Ayuna Sekar, gadis yatim piatu yang tulus dan pekerja keras, dikhianati oleh tunangannya sendiri—pria yang selama ini ia biayai hidup dan kuliahnya. Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya, ia justru dipermalukan dan dihina hingga mengalami serangan jantung.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua—kembali tiga hari sebelum hari itu. Kali ini, Ayuna membalikkan takdir. Ia membatalkan pernikahan dan nekat menikahi seorang satpam tampan bernama Arjuna.
Tanpa ia tahu, Arjuna adalah seorang miliarder yang menyamar. Pernikahan sederhana mereka penuh tawa, cinta, dan kejutan. Dan Ayuna akan membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah butuh harta... tapi hati yang setia.
Ayo ikuti keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Malam Hari – Taman Belakang
Udara malam lembap, dedaunan basah sisa hujan sore. Di taman kecil yang remang dan sepi itu, Ayuna berdiri sendirian, memeluk jaket tipis yang dikenakannya. Jam tangannya menunjukkan pukul 20.03. Ia menatap sekeliling, jantungnya berdetak kencang.
“Kenapa aku datang ke sini... Tapi aku harus tahu,” batinnya.
Langkah pelan terdengar dari arah belakang. Sosok pria bertopi muncul dari bayangan, mengenakan hoodie dan kacamata hitam, bahkan saat malam telah gelap. Ayuna terpaku. Ia mengenal siluet itu.
“Revan...”
Pria itu tersenyum miring. “Kau masih mengingatku, berarti aku belum sepenuhnya dilupakan.”
Ayuna meneguk ludah. “Kenapa kamu kirim ini?” ia mengangkat foto di tangannya. “Apa maksudmu dengan ‘kenyataan’ tentang Arjuna?”
Revan mendekat pelan, seperti predator yang mengincar mangsa. “Arjuna menipumu. Dia bukan orang miskin. Keluarganya konglomerat. Kamu pikir mereka orang desa? Mereka semua aktor. Dia hanya ingin membuktikan bahwa kamu bukan matre. Tapi tetap saja... kebohongan tetap kebohongan.”
Ayuna menunduk. Kata-kata itu menyakitkan. Tapi...
“Aku tahu,” jawab Ayuna pelan.
Revan terhenti. “Apa?”
“Aku tahu keluarga Arjuna bukan orang kampung beneran. Aku mulai curiga sejak hari pertama mereka datang. Tapi mereka tulus... dan mereka jadi keluargaku juga.”
Ayuna menatap Revan, matanya kini penuh keberanian. “Kalau kamu datang ke sini buat balas dendam, kamu datang ke orang yang salah.”
Revan tertawa singkat, dingin. “Terlalu polos. Kamu pikir semua ini kebetulan? Kamu pikir aku nggak tahu alamatmu karena pengin tahu kabarmu? Aku datang karena kamu... dan uang.”
Ia mengangkat ponsel, menunjukkan tangkapan layar rekening lama milik Ayuna. “Masih ada puluhan juta di akun yang kamu lupa. Dan hanya kamu yang bisa mencairkannya. Aku tahu kamu belum ubah password-nya.”
Tiba-tiba...
"Kau salah.”
Suara Arjuna terdengar dari balik pohon. Lampu sorot kecil menyala, menyilaukan wajah Revan.
Dari balik semak, dua orang polisi berpakaian sipil langsung menangkap Revan. Ia mencoba kabur, tapi Rio dan Alvin sudah menghadangnya lebih dulu dari dua sisi taman.
Ayuna menutup mulutnya, terkejut. Arjuna langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat.
“Aku minta maaf, Na. Aku tahu kamu mungkin marah karena menyembunyikan semua ini. Tapi aku nggak mau kamu terluka.”
Ayuna menatap mata Arjuna. “Kamu melindungiku... seperti yang kamu janjikan.”
Sementara Revan digiring ke mobil polisi dengan borgol di tangan, ia menatap tajam ke arah Ayuna dan Arjuna.
“Permainan kalian belum selesai. Kalian pikir cinta bisa selamanya? Kita lihat nanti.”
Arjuna menatapnya dingin. “Kita akan lihat... di balik jeruji.”
Beberapa Hari Kemudian – Rumah Kontrakan
Keluarga “besar” Arjuna sudah kembali ke kehidupan mereka yang semula. Tapi kali ini, bukan dalam kebohongan. Mereka tetap rutin mampir ke rumah Ayuna dan Arjuna. Bukan lagi untuk menyamar, tapi karena mereka benar-benar sayang.
Mami dan Ayuna mulai bisnis kecil kue-kue tradisional. Rio dan Alvin sibuk jadi content creator “Keluarga Rasa Kampung.” Bahkan Celine mulai betah tanpa AC dan make up tebal.
Di teras rumah mungil itu, Ayuna duduk di pangkuan Arjuna.
