kampung Gaib adalah sebuah kampung terpencil yang terletak di daerah pegunungan yang sangat jauh dari pusat kota dan kampung ini merupakan kampung sesat yang memuja sekte hitam dan setiap bulan selalu mencari tumbal untuk kampung tersebut. Adat istiadat ini telah ada sejak kepala desa tersebut ganti dengan kepala desa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kriicers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32•
Ketika Genderuwo mulai mencabik -cabik tubuh Nisa, ia merasakan sakit yang tiada tara dan pada akhirnya sukma Nisa habis ditelan oleh genderuwo tersebut. Setelahnya tubuh Nisa mengeluarkan kepulan asap yang sangat banyak dan masuk ke dalam tubuh genderuwo itu.
"Wahaha akhirnya kekuatanku kembali penuh aku akan membuat perhitungan kepada siluman ular itu ". Ujar Genderuwo itu. Kemudian sedetik kemudian sosok tersebut hilang bak ditelan bumi.
"Hmm sudah siang hari tapi kenapa anak anak itu belum juga kembali"? Batin pak rt yang bingung kenapa Jimmy dan juga yang lain belum juga kembali sejak pagi tadi. Kemudian ia pun berniat untuk menyusul mereka ke penginapan. Sesampainya di penginapan justru ia kaget dengan tidak ditemukannya mereka bertiga dan juga barang - barang yang dibawa oleh ketiga anak tersebut.
"Siallll pergi kemana mereka, ini gawat ini gawat kalau sampai mereka tidak ditemukan sebelum malam bulan purnama pasti aku akan habis". Pak rt pun dibuat gusar karena kepergian ketiga anak itu. Setelah beberapa menit berfikir tiba - tiba datanglah Aldi yang sengaja datang untuk menengok Sam
"loh - loh kok ini ada pak rt ? Sedang apa pak tumben - tumbenan ke sini bukankah anak - anak dari kota itu berada di rumah pak rt"? Tanya Aldi sambil mengunyah jagung bakar yang baru saja ia olah.
"Gawat ini Di gawatttt". Jawab pak rt dengan wajah yang masih memperlihatkan kekhawatirannya.
"Lha emang gawat kenapa pak rt, ada apa? Ada warga yang memberontak lagi dengan acara penumbalan besok? Bukankah mereka akhirnya juga mau mengikuti aliran kita"? Aldi bertanya dengan banyak pertanyaan kepada pak rt.
"Bukan itu, itumah sudah dulu - dulu mereka akhirnya mengikuti aliran kita, yang ku khawatirkan sekarang semua anak - anak itu hilang entah kemana saya juga ngak tahu ". Sontak penjelasan dari pak rt pun membuat Aldi membulatkan matanya.
"A A a apaa? Kenapa bisa pak rt?
Bukankah saya kemarin sudah memberi tahu pak rt sementara mereka di rumah pak rt dengan alasan akan diadili karena masalah itu? Kok mereka malah bisa hilang sihhh"?
" Tadi pagi mereka pamit ingin melihat teman nya yang satu itu, terus saya berfikir tidak mungkin mereka akan melarikan diri tapi itu salahh". Aldi pun langsung mengacak - acak rambutnya karena frustasi dengan perginya Jimmy dan kawan - kawan padahal hari penumbalan tinggal sekitar 3-2 hari lagi.
"Ini gawat pak rt sangat gawat, pak rt juga tahu sendiri dengan tetua Sholihin jika kita lalai dalam menjaga mereka dan mereka berhasil lolos maka kita sendirilah yang akan menjadi tumbal genderuwo itu". Jelas Aldi yang membuat pak rt juga ikut ketakutan akan hal itu.
"Jangan gitu dong Di,, saya tidak mau menumbalkan diri saya untuk genderuwo itu, kalau begitu sebaiknya kita langsung cari anak-anak itu. Aku akan mencoba untuk meminta bantuan warga dan untuk kamu, kamu coba beritahu masalah ini kepada Mbah Sholihin". Titah pak rt.
Pov Jimmy dan kawan-kawan.
Setelah beberapa jam berjalan mereka bertiga memutuskan untuk beristirahat di tepian sungai yang sangat sejuk dan indah itu. Maklum sungai dan kawasan hutan tersebut belum pernah terjamah oleh orang -orang karena kawasan itu sangat terpencil dan tidak ada akses masuk kecuali dengan berjalan kaki.
"Huh huh huh huh capek banget gua kita istirahat disini dulu lah". Ucap Dina sembari merebahkan tubuhnya ke rumput hijau tepian sungai tersebut.
