Lovy Crisela Luwiys—gadis ceplas-ceplos yang dijuluki Cegil—dipaksa menikah dengan Adrian Kaelith Evander, pewaris dingin sekaligus Casanova kelas kakap.
Bagi Lovy, ini bencana. Wasiat Neneknya jelas: menikah atau kehilangan segalanya. Bagi Kael, hanya kewajiban keluarga. Namun di balik tatapan dinginnya, tersimpan rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan siapa saja.
Niat Lovy membuat Kael ilfil justru berbalik arah. Sedikit demi sedikit, ia malah jatuh pada pesona pria yang katanya punya dua puluh lima mantan. Casanova sejati—atau sekadar topeng?
Di tengah intrik keluarga Evander, Lovy harus memilih: bertahan dengan keanehannya, atau tenggelam di dunia Kael yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myra Eldane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Viral
Aula Evander seperti kapal mewah yang baru saja dihantam badai.
Kursi terbalik, taplak meja kusut, bunga-bunga hiasan berserakan di lantai marmer yang basah oleh champagne. Tapi di tengah semua kekacauan itu, satu pemandangan mendominasi:
Lovy Crisela Evander.
Pengantin dengan gaun robek setengah paha, rambut berantakan, dan pipi memerah karena adrenalin. Ia masih duduk tegak di atas Celestia, kuda putih yang akhirnya tenang.
Sorak sorai tamu makin ramai—bukan histeris seperti sebelumnya, tapi campuran lega, kagum, dan… rasa ingin mengabadikan momen.
Ponsel-ponsel terangkat, kilatan kamera menyambar dari segala arah. Dalam hitungan menit, tagar #BrideOnAHorse dan #LegendaryWedding meledak di TokTok.
"Lovy! Senyuuum!"
"Bride of the year!"
"Gila ini keren banget, kayak drama Korea!"
Komentar-komentar itu bersahutan. Ada yang memuji, ada yang histeris, ada yang sudah live di Instagram.
Tamu-tamu bersorak lagi, beberapa bertepuk tangan, beberapa malah bersiul. Seorang fotografer berteriak, "Nona Lovy! Pose sekali lagi, ini foto sampul majalah nanti!"
Sementara itu, di dekat pintu keluar, wanita bergaun merah berhenti sejenak. Senyum sinisnya sempat pudar ketika mendengar sorakan memuji Lovy.
Tatapan matanya mengeras, rahangnya mengencang.
"Seharusnya dia dipermalukan," gumamnya dengan nada tajam.
Tapi kenyataannya, justru Lovy yang jadi pahlawan di pestanya sendiri.
Matanya menatap Lovy dengan kilat kesal. Apa yang ia harapkan jadi bencana malah berbalik jadi momen kepahlawanan. Lovy kini jadi pusat perhatian—bahkan sudah ada tamu yang berseru, "Ini harus masuk berita! Pengantin paling keren abad ini!"
Wanita itu menggenggam clutch di tangannya begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia memutar tubuh, tumit stiletonya beradu dengan lantai marmer. Tatapan kesalnya menancap ke arah Lovy satu kali lagi sebelum akhirnya ia pergi dengan langkah cepat, aura kemarahan dan dendam menetes di sepanjang jejak langkahnya.
"Dasar… menyebalkan," gumamnya, sebelum benar-benar menghilang di aula itu.
Lovy sempat melirik sekilas sosok itu pergi. Alisnya terangkat, tapi ia menghela napas—"Urus nanti. Sekarang fokus ke tamu dan kuda dulu."
Setelah Celestia akhirnya diikat kembali dan pelayan-pelayan mulai merapikan aula, Isabelle langsung menepuk lengan Lovy.
"Lovy, sayang, ayo ikut Ma ke ruang rias dulu."
Nada suaranya setengah panik, setengah lega. "Gaunmu robek parah. Kita harus menggantinya dulu."
Lovy turun dari Celestia dengan elegan—meskipun elegan ala Lovy berarti hampir jatuh karena lapisan gaunnya nyangkut stirrup. Samuel dan Syegi langsung meraih lengannya, menuntunnya ke ruang rias belakang panggung.
Di dekat pintu, Donovan menghampiri. Wajah dinginnya tampak puas, meski segera ia sembunyikan di balik senyum malaikatnya.
