Dalam diamnya luka, Alina memilih pergi.
Saat menikah satu tahun lalu, ia dicintai atau ia pikir begitu. Namun cinta Rama berubah dingin saat sebuah dua garis merah muncul di test pack-nya. Alih-alih bahagia, pria yang dulu mengucap janji setia malah memintanya menggugurkan bayi itu.
"Gugurkan! Aku belum siap jadi Ayah." Tatapan Rama dipenuhi kebencian saat melihat dua garis merah di test pack.
Hancur, Alina pun pergi membawa benih yang dibenci suaminya. Tanpa jejak, tanpa pamit. Ia melahirkan seorang anak lelaki di kota asing, membesarkannya dengan air mata dan harapan agar suatu hari anak itu tahu jika ia lahir dari cinta, bukan dari kebencian.
Namun takdir tak pernah benar-benar membiarkan masa lalu terkubur. Lima tahun kemudian, mereka kembali dipertemukan.
Saat mata Rama bertemu dengan mata kecil yang begitu mirip dengan nya, akhirnya Rama meyakini jika anak itu adalah anaknya. Rahasia masa lalu pun mulai terungkap...
Tapi, akankah Alina mampu memaafkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 17.
Di hotel mewah yang selama ini menjadi tempat Rama menginap, pria itu kembali ke kamarnya dengan langkah cepat. Tanpa menoleh ke arah siapa pun, ia mengunci pintu rapat-rapat. Tak satu pun orang diizinkannya masuk, termasuk ibunya sendiri.
Dengan berat hati dan wajah yang mulai pucat, Dita menyeret langkah menuju kamar yang disewa Erika sejak beberapa hari lalu.
Erika sudah terlebih dahulu tiba di Jogja, berusaha keras menemui Rama. Namun segala usahanya berakhir sia-sia, sebab Rama menolak bertemu. Erika hanya bisa mengamati dari jauh, bahkan mengambil cuti dari pekerjaannya demi terus mengikuti pria itu.
Kini, kedua wanita itu duduk dalam senyap yang menyesakkan. Wajah keduanya murung dan tegang. Erika menatap Dita, matanya tajam menyiratkan luka dan amarah yang ditahan.
"Kali ini, aku menutupi rahasia Tante dari Rama... hanya demi Rama. Aku tidak sanggup jika dia tahu, betapa busuknya ibu kandungnya sendiri."
Dita mendengus pelan, namun nada suaranya tetap defensif. “Kita sama-sama jahat, Erika. Jangan pasang muka sok suci di depanku!”
Erika menggertakkan gigi, tapi memilih menahan emosinya. “Jawab aku dengan jujur, Tante. Kenapa bisa tiba-tiba Tante ada di rumah itu? Kalau aku datang ke rumah itu karena memang mengikuti Rama, aku melihatnya pergi dari hotel dengan tergesa-gesa. Aku curiga... dia akhirnya menemukan keberadaan Alina dan ternyata benar. Tapi yang membuatku heran, kenapa Tante bisa ada di sana lebih dulu?”
Hening.
Lalu suara Dita pecah, pelan nyaris seperti bisikan dosa.
"Ada yang Rama belum tahu... Tante adalah mantan madu dari ibu kandung Davin. Dulu, Tante merebut suami Ayunda."
Erika tersentak, sorot matanya berubah. “Apa...?”
Dita menghela napas berat, wajahnya mulai cemas namun ia tetap bicara. “Itu alasan sebenarnya Tante ingin Rama kembali ke Jakarta. Tante takut... dia tahu Tante dan Ayahnya hanya pasangan manipulatif yang memanfaatkan Ayunda maka dia akan membenci Tante. Dulu, kami berdua memang menyusun rencana. Ayunda adalah putri tunggal orang kaya dan kami tahu... kalau dia menyukai Ayahnya Rama sejak kita bertiga kuliah di kampus yang sama. Aku dan suamiku... lalu menyusun strategi untuk menguras kekayaan Ayunda dan berhasil.”
