"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat
"Nggak usah sayang, mending kamu peluk aja!" Adrian menepuk sisi tempat tidur karena sang istri baru saja selesai dengan ritual malamnya
Sekar duduk, keduanya bersandar pada headboard dengan kaki yang berselonjor, Sekar bersandar pada dada bidang suaminya sementara Adrian mengusap rambut panjang milik sang istri sembari mencium aroma lembut dari rambut indah tersebut
"Sayang"
"Hmmm" Sekar memejamkan matanya, meresapi kehangatan dalam pelukan pria yang begitu ia cintai mengingat entah kapan semuanya akan terbagi atau bahkan berakhir
"Temanku Bagas ngasih saran, gimana kalau kita menjalankan program bayi tabung?" Adrian memulai pembicaraan
"Bayi tabung?" Sekar mendongak menatap wajah tampan suaminya
Adrian mengangguk "Kita belum pernah coba kan? Kita akan melakukannya secepatnya agar ibu tidak lagi mendesak! Bagaimana?"
Sekar berpikir lagi, apa yang dikatakan oleh suaminya benar juga, keduanya memang belum mencoba metode bayi tabung. Jika ini berhasil mereka akan mendapatkan keturunan tanpa Adrian harus menikah lagi
"Aku mau mencobanya mas, kita bisa usaha dulu kan?"
"Kamu serius?" Adrian mendorong pelan tubuh istrinya, menatap lekat wajah cantik yang selalu membuatnya jatuh cinta
Sekar mengangguk "Kita sudah berdoa, selanjutnya adalah ikhtiar kan?"
Adrian bahagia mendengarnya, ia kembali membawa wanita itu dalam pelukannya bahkan kali ini lebih erat
"Kalau begitu kita coba yang alami dulu!" Ucapan Adrian yang ambigu membuat Sekar mengerutkan keningnya
"Maksudnya?"
"Yaa itu"
Adrian bahkan telah melepas kaus polos yang ia kenakan "Kamu mau apa mas?"
"Yaa mencoba yang alami!"
"Dasar mesum!" Keduanya terkekeh
Dengan suasana kamar yang telah temaram, sepasang suami istri itu saling memberi kehangatan, bukan hanya cinta, namun beberapa harapan dilangitkan saat melakukan penyatuan ini, berharap semoga saja tuhan berbaik hati dengan selalu membuat mereka bersama tanpa adanya gangguan dari pihak lain
***
Entah ada angin apa, hingga Nina datang mengunjungi kediaman anak serta menantunya pagi ini
Adrian dan Sekar yang baru saja keluar kamar merasa bingung akan kedatangan Nina yang tidak seperti biasanya terlebih wanita paruh baya itu datang bersama seorang wanita muda nan cantik
"Ibu, ibu kesini?" Sekar menghampiri sang mertua lebih dulu lalu keduanya saling berpelukan
"Apa ibu nggak boleh, menengok anak serta menantu ibu sendiri?" Ucapan Nina hanya bercanda
"Nggak gitu Bu, ya tumben aja gitu" Sekar lalu membawa pandangannya pada wanita cantik disamping ibu mertuanya "Widia"
"Mbak Sekar!" Keduanya saling menyapa, Widia menatap kearah pria tampan yang akan segera menjadi suaminya itu, selama ini ia hanya melihat Adrian lewat foto yang diberikan sang ibu maupun Nina
"Oh iya Adrian, kenalkan ini Widia. Dia anaknya teman arisan ibu! Widia dia Adrian anak lelaki ibu yang ingin ibu kenalkan kepada kamu!" Nina tersenyum saat mengatakannya
"Saya Widia, Mas!" Wanita cantik itu menyodorkan tangannya namun Adrian enggan untuk menyambutnya, alhasil Widia kembali menarik tangannya dengan rasa kecewa
"Duduk dulu Bu, Widia! Biar aku buatkan teh" Sekar hendak berlalu namun tangannya ditarik oleh sang suami hingga membuatnya duduk disamping pria itu
"Biar Lilis saja yang buatkan tehnya!" Ucap Adrian, dan Sekar mengangguk patuh
"Bagaimana Sekar, kamu sudah bicara sama Adrian?" Sekar tahu maksud dari ucapan ibu mertuanya hingga ia langsung mengangguk
"Baguslah, lalu apa keputusan kamu Adrian?" Nina beralih menatap putra kesayangannya
"Adrian menolak!"
