Setelah kepergian Dean, sahabatnya, Nando dihadapkan pada permintaan terakhir yang tidak pernah ia bayangkan, menikahi Alea, istri Dean. Dengan berat hati, Nando menerima permintaan itu, berharap bisa menjalani perannya sebagai suami dengan baik.
Namun, bayangan masa lalu terus menghantuinya. Arin, wanita yang pernah mengisi hatinya, masih terlalu nyata dalam ingatannya. Semakin ia mencoba melupakan, semakin kuat perasaan itu mencengkeramnya.
Di antara pernikahan yang terjalin karena janji dan hati yang masih terjebak di masa lalu, Nando harus menghadapi dilema terbesar dalam hidupnya. Akankah ia benar-benar mampu mencintai Alea, atau justru tetap terjebak dalam bayang-bayang Arin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Green flag?
Di salah satu restauran ternama, alea dan Dea kini tengah duduk berdua, mereka berdua sudah menghabiskan waktunya untuk berkeliling mall seharian.
"Kamu lihat kak Nando gak sih waktu acara fashion show baju tadi? " tanya Dea ragu.
"Ada kerjaan disana mungkin. " ucap alea santai.
"Kak, tapi dia jadi penonton disana. Dan modelnya juga perempuan semua, diantara banyaknya model, disana itu ada temen temen kak Dean semua, aku tau kok siapa aja yang jadi model tadi. " ucap Dea.
"Kak Nando bilang kalau dia bakalan kesini? " tanya Dea ragu.
"Terakhir chat, aku, yang izin buat pergi ke mall sama kamu. " ucap alea. "Dan, kata kak Nando boleh. Nanti sore dia baru jemput kakak. " ucap alea.
"Aneh banget. " celetuknya
"Kamu gak ngerasa ada yang aneh gitu kak. " Dea menatap kakaknya serius.
"Aneh kenapa, "
"Ya, aneh, kak, serius deh. Kak Nando biasanya gak kayak gitu. Kalau pun dia ada kerjaan, kenapa dia malah duduk di barisan penonton fashion show?"
"Mungkin nonton temennya atau ada yang dia kenal jadi model."
"Tapi kan modelnya semua perempuan, kak," ucap Dea lagi.
"Terus, menurut kamu kenapa? Kak Nando lihat pacarnya fashion show?"
"Gak tahu sih, tapi rasanya... aneh aja. Aku ngerasa ada yang aneh."
"Kak, coba chat kak Nando sekarang. Tanya dia lagi di mana."
Alea mengangkat alis, lalu mengambil ponselnya. Ia mengetik pesan singkat dan mengirimkannya.
Beberapa menit berlalu, tapi tak ada balasan.
Beberapa menit, notifikasi berbunyi. Pesan dari Nando muncul.
"Aku masih ada urusan, nanti supir yang jemput kamu. "
"Langsung pulang. "
-
19.00
"Rin, pulang sama mama kamu dulu ya hari ini. Aku ada urusan sebentar sama Alex," ucap Nando.
"Beneran sama alex? "
"Kali ini urusannya penting, dan aku gak bisa tinggal," lanjutnya.
"Pulang sama Tante kinta dulu ya. "
Arin menatap Nando sejenak, ragu, tapi akhirnya mengangguk. Tanpa menunggu lebih lama, Nando melangkah pergi, meninggalkan mall dengan langkah tergesa. Sesaat kemudian, mobilnya melesat di jalanan, menuju bar yang biasa dikunjunginya ketika stres atau dalam masalah.
Begitu sampai, Nando langsung menuju sudut ruangan, tempat seorang laki-laki sudah menunggunya dengan laptop terbuka.
"Hapus, Gue bisa kasih berapa pun yang lo mau," ucap Nando, nada suaranya dalam dan tegas.
Jean, laki-laki di hadapannya, mengambil ponsel Nando dan menatap layar dengan senyum miring. Foto yang terpampang jelas adalah foto Nando bersama dengan arin ketika di dalam mobil tadi.
