NovelToon NovelToon
Ayah Untuk Ayasya

Ayah Untuk Ayasya

Status: tamat
Genre:Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:129.5k
Nilai: 5
Nama Author: ShasaVinta

Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.

Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.

Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.

Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?

Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8. Rumah baru

“Mengapa semua pria yang kusayangi pergi menjauhiku?” keluh Bu Damira seraya terisak. Ia duduk di tepi tempat tidur di kamarnya, memunggungi putra sulungnya. “Dahulu ayahmu yang pergi meninggalkan kita. Sekarang kau pun akan pergi mengikuti jejaknya,” ucap Bu Damira sinis.

“Jangan berkata seperti itu, Bu.” Owen yang tidak tega melihat ibunya menangis, segera memeluk Ibunya.

“Bukannya aku meninggalkan Ibu, Aku hanya ingin hidup mandiri bersama istri dan putriku.” Dengan lembut Owen mencoba membuat Ibunya mengerti. “Tak akan ada yang berubah, Bu. Sama halnya seperti saat aku masih bekerja di Kota P. Kita hanya akan terpisah jarak, selebihnya tak ada yang berubah,” jelas Owen.

Mau tak mau, pelukan Owen pada Ibunya harus terlepas saat Bu Damira berbalik badan hingga kini keduanya berhadapan. “Tentu saja ada yang berubah!” ucap Bu Damira dengan ketus.

“Karena kamu akan pergi bersama wanita murahan itu. Itu bedanya!” lanjut Bu Damira.

“Bu! Wanita itu adalah istriku dan dia memiliki nama. Kumohon hargai Tessa, Bu,” tegur Owen pada Ibunya.

Bu Damira dibuat semakin kesal sebab Owen jelas-jelas berpihak pada Tessa. “Belum pindah saja kau sudah berubah, sudah berani menegur Ibumu.” Setelah mengucapkan hal itu, Bu Damira lantas berlalu keluar dari kamarnya tak peduli dengan Owen yang masih ingin berbicara dengannya.

Owen tak mencegah Ibunya, ia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi. Jauh di lubuk hati terdalamnya, Owen percaya jika Ibunya adalah wanita yang baik dan penyayang. Beratnya beban hidup yang pernah ia alami yang telah mengubah sikap Ibunya menjadi seperti sekarang.

Owen kembali ke dalam kamarnya, Tessa yang sedang menggantikan popok Ayasya sontak mempercepat gerakan tangannya. Dari sudut matanya, ia bisa melihat wajah tak bersemangat Owen. Dugaannya adalah Ibu mertuanya sudah pasti tak menyetujui rencana mereka.

Tessa menghampiri Owen yang duduk di sofa kamar mereka. Betapa girangnya Ayasya saat Tessa mendudukkannya di pangkuan sang ayah. “Yah … yah … yah ….” Begitulah celotehan Ayasya disusul tawanya.

“Anak ayah … yang mau pindah ke kota, girang amat sih ….” Owen menciumi pipi chubby Ayasya degan gemas. Sementara Ayasya terus saja tergelak menerima perlakuan sang ayah.

“Pindah, Bang? Kita tetap akan pindah besok?” tanya Tessa dengan raut wajah yang tak percaya.

Owen hanya mengangguk untun menjawabnya. Pria itu masih sibuk menggelitiki putri kesayangannya, hingga bayi itu terus cekikikan. “Memangnya Ibu ngizinin? Tapi tadi Ibu kelihatannya marah dan gak setuju,” gumam Tessa.

“Urusan Ibu biar menjadi urusanku,” ucap Owen. “Yang harus kau lakukan hanyalah menyiapkan segala yang kita perlukan untuk pindah besok.”

Perintah Owen sudah jelas. Meski Tessa masih penasaran dengan apa yang telah dibicarakan suaminya bersama ibu mertuanya, ia tak ingin banyak tanya lagi. Yang diinginkkannya sejak dulu adalah keluar dari rumah itu, dan saat kesempatan itu ada ia tak akan menyia-nyiakannya.

Bergegas Tessa mengeluarkan beberapa koper juga tas yang berisi barang milik ketiganya. Kening Owen mengernyit sebab tak sebanyak dugaannya. “Ini sudah semuanya?” tanya Owen.

Tessa mengangguk. “Loh, bukannya sewaktu pindah ke mari kau membawa banyak barang?” tanya Owen yang tak puas dengan jawaban istrinya. Pasalnya ada kejutan yang telah ia siapkan untuk Tessa di rumah baru mereka.

“Ini sudah semua, Bang.”

“Ke mana semua tas, sepatu, dan pakaian milikmu?” Selidik Owen.

“Semuanya sudah kumasukkan ke dalam koper,” jawab Tessa. “Sebagiannya lagi sudah kuberikan pada Qanita.”

