Lima tahun lalu, malam hujan hampir merenggut nyawa Kapten Shaka Wirantara.
Seorang wanita misterius berhelm hitam menyelamatkannya, lalu menghilang tanpa jejak. Sejak malam itu, Shaka tak pernah berhenti mencari sosok tanpa nama yang ia sebut penjaga takdirnya.
Sebulan kemudian, Shaka dijodohkan dengan Amara, wanita yang ternyata adalah penyelamatnya malam itu. Namun Amara menyembunyikan identitasnya, tak ingin Shaka menikah karena rasa balas budi.
Lima tahun pernikahan mereka berjalan dingin dan penuh jarak.
Ketika cinta mulai tumbuh perlahan, kehadiran Karina, gadis adopsi keluarga wirantara, yang mirip dengan sosok penyelamat di masa lalu, kembali mengguncang perasaan Shaka.
Dan Amara pun sadar, cinta yang dipertahankannya mungkin tak pernah benar-benar ada.
“Mas Kapten,” ucap Amara pelan.
“Ayo kita bercerai.”
Akankah, Shaka dan Amara bercerai? atau Shaka memilih Amara untuk mempertahankan pernikahannya, di mana cinta mungkin mulai tumbuh.
Yuk, simak kisah ini di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Meski dia kembali aku akan berusaha merebut - Karina
Langit siang itu tampak jernih, tapi di dalam kokpit Virus-01, Shaka merasakan sesuatu yang berbeda. Angin memang tenang, awan tipis bergulir pelan, tapi radar menunjukkan aktivitas tak biasa, sinyal samar muncul lalu menghilang seolah ada yang berusaha menembus sistem penerbangan mereka.
“Kapten, sinyal asing di radar kiri muncul lagi,” lapor Haris dengan wajah tegang. “Ini sudah ketiga kalinya dalam lima menit.”
Shaka memicingkan mata ke arah layar. “Jangan panik, tetap di jalur dan pastikan komunikasi dengan menara utama tetap aktif.”
Suara Shaka tenang, namun nadanya mengandung kewaspadaan tinggi. Sebagai seorang pilot berpengalaman, nalurinya langsung tahu ini bukan gangguan biasa.
Sementara itu, jauh di ruang bawah tanah kediaman Marvionne, Amara menatap layar digital dengan jantung berdegup kencang. Di depan matanya, pesawat Virus-01 milik Wirantara Air tampak bergerak melintasi wilayah yang seharusnya aman. Namun, sinyal merah kecil mulai muncul dari sisi barat radar.
“Zico! Jalur timur mulai diblokir oleh pesawat tak dikenal,” seru Amara.
Zico menatap cepat ke arah monitor lain. “Aku tahu! Mereka bukan dari militer atau sipil, itu jaringan gelap yang selama ini ku curigai Nona Amara ... mereka mau menukar akses penerbangan dengan penyelundupan senjata.”
Amara menggertakkan rahangnya. “Tidak selama Shaka ada di sana.”
Tangannya bergerak cepat di atas panel kontrol digital. Dengan kecepatan luar biasa, ia memutus salah satu jaringan udara buatan kelompok itu, mengirimkan sinyal interferensi palsu ke radar mereka. Hanya beberapa detik kemudian, radar di pesawat Shaka kembali stabil.
“Gangguan hilang, Kapten,” ujar Haris lega.
Namun Shaka tidak tersenyum. Matanya menatap tajam layar radar.
“Tidak mungkin sesederhana itu … Ada seseorang yang menutupinya dari luar.”
Di ruangan Marvionne, Amara menarik napas panjang. Ia tahu betul Shaka pasti mulai curiga. Tapi ia tidak peduli, yang penting saat ini adalah keselamatan pria itu. Beberapa menit kemudian, suara alarm kecil kembali terdengar dari sistem Amara.
Zico menatap cepat ke arahnya. “Mereka ganti strategi! Sekarang mereka coba serang dari frekuensi komunikasi! Kalau ini sampai berhasil, Shaka kehilangan kontak dengan menara!”
Amara tak berpikir dua kali. Ia langsung mengaktifkan sistem perlindungan otomatis buatan kakeknya, Marvionne Defense Link. Dalam hitungan detik, semua jalur frekuensi jahat itu terbakar oleh enkripsi lawas milik keluarga Marvionne, meninggalkan sinyal kosong di udara.
Zico menatap layar dengan takjub.
"Anda berhasil lagi, Nona.”
Amara hanya tersenyum samar, tapi matanya masih menatap monitor yang menampilkan pesawat Virus-01 melaju stabil di jalur aman.
Di kokpit, Shaka menarik napas lega. “Frekuensi kembali normal.”
Haris menatapnya, “Tadi siapa yang bantu kita, Kapten?”
Shaka menatap ke luar jendela pesawat, seolah berbicara pada dirinya sendiri.
“Entahlah ... tapi rasanya aku pernah merasakan perlindungan seperti ini … lima tahun lalu.”