"Kenapa dihapus? Harusnya lo seneng, kan? Berita dating lo sama Arin kesebar," ucap Jean santai.
"Berita yang kesebar itu berita dating Lo sama Arin, bukan sama perempuan lain. " Jean menekankan setiap inti ucapannya.
"Gue gak mau skandal gue dan nama baik gue jadi jelek di luar sana, meskipun perempuan itu Arin."
"Branding lo terlalu bersih, nan. Fans-fans lo pasti mikir cowok modelan lo itu green flag, tipe idaman semua perempuan. Tapi nyatanya..." Jean menghentikan ucapannya, menikmati ekspresi Nando.
"Apa maksut lo? "
"Nyatanya cowok kayak Lo gak akan puas sama satu perempuan, " ucap Jean.
"Lo gak tahu apa-apa tentang gue. Jangan kebanyakan ngomong. "
"Apa yang gak gue tau tentang Lo. " ucap Jean.
"Gue udah sering terima orderan Lo buat hapus skandal sama perempuan di dalam bar kayak gini, dan data itu gak pernah bocor sedikit pun ke media luar. "
Nando menatap Jean tajam, ia menuangkan alkohol ke gelasnya dan meneguknya cepat.
"Bahkan gue bisa taruhan, beberapa bulan lagi lo bakal ninggalin Arin. Karena lo, bukan tipe cowok yang bisa bertahan lama sama satu cewek."
Nando berdiri, menatap Jean sekilas dengan tatapan tajam, sebelum berbalik dan melangkah keluar dari bar.
-
Nando melangkah masuk ke dalam kamar dengan langkah berat. Penampilannya berantakan dan rambutnya acak-acakan.
"AAAA!!"
Alea yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di badannya tiba tiba menjerit saat melihat Nando tiba-tiba masuk ke dalam kamar.
Nando menaikkan alisnya. Laki laki itu melangkah semakin mendekat ke arah alea, sementara alea, semakin melangkah mundur ke belakang hingga menabrak tembok di belakangnya.
Tatapan Nando menyapu Alea dari atas ke bawah. Ia kemudian meraih dagu wanita itu, memintanya menatap langsung ke arah matanya.
"Kamu minum alkohol?" bisik Alea pelan. Ia bisa mencium aroma tajam yang familiar dari tubuh suaminya.
Nando hanya menatapnya singkat, lalu berkata tenang, "Kenapa?"
"Kamu mau marah? "
"K-kak... aku belum terbiasa sama kebiasaan kamu. Maaf..." ucapnya lirih.
"Berarti harus dibiasain, kan?"
Tanpa menunggu balasan, Nando mengangkat tubuh Alea dengan lembut dan membaringkannya di atas ranjang. Alea menggenggam ujung handuknya erat, wajahnya memerah, gugup setengah mati.
Nando membuka kancing kemejanya satu per satu, lalu melemparkan kemeja itu sembarangan. Ia membungkuk, menatap wajah istrinya.
Dengan perlahan, ia mengecup bibir Alea, lembut namun bertahap menuntut. Namun saat tatapan mata Alea mulai memudar dan terlihat ragu, Nando menghentikan tindakannya.
Ia mengusap rambut wanita itu dengan lembut, sementara tangannya mulai bergerak turun, menyentuh sisi tubuh Alea dengan gerakan pelan.
Baru saja Nando hendak menarik handuk yang melilit tubuh istrinya, Alea menggenggam tangan Nando erat, matanya memohon.
"Kak... please..." katanya dengan suara bergetar. "Kamu mabuk."
Nando menganggukan kepalanya, laki laki itu menjatuhkan tubuhnya tidur disamping alea. Nando memiringkan posisi tidurnya, tangannya melingkar erat di pinggang istrinya, lalu menyelipkan kepalanya di ceruk leher Alea.
"Kak, lepas sebentar ya. Aku pakai baju dulu,"pinta alea, namun tidak digubris oleh Nando. Laki laki itu justru semakin mengeratkan pelukannya.