NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

"Xa, bukankah itu Tuan Nicholas? Dia kenapa?" tegur Veronica yang memperhatikan wajah Nicholas penuh emosi.

Alexandra, yang sejak tadi juga memperhatikan arah pandangan Nicholas, ikut berdiri dan menatap ke arah mobil Gabriel. Begitu melihat siapa yang ada di dalamnya, ekspresinya berubah muram.

“Jadi, ini alasan kenapa dia sulit didekati,” gumam Alexandra dengan nada kesal.

Veronica menatap ke arah yang sama, “Kamu masih menyukai pria brengsek itu? Melihat mereka ciuman?

Alexandra melirik tajam. "Cih, wanita seperti itu saja diperebutkan. Masih cantikkan juga aku,"

“Diperebutkan? Maksudnya apa? Tunggu, ada urusan apa Tuan Nicholas ke kampus? Sudah beberapa hari ini dia ke kampus, apakah Gabriel sedang bermasalah? Sampai pria itu sering ke kampus?” tanya Veronica yang juga mengetahui jika Nicholas jelas paman angkat Gabriel.

Veronica yang hanya tahu jika Nicholas bukan hanya paman dari Gabriel dan teman dekat Leonel bersama Alexandra, juga mengetahui jika pria itu sudah menikah, tentu hal itu membuatnya menjadi heran dan bingung.

Namun, Alexa langsung melangkahkan kakinya pergi. Meninggalkan temannya begitu saja dengan perasaan kesal.

"Loh mau ke mana??" tanya Veronica sambil tertawa kecil. “Kamu cemburu melihat mereka ciuman?”

"Cemburu? Jangan bercanda!!" balas Alexandra tanpa menoleh, melangkah cepat karena kesal mendengar godaan itu.

Sementara itu, mobil Gabriel mulai melaju keluar dari area kampus. Nicholas menatap tajam ke arah kepergian mereka. Rasa panas yang membakar di dadanya membuatnya tidak bisa diam. Tanpa berpikir panjang, dia segera menuju mobilnya.

Sekitar dua puluh menit kemudian, Nicholas menghentikan mobilnya di bawah pohon besar di tepi pantai. Suara deburan ombak terdengar jelas, membawa hawa asin yang menusuk hidung. Dia bersandar pada kap mobil, menatap lurus ke arah hamparan laut yang memantulkan cahaya senja.

Namun, pemandangan indah itu tidak berarti apa-apa ketika matanya menangkap sosok Serena dan Gabriel di kejauhan. Keduanya tampak bercanda dengan riang di pantai tersebut.

"Sayang, kejar aku kalau bisa! Kalau bisa aku kasih satu ciuman!" teriak Serena pada Gabriel sambil berlari sekuat tenaga di atas pasir pantai.

Gabriel yang melihat kekasihnya tampak bahagia pun tersenyum senang. Ternyata tidak sia-sia dia membawanya ke tempat ini. Dia tidak ingin memikirkan hal yang membuatnya sedih tentang hubungannya yang tak kunjung mendapat lampu hijau dari orang tua Serena.

"Ha-ha-ha, kamu tidak akan bisa lari dariku, Sayang! Aku pasti bisa mendapatkan kamu!" Gabriel berlari mengejar Serena. Tidak lama kemudian, wanita itu tertangkap dan dipeluk erat oleh kekasihnya. Gabriel langsung mengangkat wanitanya dan memutarnya sambil tertawa bahagia. Dalam gendongan Gabriel, Serena menunduk sehingga wajah mereka saling bertemu dan sangat berdekatan.

"Mana janjimu? Berikan aku sekarang!" Gabriel mengangkat alisnya dan tersenyum menggoda.

Serena tak menunggu lama, dia langsung mengecup Gabriel dibarengi dengan senyuman manis.

"Sudah, begitu saja? Kurang!" Dengan cepat, Gabriel langsung mencium bibir merah merona di depannya itu, sesekali dia menyesapnya.

Ciuman di tempat umum di negara mereka memang sangatlah wajar. Meskipun di sana banyak wisatawan yang juga tengah berkunjung, mereka tentu akan mengabaikannya karena sudah tidak asing dengan adegan tersebut.

Hati Nicholas terasa hancur sekaligus terbakar. Di hadapannya, pemandangan dua insan yang tengah tertawa dan saling memeluk bukan sekadar kisah cinta—melainkan pengkhianatan terhadap sesuatu yang pernah menjadi miliknya, bahkan jika dunia menolak untuk mengakuinya.

Tatapannya berubah tajam, menyimpan bara yang sulit dipadamkan. “Kalau begitu, kamu memang harus diingatkan, Serena!”

