Nareshpati Sadewa Adibrata akhirnya bertemu lagi dengan.gadis yang sudah menolaknya delapan tahun yang lalu, Nathalia Riana.
Nareshpati Sadewa Adibrata
"Sekarang kamu bukan prioritasku lagi, Nathal."
Nathalia.Riana
"Baguslah. Jangan pernah lupa dengan kata katamu."
Semoga suka♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaget yang beruntun
Abiyan, Bian, Nevia dan Milan yang baru tiba di kamar Nathalia menatap heran pada ketiga gadis itu yang malah berada di luar kamar Nathalia.
"Nathalia sama Naresh mana?" Abiyan yang bertanya.
"Lagi di kamar. Naresh lagi mijatin kaki Natha yang terkilir," jelas Adelia.
"Kenapa ditinggalkan berdua, sih. Kalo nanti pijat yang lain gimana?" tanya Abiyan lagi, asal nyeplos.
Baim dan Milan tersenyum miring mendengarnya
Ayra memukul lengan Abiyan gemas.
"Pikiranmu selalu kotor. Baru aja kita keluar, kok," kesal Ayra.
"Baru juga ditinggal sebentar, kok," sambung Luna juga ikutan kesal dengan tuduhan Abiyan yang memang ala ala mulutnya.
"Ngga tega lihat Nathal kesakitan," jelas Adelia.
"Memangnya Naresh bisa pijat?" Baim menatap Adelia ingin tau.
"Iya, baru tau Naresh bisa pijat," tukas Abiyan.
"Kata Naresh dulu sering pijat neneknya."
Hening sesaat.
"Oooh...."
Hening lagi.
"Ngga apa apa, nih, kita tinggalkan mereka berdua aja?" tanya Milan.
"Sebentar lagi paling selesainya. Tuh, suara jeritan Nathal ngga terdengar lagi," jawab Luna menenangkan.
Emangnya mereka bisa apa?
"Kalian ngga lihat aja tadi Nathal nangis kejer gitu. Padahal Naresh nekannya pelan," ucap Ayra dengan mimik kasian.
"Lho, kok, itu seperti suara tamparan?" kaget Nevis saat mendengar suara plak yang samar.
Aibiyan segera masuk ke kamar Nathalia. Yang lainnya pun mengikuti.
"Ada apa, Nathal!"
Nathal yang baru saja menampar Naresh terkejut melihat kemunculan sepupu sepupunya.
Naresh bangkit dari duduknya.
"Kalian habis ci uman?" kaget Abiyan ketika melihat noda samar bekas lipstik Nathalia di bibir Naresh.
Naresh dan Nathalia reflek memegang bibir mereka. Nathalia tampak shock.
Seharusnya dia ngga langsung nampar Naresh, tapi membersihkan dulu noda lipstik di bibir Naresh.
Sekarang jadinya ketahuan, kan.
Adelia yang awalnya berpraduga baik menutup mulutnya dan menatap tak percaya. Lipstik di bibir Nathalia sedikit berlepotan.
Ayra dan Luna juga kaget.
Baru ditinggal bentar, batinnya sambil menatap Ayra. Ayra mengangguk seolah mengerti isi pikiran Luna.
Ci umannya hot, ya, sampai meler meler gitu, batin Nevia, dia jadi ingat ci uman Milan padanya.
Tapi ngga separah ini, bandingnya dalam hati.
Lipstik yang digunakan mua mereka anti transfer. Tapi kalo bisa nempel sana sini pasti hot banget.
"Kaki Nathal udah bisa digerakkan," sahut Naresh memberitau, tapi tidak menjawab pertanyaan Abiyan.
Nathalia reflek menggerakkan kakinya yang tadi dipijat Naresh.
Senyum tipisnya terukir. Sudah jauh berkurang sakitnya saat digerakkan.
Hebat juga dia, batinnya memuji.
"Beneran sembuh, Nathal?" Adelia ikut bahagia mendengarnya.
Ternyata dia ngga bohong, batin Luna.
"Iya."
"Syukurlah," ucap Nevia dan Ayra bersamaan.
Mungkin ci uman tadi tanda ucapan terimakasih. Tapi kenapa ditampar, ya, batin Nevia bingung.
"Makasih, ya, Resh," ucap.Abiyan.
Terserahlah soal ci uman. Yang penting kaki sepupunya sembuh, batinnya.
"Ternyata lo jago mijat juga, ya," kekeh Baim mencairkan suasana yang sempat te gang tadi.