"Lovy," ucapnya pelan tapi tegas, "aku harus minta maaf. Kuda ini hadiah dariku… tapi aku tidak menyangka ia bisa membuat kekacauan sebesar ini."
Lovy menoleh, tersenyum lelah tapi sopan.
"Bukan salah Celestia. Dia cuma… kaget dan panik. Aku yang seharusnya lebih siap."
Donovan menghela napas, menatap gaun Lovy yang robek dan rambutnya yang berantakan—meski begitu, gadis itu tampak menang di tengah kekacauan.
"Aku kagum," Donovan berkata lagi. "Tidak semua orang bisa menenangkan Celestia. Bahkan beberapa pelatih profesional akan kesulitan. Tapi kamu… kamu membuatnya tunduk."
Lovy menepuk leher Celestia sekali lagi.
"Kami sudah saling kenal, jadi lebih mudah. Dan… aku memang nggak bisa diam lihat pesta rusak begitu saja."
Donovan mengangguk kecil, lalu memberi isyarat pada pelayan agar merapikan aula.
****
Di ruang rias belakang panggung
Samuel masuk duluan dengan wajah… masam.
Rambutnya acak-acakan, dasinya miring, dan ada bekas noda debu di bahunya akibat sempat hampir terjungkal ditabrak Celestia tadi.
Lovy spontan ngakak.
"Oh. My. God. Kak! Kamu kayak habis dipiting sama banteng!"
Samuel melotot.
"Jangan ketawa! Aku tadi hampir mati ditabrak kuda hadiah pamanmu itu!"
Lovy terbahak sampai perutnya sakit.
"Tapi serius, Kak. Rambutmu tuh…" Ia menunjuk kepala Samuel, yang kini benar-benar mirip sarang burung. "Aku harus dokumentasikan ini."
Sebelum Samuel sempat protes, klik!—Syegi sudah mengangkat ponsel dan memotretnya.
"Syegi!" Samuel mendengus, tapi Lovy makin ngakak.
"Biar masuk Toktok! Captionnya, 'Saudara pengantin VS kuda rese'."
Sementara di luar ruang rias, suara notifikasi ponsel terus berdentang.
Berita tentang Lovy mengendalikan Celestia menyebar gila-gilaan. Video-video pendek membanjiri TokTok dengan tagar:
#BrideOnAHorse
#LegendaryWedding
#CasanovaDinginMenaklukkanPenunggangKuda#SaudaraPengantinVSKudaRese
Syegi membuka ponselnya sambil takjub. "Lovy, kamu trending nomor satu di Toktok! Lihat ini!"
Ia memutar video slow-motion Lovy menepuk surai Celestia, dengan efek musik dramatis dan teks besar 'SHE'S THE MOMENT'.
Lovy menatap layar, lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Ya Tuhan, aku pengantin paling heboh abad ini. Aku nggak tahu harus bangga atau malu."
Samuel mendengus.
"Bangga dong! Lihat, komentar netizen: 'Disney princess siapa? Ini mah Casanova Princess!'"
Syegi menambahkan sambil ngakak, "Ada yang bikin editan kamu pake lagu rodeo country terus captionnya: 'Ketika pesta nikah berubah jadi lomba pacuan kuda nasional.'"
Samuel ikut baca komentar, matanya melebar.
"Eh ada yang nulis ini: 'Fast & Furious 11: Bride Drift.' Ya ampun, Lovy."
Tante Veronica tiba-tiba masuk dengan pintu hampir dibanting.
"Lovy Crisela Evander!" suaranya setengah teriak.
"Kau bikin Tante hampir jantungan! Tuhan memberkati keberanianmu, tapi serius, kau ingin kami semua masuk rumah sakit?"
Lovy meringis, mencoba merayu.
"Tanteee… aku kan berhasil ngendaliin kuda Celestia. Dan pesta terselamatkan!"
"Terselamatkan?!" Veronica menunjuk gaun robek Lovy.
"Kau ini pengantin atau koboi rodeo?!"
Samuel terkekeh kecil, Syegi hampir meledak ketawa. Lovy hanya mengangkat bahu santai.
"Keduanya, Tante."
