Terpaksa Menjadi Pengganti Kembaranku

Acara yang sangat ingin Angelina hindari akhirnya tiba. Angelina mematut dirinya di depan cermin, berulang kali ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, tetapi tidak cukup untuk menenangkan hatinya.

Beberapa hari lalu setelah Leon mengetahui kebenaran yang ada bahwa dirinya bukan Angelika membuat ia kini ragu untuk berhadapan dengan seluruh keluarga.

'Tok... Tok... Tok...'

Suara ketukan pintu yang terdengar membuat Angelina berbalik, melihat pintu itu masih menutup seolah menunggu ijin darinya.

"Siapa?" seru Angelina bertanya.

"Aku." suara Leon menjawab. "Boleh aku masuk?"

"Masuklah."

Pintu terbuka setelah mendapatkan ijin dari Angelina diikuti sosok Leon yang menjulurkan kepalanya ke dalam, lalu melangkah masuk saat melihat Angelina telah siap.

"Sudah selesai?" tanya Leon.

Angelina mengangguk pelan, melihat wajah pria itu masih tampak datar seperti terakhir kali ia melihatnya. Namun, kini pria itu sangat menjaga privasinya setiap kali mereka berada di dalam kamar. Pria itu bahkan selalu tidur di sofa sejak mengetahui identitas Angelina, selalu mengetuk pintu setiap kali akan masuk ke dalam kamar, dan tidak menyentuh apapun milik Angelina tanpa ijin.

"Ya," Angelina menjawab singkat.

Leon menelisik penampilan Angelina dari atas sampai bawah, mengamati gaun yang ia siapkan membungkus tubuh Angelina dengan begitu sempurna. Ia sudah sangat sering melihat penampilan Angelika dalam balutan gaun malam seperti yang Angelina kenakan malam ini. Akan tetapi, penampilan Angelina berhasil membuat Leon terpana kala menemukan kecantikan yang jauh berbeda, kecantikan yang bahkan tidak dimiliki Angelika. Pikirannya meminta ia untuk berpaling, tetapi hatinya menolak.

"Sangat cantik..." batin Leon.

"Apakah... Aku terlihat aneh?" tanya Angelina seraya menurunkan pandangan untuk menatap dirinya sendiri.

Leon tersentak, menggelengkan kepalanya singkat guna menyingkirkan apa yang baru saja ia pikirkan, menyadarkan diri sendiri siapa wanita yang kini berdiri di depannya.

"Cocok untukmu," ucap Leon.

Meski terdengar datar, Angelina bisa merasakan sedikit pujian tersirat dari kalimat yang Leon ucapkan.

"Terima kasih," ucap Angelina.

Terlihat manis...

Leon kembali menggelengkan kepala, mengusir pemikiran yang kembali mengganggunya.

"Boleh aku bertanya sesuatu padamu?" ijin Leon dalam usahanya mengalihkan pikirannya.

"Ya, tentu," sambut Angelina.

"Apakah... kamu sudah bisa menghubungi istriku?" tanya Leon.

Angelina menggeleng pelan, sedikit menundukkan kepala. Ia memang sudah mengatakan apa yang Angelika lakukan, tentang Angelika yang pergi entah kemana dan meminta dirinya untuk menggantikan posisi Angelika dengan bayaran Angelika ikut pulang bersamanya etelah urusan Angelika selesai, namun tidak menyebutkan tentang ancaman yang ia terima.

"Kau sungguh tidak tahu kemana dia pergi?" tanya Leon lagi.

Angelina kembali menggeleng. "Kamu bisa memeriksa ponselku lagi, aku juga sudah menunjukkan nomor yang biasa aku gunakan untuk menghubungi Angelika."

Leon terdiam, lalu menghembuskan napas kasar. Sejujurnya, ia masih tidak bisa mempercayai sepenuhnya apa yang Angelina ucapkan. Mengapa istrinya harus melakukan ini hanya untuk pergi yang katanya menyelesaikan urusan? Padahal ia pasti akan memberi istrinya ijin jika hanya untuk pergi ke suatu tempat asalkan ia tahu kemana tujuan istrinya.

