara membuat Alsid langsung klarifikasi. "Dandanin boneka ya!! Bukan yang bukan bukan."

"Emang gila emang!! Ternyata elu malah sibuk dandanin s*x doll?!" balas Nehara.

Demian masuk sambil nyengir. "Kalau dia baca pesannya, dia bisa kabur duluan. Tapi dia malah kasih contour pipi boneka pakai foundation tujuh lapis."

"Makeup itu seni!" sanggah Alsid tak terima. "Lagian... gue cuma nyoba teknik shading baru, siapa tahu bisa berguna nanti!"

"Seni sih iya, tapi seni mu tadi berantakan dan abstrak. Kalau belajar, mungkin kamu bukan mulai dari nol, tapi dari minus." timpal Demian.

"Emang kurang ajar anak ini!! Mulutnya juga jahat kayak Hara, tapi diimbangi sama wajahnya yang tanpa dosa. Jadi dia lebih nyebelin dari Hara!!" balas Alsid, tak mau kalah. Nehara tertawa mendengarnya, geli sekaligus lucu baginya.

Tiba-tiba adzan Ashar berkumandang dari masjid terdekat. Suaranya menggema pelan, memberi ketenangan yang kontras dari kegaduhan sebelumnya. Demian merapikan kerah bajunya, lalu mengambil sarung dan peci dari dalam tas kecilnya. Satu-satunya tas yang bisa ia bawa ketika kabur dari rumah. Tas yang selalu ia bawa ketika mengamen karena berisi barang berharga baginya. Meskipun gitar kesayangannya harus terlepas kala ia lari.

"Mau ke masjid?" tanya Nehara.

"Iya. Udah waktunya."

Nehara mengangguk pelan, lalu menatap Demian agak lama. "Gue baru sadar, lo tuh alim juga ya."

"Biasa aja. Shalat itu kewajiban," jawab Demian kalem.

"Tapi kan, gak semua orang mau shalat meskipun tau itu kewajiban."

Tiba-tiba Alsid bangkit berdiri, membuat Demian dan Nehara menatapnya tak berkedip. "Gue ikut!"

Demian memiringkan kepala. "Ikut?"

"Iya, siapa tahu pahalanya bisa langsung ngilangin dosa-dosa kelabu."

Nehara ngakak. "Masjidnya udah disapu marbot pagi tadi, Sid. Gak butuh lo buat nambahin debu."

"Heh! Gue serius ini! Jangan suka ngeremehin niat tobat orang!" bentak Alsid, pura-pura kesal.

Demian cuma tersenyum kecil, dan akhirnya mereka berdua berangkat ke masjid bersama. Jalan kaki, karena motor milik Alsid ditahan ayahnya, dan naik mobil ke masjid.. malah membuat bensin yang baru di beli cepat habis. Mereka melangkah menyusuri trotoar sempit di sepanjang deretan ruko dan toko kecil.

Selepas shalat, mereka keluar dari masjid dan menyusuri jalan pulang, jalan yang mereka lewati sebelumnya. Saat melewati sebuah toko sembako yang cukup ramai, mereka mendengar suara obrolan ibu-ibu yang duduk di bangku depan toko sambil menunggu anak mereka pulang les.

"Alhamdulillah... gatal-gatal anak saya langsung sembuh setelah berobat ke Pak Raji. Padahal cuma dikasih air putih yang dibacain doa, langsung ilang merah-merahnya."

"Serius, Bu? Cuma air putih?"

"Iya, Bu. Tapi ya, bayarnya lumayan sih... tiga ratus ribu sekali datang."

"Ish, mahal amat! Tapi ya kalau manjur mah... apalah arti uang."

Demian langsung menghela napas. Ternyata di jaman sekarang masih ada juga yang percaya hal begituan. Tapi lain hal dengan orang di sebelahnya, Alsid... tersenyum. Perlahan. Licik. Matanya menyala seperti menemukan harta karun. Harta karun yang hanya ia saja yang memahaminya, mungkin juga Demian.

Wajahnya yang nyeleneh sekaligus menyeramkan itu membuat Demian waspada. "Jangan bilang..." bisik Demian.

Alsid menoleh sambil menutup mulut, mencoba menyembunyikan senyum lebarnya. "Gue gak bilang apa-apa."

"Lu jangan—"

"Sssttt..." Alsid mengangkat jari telunjuknya di depan bibir. "Biarkan alam yang bekerja, Dem. Jangan ganggu proses kreatif gue."

Demian menggeleng. "Proses kreatif elu tuh isinya penipuan." sambar Demian, seolah sudah tau apa yang akan dilakukan Alsid.

"Bukan penipuan... itu branding. Gue cuma butuh satu sarung, satu gayung air, dan... satu properti tambahan." Ia menatap langit sambil tersenyum. "Mungkin... topi turban dari Shopee." sahut Alsid yang seolah membenarkan kecurigaan dari Demian.

"Astaghfirullah," desis Demian.

"Tenang, Dem. Kita bantu orang-orang kok. Air putih... dibacain... plus acting gue. Harga murah, hasil mujarab. Win-win solution."

"Murah dari Hong Kong. Denger sendiri kan tadi? Tiga ratus ribu sekali datang."

"Ya itu kan tarif Pak Raji. Kita kasih promo awal dulu. Dukun pemula diskon 50%. Customer senang, dompet kita kenyang."

Demian mendesah berat, menatap langit yang mulai meredup.

"Ini baru awal petaka, Sid. Gue bisa ngerasain."

Alsid menepuk pundaknya pelan. "Dan setiap petaka... adalah peluang bisnis, Dem. Lu bakal liat, kita jadi legenda."

Demian memejamkan mata. "Ya Allah... beneran bukan dukun beneran, kan?"

"Belum. Tapi sebentar lagi... insya Allah cuan."

Bersambung...

1
Nurindah
/Heart/
Nana Colen
aduuuuh alsid kho usil banget siiiih... itu kaya nyakeluarganya alsid deeeh
Rizka Yuli
bagus ceritanyaa,bikin penasaran
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!