Mata Erika membelalak, nyaris tak percaya. “Astaga! Ternyata, Tante lebih licik dan kejam dari yang aku kira. Aku bahkan bukan wanita jalaang... yang menjebak Rama dengan tubuhku untuk mengikatnya!“
Dita sedikit tersinggung karena sebutan jalaang dari Erika, namun ia menahannya.
“Tante dan Ayahnya Rama hanya tidak ingin hidup susah setelah menikah, kami sama-sama berambisi menjadi orang kaya dengan cara instan. Kami rela mengkhianati, merusak, menipu asal bisa berdiri sejajar dengan orang-orang terhormat. Tapi sejak Rama dewasa, Tante hidup dalam ketakutan. Dia... terlalu lurus, terlalu membenci kebohongan. Jika dia tahu masa lalu kami, dia tak akan pernah mengampuni.”
Napas Dita bergetar, namun ia terus bicara.
“Itulah sebabnya, saat Rama datang kesini... Tante menyuruh orang mengawasi rumah Ayunda. Saat kabar muncul ada acara besar di rumah itu, Tante memerintahkan penyelidikan lebih dalam. Dan ternyata... itu adalah acara lamaran Alina dan Davin. Tante panik, jika semuanya akan menjadi diluar kendali saat nantinya Rama menemukan Alina... dan akhirnya dia tau masa lalu Tante. Jadi Tante mencoba menghentikan lamaran, agar Alina tak ada hubungan apapun lagi dengan keluarga Ayunda.“
“Dan akhirnya... Tante memutuskan menghancurkan acaranya?” tanya Erika.
“Iya... Tapi gagal. Ayunda tidak seperti dulu lagi. Dia menampar Tante, mempermalukan Tante di depan semua orang!” Rahang Dita mengeras menahan amarah yang membakar dada.
Erika terdiam beberapa detik.
Lalu, bibirnya melengkung pelan menyiratkan senyum yang bukan kebahagiaan… tapi kekuasaan. Sebuah pemahaman muncul dalam benaknya, ia kini menggenggam sesuatu yang sangat berharga... rahasia Dita.
Bukan hanya satu, tapi dua.
Dan Erika tahu, jika rahasia ini sampai ke telinga Rama... pria itu akan kehilangan kendali. Rama akan menghancurkan ibunya sendiri dan semua yang telah dibangun Dita demi ambisi.
Kini, permainan berubah.
Erika memegang pion terkuatnya.
.
.
.
Selesai acara lamaran, keluarga inti berkumpul di ruang keluarga. Suasana terasa menegangkan. Nyonya Ayunda duduk di kursi utama, menatap suami dan putranya dengan sorot mata yang bisa membuat harimau pun merunduk.
Tuan Yudistira langsung menelan ludah. Selama puluhan tahun menikah, ini pertama kalinya ia melakukan kesalahan fatal.
“Menurut penjelasan kalian barusan, Alina tidak terlibat dalam kebohongan kalian berdua yang menyembunyikan siapa mantan suaminya. Bahkan, dia juga baru tahu kalau Rama itu saudara satu ayah dengan Devan dan Viola. Jadi...?”
“Papa salah, Mah. Jadi... apa hukuman untuk Papa?” Tuan Yudistira sudah tahu melawan hanya akan memperburuk keadaan, jadi langsung mengangkat bendera putih.
Nyonya Ayunda mendengus, lalu menggeser pandangan ke arah Davin. “Bukankah yang bersalah bukan hanya Papa mu?“
Davin menghela napas pelan. “Baiklah, aku juga salah, Mah. Jadi... apa hukuman untukku?”
“Hukuman untukmu sederhana, pernikahan harus dimajukan! Kita memang sudah berdiskusi akan melangsungkan pernikahan mu dan Alina 2 bulan dari sekarang, tapi sebaiknya pernikahan dipercepat 2 minggu lagi. Acara tetap harus seperti rencana, digelar mewah. Mama ingin mantan suami dan mantan mertua Alina melihat jelas bahwa Alina adalah wanita berharga bagi kita semua!”