"Kita turun sekarang, semua orang sudah menunggu," putus Leon pada akhirnya, ia tidak memiliki kalimat yang bisa ia ucapkan untuk membalas apa yang Angelina ucapkan.

Angelina mengangguk, melingkarkan tangannya pada lengan Leon saat pria menawarkan lengannya sebelum mereka menuruni tangga dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka.

.

.

Ruang utama berukuran luas dari rumah yang Leon tempati kini dipenuhi tamu undangan yang mana mereka adalah para karyawan SYL Crop. Baik dari keluarga Leon ataupun Angelika pun turut hadir memeriahkan acara pesta yang tengah berlangsung.

"Mommy..."

Alan berseru riang, segera berlari ke arah Angelina begitu ia melihat kemunculan kedua orang tuanya, tindakan yang berhasil menarik semua atensi para tamu untuk mengarahkan pandangan pada satu arah di mana Leon dan Angelina datang. Terpana.

Angelina yang kini tampil dalam balutan gaun malam bersama Leon yang mengenakan setelan dengan warna senada membuat mereka yang melihat keduanya berdecak kagum. Terutama saat melihat hubungan yang terjalin antara Angelina bersama Alan yang mereka ketahui sebagai putra dari atasan mereka.

Cara Angelina yang segera membungkukkan badannya hanya untuk menyambut Alan yang menghambur ke pelukan Angelina pun tak luput dari perhatian semua orang, termasuk saat Alan menyerahkan sebuah kotak kecil hitam dengan pita warna emas pada ibunya.

"Ya ampun, manis sekali,"

"Bukankah tuan muda kecil sangat menggemaskan?"

"Aku penasaran hadiah apa yang diberikan putra mereka pada ibunya."

Suara pekikan dari para tamu wanita seketika menggema memenuhi ruangan sesaat setelah mereka melihat Alan menyerahkan hadiah pada Angelina yang segera menyambutnya.

"Apa ini, Sayang?" tanya Angelina tanpa bisa menyembunyikan keterkejutan di wajahnya..

"Aku membuatnya sendiri," ujar Alan.

"Membuat sendiri?" ulang Angelina dengan keterkejutan yang kian bertambah.

"Boleh Mommy buka sekarang?"

Alan mengangguk.

Dengan perlahan, Angelina menarik pita dari kotak yang baru saja ia terima, membuka kotak itu untuk melihat isinya dan melihat sebuah kalung yang terbuat dari kerang di sana.

"Sayang..."

Angelina tercengang, tak menyangka jika ia akan mendapatkan kejutan manis yang tidak pernah ia duga dari bocah laki-laki yang sudah ia sayangi layaknya putra sendiri.

"Terima kasih, Sayang. Mommy menyukainya," ucap Angelina seraya memberikan pelukan hangat pada Alan.

Dalam diam, Leon tersenyum. Melihat betapa tulusnya Angelina menyayangi putranya, tidak ada sedikitpun kepura-puraan dari sikap yang Angelina tunjukkan. Dapat ia lihat juga semua keluarga juga memberikan tatapan hangat bercampur haru yang sama terhadap Angelina.

Acara pun dimulai.

Secara bergiliran, para tamu yang tidak lain adalah karyawan dari Leon memberikan ucapan selamat atas anniversary mereka berdua, menikmati pesta yang atasannya gelar.

Pada awalnya, semua berjalan normal, tidak ada yang curiga. Baik Angelina maupun Leon bisa memainkan peran mereka tanpa menunjukkan rasa canggung. Namun, suasana pesta mendadak berubah saat dua orang wanita tiba-tiba datang di tengah pesta, menjadi kejutan kedua yang membuat bukan hanya Angelina serta Leon saja, tetapi juga semua tamu yang hadir membelalakan kedua mata mereka.

Bukan hanya karena kedatangan dua wanita itu, tetapi juga karena keadaan salah satu dari mereka yang datang.

"Sayang... Aku kembali."

. . . .

. . . .

To be continued...