Tapi sebelum suasana jadi terlalu ringan, Veronica mendekat, matanya menyipit tajam. "Tapi…" ia menatap Lovy lurus-lurus, "suamimu menghilang, kan?"
Kata-kata itu menghantam seperti palu.
Senyum Lovy langsung memudar. Nafasnya tercekat, jantungnya berdegup keras hingga ia bisa mendengarnya sendiri. Tangannya meremas gaun robeknya, berusaha menahan gemetar.
Ingatan tentang tatapan mata Kael sebelum pesta dimulai terlintas di kepalanya—senyumnya, cara dia merapikan veil di rambut Lovy. Semua itu menambah rasa sesak di dada.
"Aku…" Lovy menelan ludah, suaranya mengecil. "Aku nggak tahu kenapa dia pergi."
Hening sesaat. Veronica menepuk lengan Lovy lebih pelan kali ini, nadanya melembut.
"Cari tahu nanti. Tapi sekarang, kamu harus tetap berdiri dengan kepala tegak, Lovy. Semua mata ada padamu."
Pelayan membawa gaun cadangan—gaun pesta putih yang lebih ringan, tanpa ekor panjang.
Isabelle langsung mengibaskan tangannya.
"Lepas gaun robekmu, Lovy. Kita harus ganti yang ini," perintah Isabelle yang langsung meraih tangan Lovy. Membawanya menjauh dari Veronica.
Lovy memegang sobekan besar di pahanya dengan lesu.
"Aku pikir robekan ini bakal jadi fashion statement. Ternyata enggak, ya? Bahkan Kael aja meninggalkanku, Ma."
Isabelle mendesah sambil memakaikan gaun baru dengan rapi.
"Ini bukan fashion statement, ini bencana yang untungnya kamu bikin jadi keren. Dan jangan pikirkan ucapan Veronica. Kael pasti ada alasan makanya dia pergi kekacauan pesta."
"Aku harap begitu. Cuman sedih aja tiba-tiba pergi. Aku pikir dia malu punya istri kayak aku, Ma."
"Ngapain malu, justru harusnya Kael akan jadi nomor satu yang teriak bangga ke kamu."
Ucapan itu membuat Lovy tenang.
Saat gaun baru sudah terpasang dan rambut Lovy sedikit dirapikan, Syegi menatapnya kagum.
"Wow. Kamu kelihatan kayak pengantin dari film action-romance."
Samuel mengangguk setengah malas, setengah bangga. "Ya, cuma kamu yang bisa bikin pesta nikah kayak adegan final Fast & Furious."
Lovy terkekeh pelan, meski hatinya masih menahan tanya soal Kael.
"Kalau begitu harusnya ada mobil terbang dan ledakan dong."
"Udah ada kuda ngamuk, itu lebih ekstrem," kata Samuel ketus—tapi senyum tipisnya tak bisa disembunyikan.
Lovy mendengus tanpa menjawab lagi. Ia kemudian menatap dirinya di cermin.
Gaun barunya lebih sederhana tapi elegan, rambutnya tak lagi berantakan, tapi ada sedikit sisa jejak debu dan kuda di pipinya. Dan entah kenapa, itu malah membuatnya terlihat… ikonik.
Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Senyum tipis muncul lagi, tapi kali ini ada sedikit goyah di matanya.
"Ya sudah," gumamnya. "Kalau aku harus viral, setidaknya aku viral dengan gaya. Tapi, aku masih kepikiran Kael. Sebenernya apa yang terjadi padanya."
Saat Lovy hendak meraih veil barunya, ponselnya tiba-tiba bergetar di meja rias.
Nama Kael muncul di layar—tapi bukan panggilan. Hanya sebuah pesan pendek yang membuat napas Lovy tercekat:
"Jangan percaya siapa pun di pesta itu."
Lovy menatap layar dengan mata membesar, jantungnya kembali berdegup kencang. Jari-jarinya bergetar. Dunia di sekitarnya mendadak terasa sunyi. Hanya satu pikiran yang menggema di kepalanya: siapa yang tidak boleh ia percaya?
"Lovy? Kenapa melamun? Ayo kita pergi!" ajak Samuel menyadarkan Lovy.
...****************...
Catatan Penulis: Fast & Furious artinya "cepat dan menggebu-gebu", sering dipakai untuk menggambarkan aksi balap penuh adrenalin.