Ucapan Nicholas memang pelan, tapi penuh ancaman yang terbungkus rapi di balik nada tenangnya. Dalam pikirannya, langkah-langkah mulai tersusun. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus bertindak sebelum semuanya lepas kendali.

Lelaki itu masih memandangi dari jauh bayangan Serena yang kini bersandar di bahu Gabriel. Senyum bahagia di wajah wanita itu menjadi duri yang menusuk dalam hatinya.

Semakin lama Nichol memandang, semakin sulit baginya untuk menahan diri. Akhirnya, Nicholas memutuskan untuk pergi, meninggalkan tempat yang kini terasa seperti neraka bagi pikirannya.

“Cepat atau lambat, kamu tidak akan bisa lagi menghabiskan waktu berdua. Karena dia akan menjadi milikku seutuhnya,” gumam Nicholas penuh syarat dengan janji, melupakan dirinya yang sudah memiliki seorang istri.

Pandangannya tertuju lurus ke arah Serena, menatap seperti seorang pemangsa yang tengah menandai buruannya. Mobil hitam miliknya melaju meninggalkan tepi pantai. Langit mulai berubah warna, merah keunguan menjelang malam.

Jalanan kota yang mulai ramai tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya yang berkecamuk. Setiap tikungan terasa seperti labirin yang menyesakkan dada.

Kendaraan itu membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Angin malam berdesir di sekeliling bodi mobil, namun Nicholas tidak memedulikannya. Pikirannya hanya dipenuhi wajah Serena—tatapannya, suaranya, senyumnya, dan kenangan yang masih membekas di antara mereka.

Nicholas tidak peduli berapa banyak mobil yang disalipnya, meski tetap memastikan tidak membahayakan siapa pun. Dalam dirinya, masih ada sisi waras yang menolak menjadi bencana bagi orang lain, meski hatinya sedang berantakan.

Ponselnya bergetar di dalam tas panggilan masuk berulang kali, namun dia sama sekali tidak memperhatikan. Suaranya tertelan oleh deru mesin. Mode senyap yang disetel sejak siang membuatnya tak menyadari bahwa seseorang telah mencoba menghubunginya berkali-kali.

Begitu sampai di depan apartemennya, Nicholas menghentikan mobil dengan rem mendadak. Ia keluar tanpa ekspresi, membuka pintu apartemen dan langsung melemparkan kunci mobil serta tasnya ke sofa tanpa peduli di mana benda-benda itu jatuh.

Langkah kakinya berat. Dia duduk di sofa dengan tubuh bersandar lelah. Pandangannya kosong menatap langit-langit, sementara pikirannya terus berputar pada satu nama—Serena.

Tangannya perlahan naik ke kepala, menarik rambutnya dengan kasar. Ia mencoba menenangkan diri, tetapi justru semakin tersiksa oleh bayangan yang tidak mau hilang dari benaknya.

Beberapa saat kemudian, Nicholas mendengar suara getar dari dalam tasnya. Dia mengeluarkan ponsel dan mengangkat panggilan tersebut.

"Halo," jawab Nicholas dengan nada datar.

"Nicholas, sudah berapa kali Papa telepon, kamu tidak diangkat. Ke mana saja kamu, hah?"

"Maaf, Papa. Nicholas lagi di jalan. Ada apa?"

"Nanti malam Papa ada acara, kamu harus ikut. Karena semua orang membawa keluarganya," pinta sang ayah kepada anaknya. "Jangan lupa bawa istrimu! Ada Wilton dan Gabriel juga! Jaga sikap kalian jika bertemu!"

"Papa, Nicholas tidak bisa. Itu seperti membuang waktu, Nicholas harus menyelesaikan urusan kantor!" ujar Nicholas yang masih terbawa emosi.

Sejak dulu, Nicholas memang jarang sekali menemani sang ayah menghadiri acara. Padahal, Nicholas adalah anak yang patut dibanggakan di hadapan kolega dan teman bisnisnya. Lelaki itu cenderung malas menghadapi banyak orang yang hanya akan berbasa-basi membicarakan hal yang tidak penting. Apalagi, dia selalu disangkutpautkan dengan Wilton, anak kandung Julian. Ditambah lagi, suasana hatinya kali ini sedang tidak baik.

"Tidak ada bantahan, Nicholas! Kemarin kamu sudah menolak Papa. Kali ini harus ikut!"

"Papa, kumohon jangan paksa Nicholas. Kali ini aku benar-benar tidak bisa. Ke depannya aku janji akan ikut," jawab Nicholas, memberikan janji agar setidaknya sang ayah mengizinkannya untuk tidak ikut saat ini.

"Baiklah, Papa tagih janjimu nanti!"

Julian pun menghargai keputusan anaknya dan segera mematikan panggilan.

to be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!