Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.
Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 : Fungsi Seorang Kekasih
"Masuk!"
Ckrek
"Kamu sudah datang?"
"Kenapa Om memanggilku ke sini?"
Fonix Menatap Orang yang lebih tua di hadapannya dengan intens. Beruntung hari ini sekolah sedang Libur. Dia juga sudah Mengabari Freya kalau Ada urusan.
"Seperti Yang Om Bilang sebelumnya, Ayah kamu mengirim anak buahnya untuk mencari kamu ke sini. Mereka Sudah bertanya pada Om tentang kamu."
"Lalu apa jawaban om?"
"Kamu pasti tau, Om menjawab apa? Mulai sekarang kamu Juga harus Hati hati. Bukan Untuk diri kamu, Tapi Untuk gadis bernama Freya."
Fonix tercekat, bagaimana om-nya itu tau tentang Freya. Atau mungkin ayahnya Freya yang memberitahu Om Agra tentang kedekatan mereka?
"Tidak perlu terkejut seperti itu, Kamu Lupa Istri om bekerja di mana?" Fonix menepuk dahinya, tentu saja. Bagaimana dia bisa lupa hal ini. Istri Dari Agra, Merupakan Salah satu Guru di academy 48. Tentu saja dia tau.
"Kalau kamu mencintai gadis itu, Om akan mendukungnya. Kamu juga harus bertambah Kuat untuk Melindunginya. Om tidak tau bagaimana reaksi ayah kamu jika mengetahui tentang Hubungan kalian."
"Aku mengerti. Terima kasih Untuk semuanya. Aku pamit." Merasa sudah tidak ada Hal penting lagi. Fonix keluar dari ruangan Agra. Sebelum pergi dia menyandarkan diri di Loby. Banyak hal yang menjadi pikiran-nya.
'Om Agra benar, untuk melindungi Freya—Aku harus bertambah kuat'
...***...
Hatcim!
'Siapa sih, yang ngomongin gue?'
Fonix Bilang ada urusan hari ini. tadinya aku mau mengajaknya jalan jalan. Huft~ bicara tentang Fonix, aku masih bertanya tanya siapa yang menelponnya waktu itu. Ekspresi-nya sangat serius. Apa itu ada Hubungannya dengan Hal yang membuatnya kabur dari Jepang?
Freya beranjak dari ranjang, Berjalan keluar kamar dan menuju sebuah ruangan yang cukup luas. Di tengah ruangan itu terdapat Sebuah piano yang menjadi kesukaannya. Gadis SMA itu menekan satu persatu 'tuts'. Mulai duduk dan meregangkan jari Jemarinya. Jemari lentiknya Mulai menari indah sesuai alunan nada. Perlahan nada itu mengalun dengan indah dan membentuk Intro dasar.
ah hanya dengan menatap segala yang ada di dirimu
ah hatiku ini terpuaskan, perasaan pun menjadi nyaman
ah malam musim panas yang seperti radiasi panas cinta
ah ciumanmu di siang ini masih tersisa di kulit pipiku~
walau kembang api jauh tak terlihat
hanya terdengar bunyinya~
dalam hati ini terpendam meledak
dirimu seutuhnya kucintai~
Aku menghapal lagu yang sering di nyanyikan Fonix. Memang benar, Dalam lagu ini mengandung makna yang dalam. Bisa ku tebak kalau lagu ini mengisahkan dua pasangan yang mengalami keretakan dalam Hubungan dan akhirnya terputus. Si gadis dengan air mata berlinang bak Hujan, memainkan Sebuah melody yang menyakitkan di tengah kota.
Kenapa Fonix menyenandungkan lagu ini? Apa mungkin—Tidak! Aku tidak boleh berpikir macam-macam. Aku pertama kali mendengar Fonix menyanyikan lagu ini sebelum kami membuat Hubungan. Jadi Belum tentu, Lagu ini tentang Hubungan kami. Atau apa Fonix pernah mencintai seseorang sebelum-nya. Dia Bilang ayahnya selalu membatasi pergaulannya. Tidak menutup kemungkinan, Fonix pernah jatuh cinta pada seseorang, Tapi karena ayahnya—akhirnya Fonix hanya Bisa memendam perasaannya.
Jika itu benar, bagaimana dengan Hubungan kami. Orang tuaku mungkin merestui, meski mereka belum tahu. Tapi bagaimana dengan ayahnya Fonix? Apakah orang tuanya akan merestui? Huft~ lihat nanti aja deh.
Kriing
Kriing
Kriing
"Hallo?"