"Aku laper apa kamu tidak membawa sesuatu"? Tanya Damar yang tiba - tiba merasakan lapar karena setengah hari ia sama sekali belum mengisi perutnya yang sedang meronta - ronta minta makanan itu.
"Aduh aku lupa lagi tadi ngak bawa makanan, tadi buru - buru banget jadi ngak sempet deh kepikiran bawa makanan ". Ucap Dina sambil mencari cari makanan di dalam tas nya itu.
Jimmy pun tidak habis akal karena itu. Ia kemudian mencari sebatang kayu kecil kemudian ia mulai merangkai pancing sederhana dari alam itu.
" Wih kok kamu punya alat pancing lengkap gitu Jim"? Tanya Damar yang bingung karena Jimmy mempunyai sebuah kotak berisi perlengkapan memancing.
"Sebenarnya saat di rumah kemarin aku ngak sengaja nemuin alat pancing ini di laci mejanya bapak. Dulu aku dan bapak suka memancing di sungai ini juga tapi aliran yang mengarah ke kampungku. Nah setelah itupun aku membawanya deh alhamdulilah sekarang berguna jadi kita bisa mencoba memancing disini mumpung istirahat ".Jelas Jimmy.
Kemudian Damar pun ikut merangkai dua alat pancing satu buat Damar dan satunya buat Dina.
Setelah mereka selesai merangkai sebuah alat pancing yang sederhana, mereka langsung mencari umpan cacing di sekitar tepian sungai dan beruntungnya mereka menemukan sarang cacing yang begitu banyak.
" ih cacingnya bikin geli tau aku gabisa megangg". Ucap Dina yang sangat geli melihat cacing - cacing tanah yang terus menggeliat ketika dimasukkan ke dalam botol yang sudah kosong. Jimmy pun menjaili Dina yang sangat takut dengan cacing tanah itu dan Dina spontan berlari karena takut. Jimmy pun juga mengejar Dina yang ketakutan itu.
"Woyyy udah udahhhhhhhh ini kita mau mancinggg eh malah pacarannnnn".
"Siapa juga yang pacaran ituu lihat temen kamu sukanya jailin aku". Dengus Dina dengan muka nya yang bete.
"Haha Dina Dina, sama cacing ginian aja takut, memang yah dari dulu kamu lucu kalau mukanya ditekuk seperti itu, haha". Goda Andi.
" lihat aja ya besok ku laporin ke ibuk mu jika anaknya suka jailin perempuann".
"Aku jail cuma sama wanita cantikkkk wlekkkk". Balas Jimmy. Dina yang mendengar itupun merasa malu karena baru kali ini Jimmy mengucapkan hal seperti itu kepadanya.
" Ini jadi ngak mancingnya, kalau ngak jadi ayok terusin jalan aja malas aku cuma jadi obat nyamuknya kalian ". Ucap Damar yang sudah memasang umpan cacingnya.
"Jadi dong kasian lihat elu kelaperan entar malah pingsan lagi". Balas Jimmy. Setelah sedikit kesenangan itu mereka pun duduk memancing sambil menceritakan keindahan masa kecil mereka.
"Andai ya kita ngak nekat pergi ke sini, mungkin saja kita akan baik - baik saja ". Celetuk Dina tiba - tiba.
"Udah Din mungkin semua ini sudah jalannya, kita harus tetap kuat dan semangat,semoga kita juga masih bisa bertemu dengan Sam dan Nisa". Ucap Jimmy yang juga ikut sedih.
"Hm kalau dipikir - pikir apakah semua ucapan Caca itu bener"? Pertanyaan yang diajukan Damar pun juga membuat mereka ragu antara percaya dengan ucapan hantu atau ucapan Aldi yang selalu membantu mereka.
"Aku tidak tau, menurutku bang Aldi seperti orang baik, coba kalian ingat ketika kita diperlihatkan Caca tentang kematiannya. Aldi seperti orang yang baik, dia juga tidak ikut menyiksa Caca dengan kejam, ia hanya langsung pergi tidak tega dengan perlakuan warga ke Caca". Jawab Jimmy.
"Tapi kalau bang Aldi tidak tega dan dia juga orang baik kenapa dia justru malah pergi meninggalkan Caca bukannya malah menolongnya"? Dina yang membantah argumentasi Damar.
"Aku rasa masalah ini ada hubungannya dengan Lala, kita harus mencari tahu semua masalah ini". Pikir Jimmy.