Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Arlena 2
...~°Happy Reading°~...
'Pasti sedang terjadi sesuatu dengan Dom. Ngga mungkin dia tiba-tiba berubah tanpa alasan.' Arlena membatin sambil berjalan ke kamar mandi.
Setelah mandi, Arlena menyimpan kembali semua dokumen yang diterima dari rumah sakit tentang proses donor dalam koper yang dikunci. Dia khawatir Dominus lakukan sesuatu dengan dokumen tersebut, karena tidak terima janinnya. Kemudian dia istirahat sambil menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.
Ketika tiba waktu makan malam, Arlena turun ke ruang makan. "Tari, sajikan menunya. Saya sudah sangat lapar." Arlena sengaja berkata demikian, agar para pelayan tahu, dia tidak menunggu dominus untuk makan malam karena sudah lapar.
Arlena coba berlaku seperti Dominus. Setelah makan malam, dia kembali masuk kamar lalu menyiapkan semua yang diperlukan untuk bekerja di esok hari.
'Sayang, mari kita berdoa dan tidur. Besok kita harus bangun pagi.' Arlena mulai mengajak bicara bayinya, seperti yang dilakukan Calista sambil mengelus perutnya.
Arlena berdoa, lalu berbaring dan menyelimuti tubuhnya dengan bad cover lembut dan wangi. Sambil memegang perut dan mengelus, dia menyusun rencana yang akan dilakukan di esok hari.
Tiba-tiba terdengar bunyi pegangan pintu kamar digerakan dan pintu dibuka. Arlena diam tidak bergerak. Dia berlaku seolah-olah sudah tidur, agar bisa tahu apa yang akan dilakukan Dominus.
Arlena membuka mata sedikit untuk mengintip, apa yang dilakukan. Dominus berjalan pelan ke arah lemari, lalu buka. Hanya sekilas dia melihat ke arah tempat tidur, lalu kembali keluar dari kamar.
'Apa yang dia lakukan? Dia tidak mandi? Mengapa dia keluar mengendap-ngendap seperti pencuri?' Arlena jadi curiga. Apa yang dikatakan Calista makin kuat mendorongnya untuk ingin tahu.
Arlena tidak bisa tidur, dia terus menunggu sambil mengelus perut dan berpikir. Dia mengira, Dominus akan kembali masuk kamar. Namun hingga tertidur, dia tidak tahu Dominus kembali ke kamar atau tidak.
~*
Ke esokan harinya Arlena tidak bisa bangun pagi. Dia melihat tempat tidur di sampingnya tetap rapi. 'Apa tadi malam Dom tidak kembali? Apa dia tidur di kamar tamu? Atau...' Arlena bertanya sendiri, lalu menggeleng untuk mengusir pikiran negatif yang mulai mencubitnya.
"Pagi, sayang." Arlena memegang perutnya lalu bersyukur, karena bisa bangun dan merasakan kehidupan dalam perutnya.
Dia segera turun menuju lemari pakaian. 'Apa yang dia ambil tadi malam?' Arlena bertanya dalam hati sambil mengambil pakaian yang dia perlukan.
Dia siapkan pakaian semi-formal. Blazer dan celana panjang hitam bergaris kecil yang dipadukan dengan dalaman polos berwarna putih tulang, juga aksesoris. Semuanya dia letakan di atas tempat tidur.
Kemudian dia mengunci pintu kamar. Dia tidak mau Dominus masuk saat dia sedang di kamar mandi, sebab dia ingin mandi dan keramas dengan tenang.
Setelah berpakaian rapi, Arlena turun sarapan seperti biasa di ruang makan. Dia tidak bertanya kepada para pelayan tentang keberadaan Dominus. Ia juga tidak bertanya, apakah Dominus sudah sarapan atau belum.
Arlena yakin, kalau Dominus tidur di rumah, dia sudah sarapan dan pergi kerja. Karena waktu sudah menunjukan lewat dari waktu untuk berangkat kerja.
Selesai sarapan, Arlena kembali ke kamar untuk berdoa dan ambil tas. "Mari sayang, bantu Mommy, ya." Arlena berbicara sambil mengelus perutnya dengan sayang.
Apa yang dikatakan Calista bahwa calon bayi adalah darah dagingnya, membuat Arlena lebih menunjukan perhatian dan kasih sayang setiap dia mau lakukan sesuatu.
Arlena keluar dari kamar sambil membawa tas kecil berisi dompet dan ponsel. Dia turun ke lantai bawah lalu keluar rumah tanpa berkata apa pun kepada pelayan.