Sementara itu di ruang bawah tanah, Amara menutup sistem koneksi dan menatap layar yang kini gelap.
“Selamat terbang, Kapten Wirantara…” gumamnya lirih, penuh emosi yang tak bisa ia jelaskan.
Bandara Wirantara sore itu masih ramai, tapi di ruang VIP terminal eksekutif, suasananya justru terasa menegang.
Shaka baru saja kembali dari penerbangan panjang, Virus-01 berhasil mendarat dengan selamat setelah insiden misterius di udara. Semua kru telah dibubarkan, dan kini hanya kesunyian yang tersisa di ruang kerja pribadinya di lantai dua gedung utama.
Dia melepaskan seragam pilotnya, duduk di kursi besar di balik meja kayu mahoni, dan menatap layar laptop yang menampilkan laporan penerbangan. Semua sistem tercatat normal, tidak ada catatan gangguan, dan tidak ada sumber bantuan.
Namun Shaka tahu betul, seseorang di luar sana telah menyelamatkan pesawatnya hari ini.
“Siapa pun itu … dia tahu semua sistem pertahanan udara milik Wirantara,” gumamnya pelan, menatap layar dengan sorot penuh tanya.
Pintu diketuk dua kali.
“Masuk,” ucap Shaka tanpa menoleh.
Langkah kaki berderap ringan, aroma parfum mewah segera memenuhi ruangan.
“Mas Shaka,” suara lembut tapi dibuat-buat itu terdengar.
“Aku dengar penerbanganmu sempat bermasalah?”
Shaka mengangkat wajahnya, mendapati Karina berdiri di ambang pintu dengan segelas kopi di tangan, senyum samar menghiasi bibirnya.
“Sudah lewat, tidak perlu khawatir,” sahut Shaka datar. Karina berjalan mendekat, meletakkan cangkir kopi di meja.
“Justru itu yang ingin ku bicarakan. Mas beruntung, karena ada seseorang yang membantu menyelamatkan penerbanganmu hari ini.”
Shaka menatapnya, keningnya berkerut.
“Dari mana kamu tahu soal itu?”
Karina tersenyum samar. “Aku punya koneksi, Mas Shaka. Dan aku ingin memperkenalkan orang itu padamu.”
Ia menoleh ke arah pintu dan berkata pelan,
“Masuklah.”
Pintu terbuka perlahan, seorang pria berjas hitam melangkah masuk. Wajahnya tampak biasa, tapi tatapannya tajam, penuh perhitungan.
“Kapten Wirantara,” ucapnya datar sambil mengulurkan tangan.
“Senang bisa bertemu dengan mu langsung. Saya orang yang menstabilkan frekuensi komunikasi di penerbangan Anda.”
Shaka berdiri pelan, menatap tangan yang terulur itu tanpa langsung menyambutnya.
“Begitu?” suaranya dingin. “Sayangnya, sistem komunikasi itu dilindungi protokol internal. Seharusnya tidak mungkin ada orang luar yang bisa mengaksesnya.”
Pria itu tersenyum tipis. “Mari anggap itu ... keberuntungan, Kapten.”
Karina melangkah di antara mereka, menatap Shaka dengan nada lembut namun mendesak.
“Mas Shaka, aku tahu kamu tidak mudah percaya. Tapi pria ini benar-benar menyelamatkanmu. Kamu seharusnya berterima kasih ... dan mungkin memberi sedikit bonus atas jasanya.”
Shaka menatap Karina lama, matanya redup, tapi sorot waspada itu jelas tak bisa disembunyikan.
“Bonus?” ulangnya pelan, dengan nada nyaris sinis.
“Untuk seseorang yang bahkan belum jelas siapa dia?”
Karina mengembuskan napas pendek, mencoba tersenyum agar suasana tidak membeku. Namun sebelum Shaka sempat menolak atau bertanya lebih jauh, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka lebar.
Ceklek!
Suara langkah sepatu beradu cepat di lantai marmer, disusul hembusan angin yang masuk dari luar koridor.
Karina menoleh tajam, Shaka spontan bangkit dari kursinya.
Di sana, berdiri sosok yang selama seharian ini tak ia lihat, dengan wajah pucat namun tegas, dan tatapan yang membuat waktu seolah berhenti seketika.
“Amara…”
Suara itu lirih, nyaris tak terdengar, tapi bagi Shaka, dunia berhenti pada detik itu juga. Dan di antara mereka, Karina yang membeku menatap tak percaya, sementara pria berjas hitam itu perlahan menoleh ke arah Amara, dengan senyum samar yang sulit diartikan.
bagaimana rasanya Shaka, bertemu dengan anak sendiri dan Amara ?
silahkan bangkit, bangun kejayaan lagi. jadi pria peka & bertanggung jawab. pantaskan dirimu dlu, baru kejar Amara.
ingat, buang si licik dr hidupmu !!
jangan sampai si ulet bulu itu masih berkeliaran dan menganggu Shaka
Semakin menyesal Shaka setelah tahu kenyataan yang sebenarnya