"......."
"Oh yaudah, aku kesana sekarang. Tapi kamu benar-benar gak papah kan?"
"......"
"Iya, Tunggu ya. Love you too."
Aku menghela nafas sejenak. Hubunganku dan Fonix tidak terasa sudah dua Minggu berlalu. Memang belum cukup lama, Tapi setiap hal yang kami lewati berdua—memberi warna dalam kehidupanku. Aku bersyukur, pengalaman pacaran pertama-ku sangat berkesan. Fonix adalah orang spesial dalam Hidupku.
"Kamu mau kemana?" Tanya ibuku yang sedang memasak di dapur.
"Mau ke apartemen Fonix mah." Ucapku, sambil mengeratkan jaket favorit-ku.
"Tunggu! Kamu sama Fonix udah—pacaran?" Tanya ibuku. Aku mengangguk pelan. Entah kenapa rasanya sedikit malu, karena ini pertama kalinya ibuku tau kalau putrinya ini sudah Punya pacar.
"Ciee" mulai lagi, Inilah yang tidak kusukai dari sifat ibuku. Selain tegas dan mandiri, ibuku juga terkesan jahil.
"Mamah apaan sih."
"Haha, mamah senang kalau kamu udah punya pacar. Tapi inget, jangan sampai kelewatan." Aku tau arti dari perkataan terakhir ibuku. Memang wajar jika ibuku bilang seperti itu. Mungkin siapapun yang memiliki anak gadis, akan berkata seperti itu.
"Iya mah, Freya ngerti kok. Yaudah Freya pamit ya."
"Iya, hati-hati di jalan."
...***...
"Kalian sudah temukan dia?"
"Maaf Bos, kami belum menemukan jejak tuan muda. Kami sedikit Curiga dengan tuan Agra. Tapi beliau Bilang tidak mengetahui tentang keberadaan tuan muda."
"Baiklah, Jika kalian sudah menemukan jejak-nya, langsung Hubungi saya. Para mafia sialan itu sudah mulai bergerak."
"Baik bos."
...***...
Kebetulan ada minimarket di dekat sini, sekalian aku mau beli makanan Buat Fonix.
Aku memarkirkan mobilku di sebuah minimarket, tidak jauh dari apartemen Fonix. Hari ini cukup panas, dan itu membuatku sangat mudah 'dehidrasi'.
"Permisi?" Aku menoleh pada dua orang pria berbadan kekar, yang tiba tiba menghampiriku. Dilihat dari tampangnya, mereka seperti seorang bodyguard dari keluarga kaya. Mau apa mereka denganku? Ini tempat umum dan banyak orang di sini. Mereka tidak mungkin berani macam macam.
"Iya, ada yang bisa saya bantu?" Ucapku.
"Apa anda mengenal atau mungkin pernah melihat orang yang ada di foto ini?"
Salah satu dari pria itu menyodorkan sebuah Foto di handphone-nya. Mataku terbelalak, itu foto Fonix. Apa mereka orang suruhan ayahnya Fonix? Jika iya, apa yang akan terjadi dengan pacarku.
"Maaf saya tidak mengenal orang ini, ataupun melihatnya." Ucapku bohong. Aku mencoba memberikan ekspresi se-normal Mungkin.
"Apa anda yakin?" Tanya pria itu lagi. Bisa bahaya jika dia menyadari kebohonganku.
"Iya, saya tidak kenal orang ini."
Kedua pria itu terdiam sebentar. Semoga mereka percaya dengan kebohonganku. Aku harus segera memberitahu Fonix tentang hal ini.
"Kalau begitu terima kasih, maaf sudah mengganggu anda." Kedua pria itu mulai pergi meninggalkanku. Huft~ aku bernafas lega. Syukurlah mereka pergi. Tapi bagaimana jika Fonix sampai tertangkap. Mereka pasti akan membawanya kembali. Dari dalam Minimarket aku melihat dua orang pria berbaju Hitam itu kembali lagi, tapi kali ini mereka membawa temannya. Kelima pria berbaju Hitam itu tampak kebingungan mencari kesana sini. Aku buru-buru bersembunyi di balik rak, ketika salah satu dari mereka, tidak sengaja menoleh kedalam. Beruntung mereka tidak melihatku.
...***...
Om agra sudah memberitahuku kalau orang suruhan ayah, sudah sampai di negara ini. Mereka sedang mencari ku sekarang. Jika aku sampai tertangkap, mereka pasti akan membawaku kembali secara paksa. Entah apa Tujuan ayah memaksaku untuk pulang. Aku sudah cukup dewasa untuk menjalani Hidup sendiri, kenapa ayah selalu mengurungku dalam belenggunya.
