Terlahir dari penjaja cinta satu malam membuat Eleanora Davidson menjadi sosok yang tidak mempercayai cinta.
Hidup karena pengasihan kakek Robert Birdie sesudah kematian misterius ibunya membuat Eleanora bertekad harus sukses demi misi menghukum ppembunuh ibunya dengan tangannya sendiri tapi dunianya seakan jungkir balik karena ONS yang menghasilkan benih-benih kehidupan dalam rahimnya sedangkan pria penanam benih ternyata anak penjahat yang selama ini dicarinya
Don't judge by the cover..
Jangan tertipu dengan sinopsis..
Let's check it out 😎
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOST IN MISSION #09
Eleanora bernapas lega, sudah berada di dalam taksi yang ia berhentikan di halte dekat rumah sakit.
Sore tadi, ketika diperjalanan pulang setelah menemui kakek Robert, Eleanora mendapatkan panggilan darurat dari rumah sakit, yang mengharuskan ia kesana. Ia ditugaskan melakukan tindak operasi pada pasien yang mengalami luka tusuukan. Operasi tersebut berjalan sangat lancar, dan Eleanora pun berhasil untuk kedua kalinya.
Eleanora menyandarkan kepalanya di kaca mobil seraya menatap luar. Langit malam yang nampak mendung sejak tadi, akhirnya menurunkan hujan.
Dilihatnya para pejalan kaki yang melintasi trotoar, berlari ke arah kios-kios untuk berteduh. Tiba-tiba, ia tertegun, ketika sepasang matanya tanpa sengaja menangkap seorang wanita berlari dengan seorang gadis kecil berada di dalam gendongan. Hal itu membuat Eleanora tersenyum pilu, dan mengingat lagi momen kebersamaannya dengan mendiang ibunya.
"Sir, bisakah kau mengantarku ke Vancia hotel!"
"Tentu, nona." balas sang sopir.
🍂🍂🍂🍂
Perasaan sedih mengenang ibunya, dan misteri kematian ibunya menuntun langkah Eleanora memasuki sebuah club, bukan langsung pulang ke rumahnya.
"Tolong buatkan satu gelas Tequila rose, pakai es. " Ucap Eleanora, setelahnya ia duduk di kursi depan bartender, menunggu minumannya.
Bartender itu mengangguk. "Baiklah, nona. " ucapnya ramah dengan menyunggingkan senyumannya
Sembari menunggu, Eleanora mengitari pandangannya, manik hazelnya menyusuri setiap ruangan. Sebaiknya, aku duduk disana. Gumam Eleanora melihat kursi kosong yang berada di sudut ruangan.
Tidak lama kemudian bartender sudah menyelesaikan tugasnya. "Minuman anda, nona. " ucap bartender meletakkan pesanan Eleanora diatas meja.
Eleanora tersenyum "Terimakasih." ia pun bangun dari duduk, membawa gelasnya kemudian ia berbalik bersamaan itu datang seorang pria yang tidak sengaja menyenggol tubuhnya membuat minumannya yang berada di genggamannya hampir tumpah.
"Astaga! hampir saja minuman ku tumpah! " ujar Eleanora. Gadis itu membuang napas, dan menengadah wajahnya untuk melihat pria yang menyenggolnya tadi.
"Maaf nona, aku tidak sengaja." ujar pria yang mempunyai manik berwarna hazel itu terlihat menawan. Sangat.
Eleanora terdiam, sempat-sempatnya ia tertegun memandang visual yang berada di depannya. Tampan! astaga... Apa yang kau ucapkan barusan, Eleanora. Kembalilah ke alam sadar mu. Pria ini telah sengaja menabrak mu. Okey.
Eleanora menajamkan sorot matanya. "Kau berbohong!" tudingnya. "Kau pikir aku tidak tau jika kau melakukan dengan sengaja!" pekik Eleanora dengan menaikan suaranya satu oktaf.
William menautkan kedua alis tebalnya, memasang wajah tidak berdosa. "What??" ucapnya, tidak terima atasan tuduhan gadis itu kepadanya, meski gadis yang berada di depannya cantik sekalipun.
"Dengarkan aku baik-baik! jangan pernah mencari perhatian dari ku dengan cara pasaran tuan, sungguh aku tidak tertarik sama sekali! " lanjut gadis itu, marah-marah seperti sedang datang bulan. Padahal tidak sama sekali.
Ucapan gadis itu sontak membuat William tercengang, dan ingatannya berputar kembali ketika ia memaki seorang wanita tadi.
"Astaga, phff." bibir William terasa berkedut menahan tawanya. Apakah ini hukum karma untuknya. Entahlah...
Eleanora menghembuskan napas kasar, dan mengucapkan kata sabar di dalam hatinya, berulang-ulang. Sungguh pria di depannya sangat menyebalkan.
Gadis itu menghentak kaki jenjangnya, kemudian ia melenggang dengan cepat menuju meja bar yang terletak di sudut ruangan. Begitu sampai, ia langsung menempati kurusi disana, menikmati pemandangan yang berada diluar jendela dengan pandangannya berubah kosong.