Mata Davin bergetar, Alina yang duduk di sebelahnya bahkan sampai menahan nafas saking kagetnya.
“Mah, itu bukan hukuman. Itu jackpot buat Davin!” Viola yang sedari tadi diam tiba-tiba nyeletuk sambil terkekeh.
Davin langsung tersenyum lebar seperti anak kecil mendapat hadiah ulang tahun.
Sementara itu, Nyonya Ayunda tetap berwajah tanpa ekspresi. “Bagaimana, Alina? Kamu setuju dengan Tante, kan?”
Alina sempat terlihat kebingungan tapi Davin cepat menggenggam tangannya, menatap penuh arti. Keduanya bertatapan beberapa detik, lalu Alina mengangguk pelan.
Baru lah bibir Nyonya Ayunda melengkung, dia tersenyum puas.
Alina kemudian kembali ke apartemennya, sementara Daffa tinggal di rumah Mahesa, diasuh oleh Nyonya Ayunda dengan Raka sebagai teman bermain. Nyonya Ayunda sengaja memberi waktu pada Alina dan Davin untuk membicarakan hubungan mereka ke depannya tanpa ada lagi yang ditutupi. Ia tahu Alina pasti masih syok mengetahui fakta bahwa Rama dan Davin ternyata bersaudara.
Di apartemen, suasana sunyi. Davin terlihat gelisah, sementara Alina sibuk menunduk dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Alina, aku ingin jujur padamu.“ Davin akhirnya membuka suara. “Sebenarnya... aku sudah mengenalmu sejak kamu masih jadi istri Rama. Waktu itu aku menyelidiki kehidupan ayah kandungku dan Rama, jadi otomatis... Aku mengenalmu juga. Setelah kalian bercerai, aku sempat kehilangan jejakmu. Tapi takdir, mempertemukan kita di kota ini. Aku melihatmu secara tidak sengaja, lalu... membuntuti mu.”
Alina mendongak, menatapnya setengah tak percaya.
“Aku sering lihat kamu ke kafe dan taman kota. Jadi... aku merencanakan momen pertemuan itu supaya terlihat seperti kebetulan. Padahal, semuanya sudah aku atur." Jelas Davin dengan nada penuh penyesalan.
Alina menghela napas panjang. “Apa ada tujuan balas dendam, Mas? Kamu mendekatiku dan Daffa hanya untuk membalas sakit hati pada Mas Rama?”
Davin buru-buru menggeleng, Ia meraih tangan Alina dengan erat. “Tidak, Alina. Awalnya mungkin aku cuma penasaran. Dari informasi yang kutahu, kamu dan Rama dulu saling mencintai. Tapi setelah menyelidiki lebih dalam, aku menemukan fakta kalau kamu dijebak Erika. Dari situ... aku semakin kagum padamu. Kamu memilih mempertahankan anakmu meski Rama memintamu menggugurkannya. Kamu berjuang sendirian... tanpa menyerah. Itu membuatku salut, karena kamu mengingatkanku pada ibuku.”
Davin berhenti sejenak, matanya menatap Alina begitu dalam. “Dan perlahan... aku jatuh cinta padamu.”
“Apa? Aku... aku kurang dengar. Kamu bilang apa barusan, bisa diulang?” tanya Alina dengan polos, padahal jelas ia hanya ingin mendengar pengakuan itu lagi.
Davin salah tingkah, tapi Ia bangkit dari duduknya. Ia mendekat, lalu menatap bibir menggoda milik Alina. Namun alih-alih mencium bibir wanita itu, ia mengecup kening Alina dengan lembut.
“I love you... calon istri Insinyur.“ Ucapnya dengan suara rendah.
Alina sempat kicep, lalu ia tak bisa menahan tawanya. “Mas Davin... ini momen romantis loh, kok malah bikin ngakak!”
Suasana tegang pun pecah oleh tawa mereka berdua, momen pengakuan yang harusnya dramatis justru berakhir dengan hangat dan sedikit konyol.
setelah ini pasti si galang akan menyesal 🤣🤣🤣