Nina terkejut, apa Sekar tidak berhasil membujuk suaminya? Kalau begitu dirinya harus turun tangan
"Jangan hanya mengandalkan cinta, Adrian. Kamu jelas tahu jika keluarga kita butuh seorang penerus. Keluarga kita itu keluarga yang sangat besar, berbeda dengan Sekar yang hanya tinggal dan besar dipanti asuhan!"
Sekar menatap sendu ibu mertuanya, entah apa maksud dari ucapan Nina, yang jelas itu terdengar menyakitkan ditelinga Sekar
"Apa maksud ibu? Aku mencintai Sekar, dan Adrian tidak akan pernah menduakan cinta Sekar. Adrian tidak peduli dengan keluarga besar atau apapun itu" tegas Adrian
Widia yang mendengar perdebatan itu kian jatuh hati pada calon suaminya itu, Adrian adalah pria sempurna. Sudahlah tampan, mapan dan setia pula
"Kamu jangan gegabah Adrian! Apa kamu tidak mengerti apa yang keluarga besar kita inginkan? Kamu itu egois Adrian!" Kesal Nina, ia pikir jika Sekar turut bicara pada Adrian maka putranya itu akan setuju tanpa berpikir lagi mengingat bagaimana besarnya cinta Adrian pada istrinya itu
"Adrian punya jalan keluar untuk masalah itu tanpa harus menduakan Sekar!"
"Apa?"
"Kami akan menjalankan program bayi tabung! Secepatnya aku dan Sekar akan bertemu dokter untuk melakukan pemeriksaan!"
Sial, jika mereka melakukan program itu, maka pupus sudah harapan Nina untuk menjalin hubungan dengan keluarga Widia yang dikenal sebagai keluarga pengusaha
Sebenarnya tujuan utama Nina menjodohkan putranya dengan Widia adalah keinginannya untuk berbesan dengan keluarga wanita itu, terlebih Widia adalah seorang model terkenal. Berbeda dengan Sekar yang hanya seorang anak yatim-piatu. Selain cantik, entah apa yang bisa Nina banggakan dari menantunya itu
"Bukankah itu perlu waktu Adrian? Keluarga sudah mendesak! Dan lagi, program bayi tabung itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Adrian" Ucap Nina lagi
"Adrian tidak peduli Bu, lagi pula sejak kapan ibu memikirkan tentang uang?"
"Bagaimana jika itu gagal? Bukankah metode seperti itu tidak selalu berhasil?" Nina masih dengan pendiriannya untuk menikahkan Adrian dan Widia
"Adrian tidak akan pernah berpikir seperti itu, namun jika hal buruk terjadi pun Adrian tidak akan menikah lagi!"
Sekar menatap sendu sang suami, Adrian membelanya, bahkan tak peduli jika harus berdebat dengan ibunya sendiri. Ia merasa menjadi istri yang gagal karena sudah membuat seorang anak menentang keinginan ibunya
"Jangan sampai kamu menyesali ini Adrian!"
"Jika ibu sudah tidak memiliki kepentingan lagi, silahkan pergi dan bawa wanita itu!" Adrian menunjuk kearah Widia
"Kamu mengusir ibu?"
"Jika keberadaan ibu hanya membuat istriku sedih maka sebaiknya ibu pergi saja!" Tegas Adrian, tangannya sejak tadi tak lepas menggenggam tangan sang istri, ia tahu jika Sekar terluka akan ucapan Nina sang ibu
"Jangan sampai kamu menyesali ini nantinya Adrian!" Nina pergi bersama Widia, segudang rasa kecewa ia bawa serta. Widia seperti kehilangan harapan untuk memiliki suami sempurna seperti Adrian
"Terus gimana tan? Apa aku gagal jadi menantu Tante?" Keduanya kini telah berada didalam mobil milik Widia yang tengah melaju
"Kamu tenang saja Widia! Tante akan pikirkan cara lain agar Adrian tidak dapat menolak permintaan Tante!" Sebuah senyum menyeringai Nina perlihatkan di wajah keriputnya
Setelah kepergian Nina serta Widia, Sekar menatap suaminya dengan mata yang telah mengembun. Ada rasa haru saat pria yang begitu ia cintai itu membelanya