"Ibu, " lirih Eleanora menundukkan kepalanya. Bersamaan itu cairan bening yang melapisi kedua maniknya, mengkristal, sekali kedipan buliran kristal itupun jatuh menyelusuri wajahnya. Dengan cepat, Eleanora mengusap air matanya.
Hingga datang seorang pria mengambil tempat di sebelah Eleanora. Ia mengulurkan lengan kokohnya dengan sapu tangan yang berada di dalam genggaman "Ambilah!" kata pria itu tulus yang sejak tadi ternyata memperhatikannya.
Eleanora memutar pandangan kepada suara bariton yang baru saja berucap. Hingga, dua pasang mata hazel yang nyaris serupa saling menatap dalam diam.
"Ka- kau! " pekik Eleanora melihat pria itu, kemudian ia membuang wajahnya untuk menutupi kesedihannya yang selama ini ia sembunyikan dibalik senyuman, dan ketegarannya. Malam ini Eleanora benar-benar terlihat sangat rapuh.
William berdeham, sebelum ia membuka suaranya lagi "Ambillah nona, kau terlihat sangat kacau!"
Benarkah aku terlihat kacau. Eleanora pun mengambil alih sapu tangan pemberian pria asing itu tanpa menoleh, dan mengusap sisa-sisa air matanya.
"Terimakasih, " ucap Eleanora berniat mengembalikan sapu tangan tersebut. Namun, pria itu menolaknya.
"Tidak perlu dikembalikan. Kau bisa menyimpannya, sebagai kenangan, atau membuangnya."
Datang seorang bartender mendekati mereka. "Minuman anda, tuan." ucap bartender meletakkan gelas berisikan wine, dan satu botol wine dengan kualitas terbaik di atas meja, di depan William persis.
"Terimakasih."
Tanpa sengaja, Eleanora menoleh kembali ke arah pria itu yang sedang menegak minumannya hingga tandas.
"Kau seperti pria yang sedang patah hati, tuan." Celetuk Eleanora tanpa sadar, membuat William menarik kedua sudut bibirnya, lalu menoleh ke arah gadis itu.
Gadis ini benar-benar menarik.
William tersenyum samar. "Apakah aku terlihat seperti itu?" tanya pria itu agar percakapan mereka tidak terputus begitu saja.
"Entahlah," Eleanora mengedikkan bahunya. Benar ataupun tidaknya, Eleanora tidak perduli sama sekali.
"Sepertinya pernyataanmu barusan, lebih pantas untuk dirimu sendiri nona. Apakah kekasihmu meninggalkan mu? "
William tidak menyadari, bahwa baru saja, ia menunjukkan perhatian kepada seseorang. Ini sejarah untuknya. Tidak pernah pria itu bersikap demikian kepada seseorang lain, terlebih seseorang yang baru dikenalnya.
"Kekasih?" kini giliran Eleanora yang tersenyum, ia menyesap kembali minumnya sebelum menjawab pertanyaan pria asing yang berada di dekatnya.
"No."
William bergumam "Bukan? " Eleanora mengangguk dengan cepat. "Tapi, pasti seseorang itu sangat berarti untukmu."
"Sangat, " Eleanora menjawab lagi dengan tatapan nanar tanpa memudarkan senyumnya.
"Ya, aku bisa menebak dari air wajahmu yang terlihat menyedihkan." selorohnya. "Perkenalkan namaku, William Dixon. Kau?" tanya pria itu seraya mengulurkan tangannya.
Eleanora membalas uluran tangannya "Dulce, panggil aku saja Dulce."
William menarik kedua sudut bibirnya "Dulce? manis?" tanya William agak ragu. Tapi, no problem... Ini semakin menarik.
Entah magic apa yang di berikan gadis itu, sehingga mampu membuat seorang William Dixon yang terkenal dengan sikap dinginnya, dalam sekejap pria itu berubah menjadi sosok pria yang hangat. Bahkan senyuman yang terukir di bibirnya itu jarang diperlihatkannya.
"Ya, apakah kau keberatan?" tanya Eleanora, kemudian ia menyesap minumannya lagi. Seketika ia melupakan kejadian yang terjadi di antara mereka, dan sepertinya pria bernama William ini sangat menyenangkan.
William menggeleng. "Tidak, tidak sama sekali."
Pria itu juga menegakkan lagi minumannya seraya menatap Eleanora. "Ku rasa panggilan itu sangat berarti untukmu."
"Yes, that's exactly right! mendiang ibuku kerap memanggilku dengan panggilan itu."
gw nunggu bomnya nih...
hebat tp Angela mau berbesar hati memaafkan dan menemui ibunya walau ibunya udh jahat
kmna pikiranmu saat lg asyik2 sama calon mertuamu sendiri
kok Fabio mau aja sama emak2..apa lebh pengalaman lbh aduhai kahh
Milih kok sama yg emak2..apa krn yg pengalaman lebih aduhai kah..wkwkw
pacar anaknya main embat kayak ga ada laki2 lain😱🤦♀️
Fabio mauu aja lagi..
anak angkatnya Robert yg sdh sangat dipercaya ternyata anak dr pmbunuh kekasihnya...
tp bukan salah William kann..semoga saja mereka mengerti walau Will pasti merasa bersalah