“Apa adikku mamaksa mengambilnya?” Owen sudah menduga, pasalnya beberapa kali adiknya meminta uang darinya untuk membeli tas yang mirip dengan milik Tessa.

“Tidak, aku yang memberikannya.” Jawab Tessa. Namun saat melihat wajah Owen yang menahan kekesalan, segera Tessa mencari alasan agar suaminya itu tak marah dan membuat keadaan semakin panas. “Lagian aku tidak menggunakannya lagi, Bang. Semua barang itu akan rusak jika terus di simpan saja tanpa pernah digunakan. Akan lebih baik jika Qanita yang menggunakannya.”

“Seandainya bukan Qanita, aku tetap akan memberikan barang-barang itu pada orang lain. Akan lebih bermanfaat dari pada harus di simpan dan akhirnya tak bisa digunakan lagi,” lanjut Tessa.

Owen tak lagi berkomentar. Hanya helaan napasnya yang terdengar. Meski wajahnya kembali ceria saat ia kembali bermain bersama Ayasya, namun jauh di dalam hatinya Owen merasa telah gagal menjadi seorang kakak. Ia semakin yakin dengan niatnya untuk pindah dari rumah tempat ia dibesarkan.

Setelah makan malam, Owen kembali menemui ibunya yang mengurung diri di dalam kamar. Wanita paruh baya itu saat ini sedang menjalankan aksi protesnya, ia bahkan melewatkan makan malamnya.

Tok … tok … tok …. Setelah mengetuk pintu, Owen membuka pintu kamar tanpa menunggu sang pemilik kamar yang membukanya.

“Ibu … kamu melewatkan makan malam,” ucap Owen. Kembali ia duduk di tepi tempat tidur, memandang punggung ibunya. “Bagaimana jika penyakit asam lambung Ibu kumat,” imbuhnya.

“Biarkan saja! Lagian sudah tak ada yang peduli dengan Ibu,” balas Ibu Damira.

“Jangan berkata seperti itu, Bu. Sejauh apa pun aku pergi, selama apa pun itu, aku akan tetap menjadi putra Ibu,” ungkap Owen.

“Besok aku akan tetap pindah bersama Tessa dan Aya. Bukan berarti kita tak akan bertemu lagi, kami akan sering mengunjungi Ibu di hari libur. Ayasya pasti akan merindukan Neneknya,” ucap Owen.

Ibu Damira masih saja bergeming. Ia tetap berbaring memunggungi putranya. Bungkam, tak berkomentar apa pun. Owen menggeleng melihat betapa keras kepalanya sang ibu.

Owen mengeluarakan sebuah amplop putih dari sakunya. Ia letakkan di atas nakas. “Bu, Tessa menitipkan ini padaku. Dia ragu untuk memberikannya langsung pada Ibu, takut Ibu tersinggung. Jadi dia memintaku memberikannya pada Ibu. Dia ingin berterima kasih pada Ibu, ingin membelikan sesuatu tapi tak tahu kesukaan Ibu. Jadi Ibu, akan lebih baik jika Ibu sendiri yang membelinya.”

Beberapa detik setelah itu, Ibunya masih tetap bergeming. “Baiklah, Bu …. Aku akan kembali ke kamar. Makanlah dulu sebelum tidur, ya.”

“Aku menyayangi Ibu, dan tak akan pernah berubah hingga akhir hidupku,” ucap Owen sebelum menutup pintu kamar Ibu.

Owen tak tahu saja jika setelah pintu tertutup, Bu Damira segera bangun dan memeriksa amplop yang ditinggalkan putranya. Kedua netranya berbinar saat melihat lembaran merah yang cukup banyak di sana. “Jadi, ini usaha mereka untuk merayuku?” guman Bu Damira namun dengan senyum di wajahnya.

...…....

Keesokan harinya … pagi sekali Owen, Tessa, dan Ayasya sudah bersiap untuk pindah ke rumah baru mereka di kota. Baik Bu Damira dan Qanita merasa sangat sedih karena harus berjauhan dengan Ayasya. Mereka yakin akan rindu pada bayi menggemaskan itu.

Ayasya digendong oleh Bu Damira dan Qanita secara bergantian. Keduanya mencium pipi Ayasya dan memeluknya erat-erat. Bayi berusia satu tahun itu sampai memekik, merasa tak nyaman saat ia dipeluk dengan erat.

“Kami pamit ya, Bu. Jangan sedih, kami akan sering berkunjung ke rumah Ibu,” pamit Owen sebelum ia melajukan mobilnya menjauh dari rumah masa kecilnya.

Sepanjang perjalanan yang membutuhkan waktu lebih dari satu jam, Ayasya terus terlelap dalam pangkuan ibunya. Sesekali Owen menoleh pada Tessa, dan mengagumi senyuman Tessa yang telah lama menghilang. Akhirnya, senyumanmu itu kembali.