"Pak, hari ini tidak usah antar. Saya mau keluar sebentar." Sopir yang sudah siap, jadi terkejut. "Baik, Bu." Dia menyerahkan kunci mobil ke tangan Arlena.
Arlena sengaja tidak mau diantar sopir seperti biasanya. Dia ingin lakukan rencananya sendiri, tanpa ada yang tahu.
Sambil pakai sabuk pengaman, Arlena menghembuskan nafas kuat untuk menenangkan detak jantungnya.
Kemudian dia pakai kacamata hitam untuk menyamarkan matanya yang masih agak bengkak, belum kembali normal.
Setelah melewati jalanan yang padat merayap, mobilnya mendekati gedung kantor. Arlena perlambat mobil lalu masuk ke tempat parkir private dekat lift yang berhubungan dengan ruang kerjanya di lantai 3 (tiga).
Arlena tidak mau lewat pintu utama, agar tidak bertemu karyawan atau Dominus yang ada di lantai dasar. Sehingga gagal mengetahui penyebab perubahan Dominus.
Saat membuka ruang kerjanya, Arlena terkejut melihat ada yang duduk di kursi kerjanya. Tanpa melepaskan kacamata, dia menatap wanita yang sedang duduk dan yang juga terkejut melihatnya masuk begitu saja.
"Yaaa..." Teriak wanita itu dengan suara keras. "Siapa kau? Berani masuk ke ruanganku tanpa ketuk?" Wanita di balik meja membentak Arlena dengan wajah marah.
Mendengar itu, Arlena melihat ruang kerjanya dan dia sangat terkejut membaca papan nama di atas meja kerjanya. "Selina D. Deputy Director". Arlena mematung. Seluruh tubuhnya bagaikan dialiri lahar panas. Tanpa menjawab, dia berbalik dan membanting pintu dengan sekuat tenaga.
Arlena berjalan cepat ke ruangan Direktur sambil tas kecilnya diselempangkan ke bahu. Lahar panas hati yang sudah mengalir siap membakar siapa saja. Detak jantungnya berdetak tidak terkendali.
Tanpa mengetuk pintu, dia membuka pintu dengan sentakan kuat, hingga terdengar bunyi keras saat menyentuh tembok ruangan.
Dominus yang sedang berbicara dengan sekretarisnya sontak berdiri dengan marah, tapi dia sangat terkejut melihat siapa yang membuka pintu.
Wajah Dominus berubah seketika dari merah ke pucat. Dia jadi panik melihat amarah Arlena yang kembali menutup pintu dengan membanting.
"Keluar..." Ucap Dominus kepada sekretarisnya yang sangat terkejut melihat Arlena berdiri dengan wajah merah, membara.
Setelah sekretaris keluar, tiba-tiba pintu kembali dibuka tanpa diketuk. Secara refleks, Arlena mendorong pintu dengan kuat hingga menampar yang mau masuk. Suara jeritan di luar pintu membuat Arlena mengunci pintu.
"Siapa perempuan yang ada di ruanganku...?!" Arlena berjalan mendekati Dominus yang sudah berdiri dan panik melihat kemarahan Arlena.
"Dia penggantimu. Kau sudah tidak kerja lebih dari enam bulan, aku perlu bantuan." Dominus kelabakan. Dia menjawab dengan jawaban yang terlintas.
"Perlu bantuan dengan berikan ruangan dan jabatanku padanya? Bukannya aku masih bekerja dan melobby secara daring? Otakmu ke mana?"
"Nanti kita bicara di rumah." Dominus kehabisan kata, karena pintu ruang kerjanya terus diketuk dari luar dan Arlena sedang mengepalkan tangan, menahan marah.
"Bicara di rumah? Suruh dia keluar dari ruanganku sekarang juga, atau seluruh karyawan akan menontonmu..." Arlena tidak mundur setapak pun. Dominus kehilangan wibawa melihat kemarahan Arlena dan bunyi gedoran di pintu.
"Tunggu apa lagi? Atau aku sendiri yang akan menyeret dia?" Ancam Arlena tidak bergeming.
"Aku sudah bilang, nanti kita selesaikan di rumah. Aku mau meeting." Dominus mau mengulur waktu, untuk berpikir.
"Silahkan meeting... Aku akan menyemprot ruanganku dengan pembasmi hama."
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
up Thor makin penasaran aja aku
sedangkan sudah banyak bukti perselingkuhanmu