Naresh hanya tersenyum canggung. Ngga disangkanya ci uman mereka meninggalkan bukti.
"Paling dipijat dua kali lagi sembuh," kekeh Milan memancing.
"No!" tolak Nathalia cepat. Yang lainnya tergelak. Naresh tersenyum miring.
Terdengar derap langkah sepatu tergesa yang mendekat.
"Nathal...," panggilan Fathan-papi Nathalia dan Adel membuat derai tawa memudar.
"Papi, Mami," panggil Adelia pada kedua orang tuanya yang datang ke kamar agak kaget.
Kenapa datangnya sekarang? Batinnya resah.
"Kalian semua di sini?" tanya Fathan sambil mendekati Nathalia. Abiyan tadi mengabarinya kalo Nathalia terkilir dan sekarang sudah di bawa ke kamar.
"Nathal, kamu ngga apa apa, sayang?" Nidya-mami Nathalia mendekat dan duduk di samping putrinya. Sedangkan papinya berdiri di samping Nathalia. Mengamati wajah putrinya yang aneh.
"Kamu habis nangis?" selidik Fathan.
"Make up kamu sampe kacau begini." Nidya mengeluarkan tisu basah dari dalam tas kecilnya dan bermaksud merapikan maskara dan eyeshadow putrinya.
Bukan itu saja, batin Fathan.
"Tadi kaki Nathal abis dipijat, pi," jelas Adelia melaporkan.
"Karena sakit banget, Nathal sampai nangis, om, tante," sambung Luna.
"Makanya eyeshadow dan maskaranya luntur." Ayra ikut menimpali.
Kalo lipstiknya ngga tau, om, tante. Nggak lihat tadi kejadianya, lanjut Ayra dalam hati.
Ayra ngga tau apa yang akan terjadi. Noda lipstik di wajah Naresh cukup terlihat walaupun samar. Sedangkan lipstik di bibir Nathalia sudah jauh dari kesan rapi.
Kualitas lipstik yang digunakan muanya ngga kaleng kaleng. Kalo hanya makan atau ci um sekilas ngga akan rusak gitu penataannya.
Ayra ngga bisa menduga seganas apa ci uman yang sudah terpendam selama delapan tahun itu.
"Pijat? Siapa yang bisa mijat?" Tatap Fathan beralih pada Naresh yang baru dilihatnya.
Abian cs saling tatap sambil menatap Naresh.
"Saya yang pijat, om." Naresh akhirnya mengaku.
"Kamu bisa pijat?" Nidya kaget mendengarnya. Dia baru saja mengeluarkan tisu basah dari dalam tas kecilnya.
Marahin, pi, mam, batin Nathalia sambil menatap Naresh kesal. Pijat, ci um dan kata kata menyebalkan Naresh masih menyisakan marah di hati Nathalia.
"Kamu siapa?" tanya Fathan dengan sorot tajam. Noda samar lipstik di dekat bibir laki laki muda itu, sama dengan warna lipstik yang ada di bibir putrinya yang agak berlepotan. Fathan langsung bisa menyimpulkan.
Mereka berci uman?
Putrinya berci uman dengan siapa ? Fathan ngga mengenal laki laki muda itu yang dia taksir usianya ngga jauh beda dengan keponakan keponakannya yang lain.
"Saya Naresh, om, tante."
"Dia dulu teman SMA kita, om." Baim bantu menjelaskan. Dia merasa situasinya akan memanas sebentar lagi. Apalagi noda lipstik cukup terlihat di wajah Naresh.
"Naresh yang membawa Nathalia ke kamar, bareng Adelia, Ayra dan Luna, om, tante. Saya sama yang lainnya menyusul." Abiyan menjelaskan kronologisnya.
Naresh menyalim tangan kedua orang tua Nathalia.
Jarak yang dekat makin membuat noda lipstik itu terlihat jelas.
"Kok, ada noda lipstik di bibir kamu?"
Semua menegang mendengar pertanyaan dari Mami Nathalia.
Nathalia tambah deg degan ketika mata tajam maminya balas menatapnya.
Sekarang baru dia merasa bodoh sudah buru buru menampar Naresh. Harusnya dia merapikan lipstiknya dulu dan menghapus noda lipstiknya di bibir Naresh.
"Lipstik kamu juga berlepotan, Nathal. Kalian.....," ucapan maminya terjeda sesaat.
"Berci uman?"
Seperti ada suara keras petir yang sambar menyambar di kamar Nathalia yang wajahnya sudah memucat.
abiyan jgn sampai jatuh cinta sm ratna