Laura Carter adalah seorang nona muda yang memiliki kehidupan sempurna, hingga suatu hari ia di diagnosa mengidap kanker stadium akhir. Usianya hanya bisa bertahan selama enam bulan.
Bukannya merasa terpuruk Laura memutuskan untuk menikmati sisa waktu yang dia punya bersama sang kekasih, Dokter Shinee.
Namun siapa sangka pria yang selama ini jadi belahan jiwanya adalah suami wanita lain. "Dasar badjingan," umpat Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDB Bab 18 - Ada Aku Di Sini
"Aku tahu aku salah dan aku terima kamu marah. Tapi aku mohon Lau, aku tidak ingin hubungan ini berakhir," mohon Shinee yang suaranya berubah jadi lirih, kedua matanya nampak merah menahan genangan air mata agar tidak jatuh.
Shinee merasa kini mereka jauh sekali, padahal saat ini harusnya mereka saling menguatkan.
Sementara Laura jadi tertegun mendengar semua ucapan Shinee tersebut. Hatinya semakin campur aduk dengan perasaan bimbang. Kini Laura benar-benar tak punya kendali atas dirinya sendiri, semuanya terasa gamang.
Andai benar bahwa dia bukanlah penyebab perceraian diantara Shinee dan istrinya, lalu apakah hubungan mereka akan berhasil? Benar kata Shinee, dia adalah gadis yang penyakitan.
Meskipun sembuh nanti, Laura tetap saja tak akan bisa jadi manusia normal pada umumnya. Shinee akan tetap menemukan banyak kekurangan di dalam dirinya. Masa depan Laura terasa gelap dari segala arah. Dan lagi Laura tak ingin Shinee berada di sampingnya hanya karena iba.
Sungguh, disaat seperti ini Laura tak bisa berpikir jernih. Kebohongan yang dilakukan dilakukan Shinee bukan hanya melukai hatinya, tapi juga harga dirinya. Dan kini tiap kata yang keluar dari mulut Shinee, Laura jadi selalu meragukannya. Sebab Laura tak bisa benar-benar membaca isi hati Shinee, entah itu tulus atau hanya dusta.
Jalan satu-satunya memanglah mereka harus mengakhiri hubungan ini, agar Laura tak merasa terbebani dengan praduganya sendiri.
"Sudahlah, aku benar-benar ingin hubungan kita berakhir. Ini bukan tentang masalah pernikahan mu, tapi ini keputusan ku," jawab Laura yang suaranya terdengar lebih lemah, seolah telah lelah dengan segala perdebatan.
"Maaf, tapi aku tidak bisa mengiyakannya," balas Shinee, "Aku akan tetap di sini sebagai kekasihmu."
"Kenapa kamu keras kepala sekali? Sekarang aku tidak butuh cinta, aku hanya butuh sembuh. Ku mohon jangan jadi pria badjingan."
"Nilai saja aku sesukamu, bahkan badjingan pun tidak apa-apa. Tapi jangan tolak keberadaan ku di sini," balas Shinee.
Laura menghela nafasnya dengan kasar, pada akhirnya apapun pendapatnya tidak akan didengar. Karena Shinee memang seegois itu.
"Dengarkan aku baik-baik, setelah pengobatan pertama ini kita lihat apakah sel tumor itu akan mati atau tidak. Jika tidak kita akan menikah lebih cepat," jelas Shinee.
Laura sampai ternganga mendengar ucapan tersebut, seolah sekarang bukan hanya isi kepalanya saja yang berada di luar kendali. Tapi Shinee juga tak terkendali lagi.
"Apa kamu gila?" tanya Laura penuh penekanan.
"Jika tumor itu tidak mati maka perjalanan pengobatan kita akan semakin panjang, aku hanya ingin melindungi mu. Celine tidak akan sanggup sendiri, om Dicky juga tak mungkin menyentuhmu," jawab Shinee lirih.
Dan Laura mengusap wajahnya frustasi. Entahlah dia sangat pusing sekarang.
Saat itu seorang perawat datang memberi informasi bahwa inilah waktunya Laura menuju ruang radiologi.
Shinee meminta Laura untuk duduk di kursi roda dan Laura hanya bisa patuh, sebab Laura ingin menghindari adanya perdebatan.
Om Dicky dan Celine juga mengikuti, bahkan Celine langsung memegang tangan Laura untuk menguatkan sang sahabat. "Aku yakin ini akan berhasil Lau, kamu adalah wanita yang kuat," ucap Celine, Laura bahkan masih bisa bertahan disaat vonisnya telah stadium akhir.
Celine yakin jika Laura berusaha untuk sembuh maka penyakit itu akan kalah.
Hanya Shinee yang bisa masuk ke dalam ruang radiologi tersebut, dia mendapat akses khusus karena latar belakangnya yang merupakan dokter dari Wu Medical Center.
Masuk ke dalam sana Laura pikir dia akan kuat, tak akan ada sedikitpun kata takut. Tapi ternyata dugaannya salah, jantung Laura berdegup cepat memikirkan dua kemungkinan yang terus bertebaran di dalam kepalanya, hidup atau mati, hidup atau mati.
Benarkah masih ada harapan untuk hidup? atau ini semua hanyalah usaha yang sia-sia?
Semua lamunan Laura buyar ketika Shinee menggenggam tangannya dengan lembut. "Tenanglah, ada aku di sini."
jgn bilang anaknya jack sama anne ?
kan kluwrga wu
kemarin tamat bgitu saja kan
❤❤❤❤