Aku tidak perduli jika seandainya aku tertangkap. Tapi pasti cepat atau lambat, ayah akan mengetahui Hubunganku dengan Freya. Aku tidak bisa membiarkan Freya dalam bahaya. Apa aku—tidak! Apa yang kupikirkan. Bodoh sekali aku jika berfikir akan memutuskan Hubunganku dengannya. Justru aku yang akan membuatnya terluka jika melakukan hal itu. Tapi kenapa Freya lama sekali. Apa sesuatu terjadi padanya? Tidak, kuharap dia baik baik saja.
Ting
Tong
Apa itu dia? Aku beranjak dari tempatku dan sedikit mengintip dari lubang Pintu. Benar itu Freya, syukurlah dia baik baik saja.
Ckrek
"Hai sayang, aku—"
Hap
"Eh?"
"Syukurlah kamu baik-baik saja." Ucapku sambil memeluk Freya erat.
"Hei, kamu kenapa? Aku baik-baik aja."
Aku menangkup wajahnya, melihat mata indah itu sekali lagi. Tidak ada luka sedikitpun. Sayang sekali jika aku melukai bidadari tak bersayap yang sudah menjadi miliku ini.
"Kamu kenapa? Ini aku beliin cemilan di minimarket dekat sini." Aku melihat kresek besar yang pasti berisi banyak makanan. Tumben sekali dia membeli sebanyak ini.
"Yang masuk makanannya aja." Ucapku bercanda.
"Oh gitu, yaudah nih!" Freya menaruh kresek itu dengan kasar dan berbalik pergi. Aku hanya bercanda, sama sekali tidak serius. Aku menarik tangannya dan mendekapnya erat.
"Maaf, aku hanya bercanda."
"Au ah, aku khawatir malah di becandain." Ucapnya menggembungkan pipi.
"Yaudah masuk yuk."
...***...
"Hei, aku mau bicara serius sama kamu." Aku menghampiri Fonix yang sedang duduk di samping ranjangnya.
"Mau bicara apa?"
"Tadi aku gak sengaja ketemu dua orang pria yang nyariin kamu. Aku menduga mereka adalah orang suruhan ayah kamu." Aku melihat Fonix menghela nafas pelan. Aku bisa menebak apa sedang dia pikirkan.
"Aku tidak ingin melibatkan kamu dalam hal ini. Kamu benar, ayahku memang sudah menyuruh anak buahnya untuk mencari ku. Mereka pasti akan membawaku secara paksa."
"Sebenarnya ayah kamu itu, orang-nya seperti apa?"
"Sejak ibuku meninggal, ayah berubah menjadi orang yang keras dan kasar. Apapun yang dia perintahkan harus di turuti. Dia tidak akan mentolerir siapapun yang membangkang. Waktu Kecil Aku pernah di cambuk sebanyak 30 kali, karena ketahuan pergi tanpa sepengetahuannya." Aku membulatkan mata. Apa ada orang tua sekejam itu?
"Apa ada orang tua yang kejam seperti itu?"
"Kamu tidak tau duniaku seperti apa. Sejujurnya sejak kita menjalin Hubungan—aku takut melibatkan kamu dalam bahaya."
"Lalu kamu mau minta putus gitu!" Ucapku dengan nada sedikit meninggi.
"Aku tidak bermaksud begitu. Kalau aku lakuin itu—sama aja aku nyakitin kamu. Satu-satunya Cara, aku harus lebih kuat untuk bisa lindungi kamu."
"Hei lihat aku." Fonix menoleh dan menatap ku dengan sayu. Pancaran di matanya terlihat getir. Ini pertama kalinya aku melihat pancaran mata Fonix begitu lemah.
"Aku pacar kamu, masalah kamu—masalah aku juga. Aku gak mau kamu ngadepin semuanya sendirian. Apapun yang terjadi, aku akan selalu berdiri di samping kamu. Sekalipun ayah kamu Gak ngerestui Hubungan kita, aku akan selalu berdiri untuk kamu. Jadi aku mohon, please~ jangan Tinggalin aku. Kita berjuang bersama sama."
"Freya...."
Aku menarik Fonix kedalam dekapanku. Aku tau, sekuat kuatnya Fonix, dia juga pasti memiliki sisi lemah. Dan saat ini adalah Dimana peranku di butuhkan. Aku tidak akan biarkan pacarku berjuang sendirian.