“Mas... sekarang aku tahu, cinta bukan cuma soal kejujuran. Tapi juga soal niat baik.”
Arjuna tersenyum. “Dan aku janji, mulai hari ini, tak ada lagi kebohongan. Hanya satu kebenaran: aku mencintaimu.”
Ayuna menunduk malu, lalu berkata pelan:
“Mas... kita akan jadi tiga orang sebentar lagi.”
Arjuna menatap Ayuna, terkejut. “Maksud kamu...?”
Ayuna mengangguk.
Air mata Arjuna langsung mengalir. Ia memeluk istrinya erat.
Di rumah kecil, dengan cinta besar—kisah mereka baru saja dimulai.
...----------------...
Satu tahun berlalu
Matahari sore menyinari halaman luas rumah bergaya kolonial modern milik Arjuna. Kolam renang kecil di sisi kiri, taman terawat rapi di sisi kanan, dan sebuah ayunan cantik dari rotan menggantung di tengah pohon mangga yang rindang. Di sinilah Ayuna duduk sambil mengelus perutnya yang kian membesar.
Rumah ini masih terasa asing baginya. Mewah, hangat, tapi kadang membuatnya canggung.
Arjuna baru saja keluar dari ruang kerjanya, mengenakan kemeja kasual dan celana kain. “Bosan, Sayang?” tanyanya lembut, menghampiri Ayuna dan duduk di sebelahnya.
Ayuna tersenyum tipis. “Masih belum terbiasa tinggal di rumah sebesar ini. Kadang aku rindu suasana kontrakan kecil kita dulu,” katanya sambil menghela napas.
Arjuna tertawa kecil. “Kalau kamu mau, kita bisa bikin satu kamar sempit di sudut rumah ini buat nostalgia.”
Tawa mereka berdua terhenti ketika suara mesin mobil mewah berhenti di depan gerbang utama. Salah satu satpam langsung menghampiri mereka.
“Maaf, Tuan, ada tamu wanita yang mengaku kerabat Ny. Ayuna. Namanya Ibu Maria.”
Ayuna spontan berdiri. “Kerabatku? Tapi... siapa?”
Tak lama kemudian, Ibu Maria berjalan masuk. Wanita paruh baya itu mengenakan gaun anggun, wajahnya tegas tapi ramah. Di belakangnya ada seorang pria muda dan wanita berhijab seumuran Ayuna.
“Permisi... apakah benar ini rumah Ny. Ayuna?” tanya Ibu Maria dengan suara tenang.
Ayuna mengangguk pelan. “Saya Ayuna.”
Maria menatapnya lama, lalu tersenyum samar. “Saya Maria... kakak kandung dari almarhum ayahmu, Johan Cempaka. Kami baru saja mengetahui bahwa kamu masih hidup.”
Ayuna tampak bingung, sementara Arjuna segera memegang tangannya erat.
“Boleh saya bicara empat mata?” tanya Maria pelan.
Ayuna melirik Arjuna, lalu mengangguk. Mereka berdua masuk ke ruang tamu yang luas dan tertata indah.
Di sana, Maria mengeluarkan sebuah kotak kecil dari tasnya. Di dalamnya terdapat kalung liontin perak tua yang saat dibuka menampilkan foto bayi dan pasangan muda.
Ayuna tertegun. “Ini... wajah ibuku.”
Maria mengangguk. “Dan ini ayahmu. Johan Cempaka. Saat kecelakaan dulu, kami mengira kalian semua meninggal. Tapi ternyata... kamu diselamatkan oleh seorang bidan dan dibesarkan dalam diam.”
Wanita muda di belakang Maria ikut bicara, matanya berkaca-kaca. “Aku Vina. Sepupumu. Kami mencari selama bertahun-tahun. Setelah video pesta pernikahanmu viral, kami baru menyadari itu kamu.”
Arjuna, yang sejak tadi diam, akhirnya bicara. “Kenapa baru sekarang mencari? Ayuna sempat hidup susah, bahkan hampir dinikahi pria penipu.”
Maria terlihat menyesal. “Kami memang terlambat. Tapi tidak semua di keluarga kami jahat. Ada yang dengan sengaja menghilangkan jejak Ayuna karena warisan.”
Ayuna tersentak. “Warisan?”
Maria mengangguk. “Ayahmu adalah pemilik utama dari perusahaan properti Cempaka Group. Setelah beliau wafat, sahamnya lenyap entah ke mana. Dan sekarang, ada kesempatan untuk mengembalikannya. Tapi kamu harus datang ke rumah keluarga kami di Bandung.”
Arjuna memeluk Ayuna pelan. “Kita pergi. Aku akan melindungimu.”
Ayuna masih memandangi kalung itu. “Aku tidak pernah menyangka... kalau aku ternyata punya rumah... yang dulu tak pernah kuingat.”
Bersambung
lanjut