Senyuman Tessa semakin jelas terlihat saat Owen menghentikan laju mobilnya di depan sebuah rumah sederhana bercat putih.

“Selamat datang di rumah kita!” Seru Owen sesaat setelah membuka pintu.

Pria itu mengambil alih Ayasya dari gendongan Tessa. “Berkelilinglah. Katakan padaku jika ada yang kurang atau yang tak kau suka,” ucapnya.

Tessa berkeliling dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajahnya. Melihat seisi rumah sederhana itu telah terisi dengan perbabotan pilihannya yang batal mereka beli, membuat Tessa tak kuasa menahan air mata harunya.

“Bang, ini semua ….” Tessa tak dapat berkata-kata lagi.

“Kuharap kau suka dan akan betah tinggal di rumah ini,” ucap Owen. “Kita akan membesarkan Ayasya di sini,” imbuhnya.

Tessa semakin dibuat takjub saat mereka tiba di kamar tidur utama. Tempat tidur yang lebih besar dan pastinya nyaman untuk ketiganya, ditambah dengan walkin closet yang sengaja di buat Owen karena tahu jika istrinya memiliki banyak koleksi pakaian, tas, sepatu, juga aksesoris lain.

Melihat itu membuat Tessa semakin terharu. Buliran bening satu per satu mulai turun membasahi pipinya. Ia ingat jika dulu pernah mengeluh pada Owen karena tak memiliki tempat untuk menyimpan semua koleksinya. Sayangnya, koleksinya tak sebanyak dulu setelah Qanita mengambilnya.

“Bang, terima kasih banyak. Kau bahkan menyiapkan semua ini,” ungkapnya.

Owen mengangguk. “Bukan masalah, tapi sepertinya sekarang kau harus bersabar untuk mengisi lemari-lemari itu,” ucap Owen mengundang tawa Tessa.

Hari pertama di rumah baru dilalui ketiganya dengan tawa. Meski baru beberapa jam di sana, Tessa sudah merasa sangat nyaman. Mungkin salah satunya karena akhirnya kini dia bisa tenang, bebas dari gangguan Ibu mertua dan adik iparnya.

Sayangnya hal itu tak berlangsung lama. Tiga bulan telah berlalu, dan hari-hari yang dilalui Tessa juga Owen cukup berat. Tessa harus belajar dan membiasakan dirinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang seakan tak pernah ada habisnya.

Tessa akhirnya menyadari jika tugas seorang ibu rumah tangga tidaklah mudah. Terlebih ia memiliki seorang putri kecil yang sedang aktif-aktifnya. Mencuci, memasak, membersihkan rumah, merawat Ayasya, semua dikerjakan Tessa tanpa mengeluh meski terasa begitu berat. Tessa bersyukur karena di saat senggang atau di hari liburnya, Owen selalu membantu Tessa.

Namun satu hal yang akhirnya menjadi permasalahan di rumah tangga Owen dan Tessa, yaitu masalah ekonomi. Sebab, selain rumah tangganya sendiri, Owen masih harus memenuhi kebutuhan Ibu dan adiknya yang jumlahnya tak sedikit. Tessa menyadari itu, lantas ia berusaha untuk menekan pengeluaran mereka.

Suatu hari Tessa tanpa sengaja melihat unggahan ibu mertua dan adik iparnya yang sedang berlibur ke salah satu tempat wisata di luar kota. Tessa yang sudah pernah mengunjungi tempat itu, tentu tahu jika untuk ke sana membutuhkan biaya besar.

Awalnya Tessa tak ingin ambil pusing, namun saat tanpa sengaja melihat bukti transfer uang dengan nominal yang cukup besar dari saku kemeja Owen, ia dibuat geram. Sejumlah uang dengan nominal yang cukup besar telah Owen kirimkan ke rekening atas nama adiknya.

“Di saat aku susah payah berhemat, Bang Owen malah memberikan uang pada adik dan ibunya untuk bersenang-senang,” monolog Tessa.

Ia berbalik menatap putrinya yang asyik bermain di atas tempat tidur. “Baiklah! Ayasya, ayo kita tunjukkan ke ayah kalau kita juga bisa bersenang-senang,” ucap Tessa pada Ayasya.

Segera Tessa menghubungi seseorang di telepon dan setelah itu ia segera bersiap. Setelah 30 menit berlalu, kini Tessa dan Ayasya sudah siap. Mengenakan pakaian berwarna senada dengan putrinya, lantas keduanya pergi meninggalkan rumah dengan taksi.

Meski dalam benaknya timbul keraguan, namun kekesalannya pada suaminya jauh lebih besar. Tessa menyayangkan sikap Owen yang hingga kini masih tak terbuka padanya.

”Setelah ini ayah pasti akan marah,” monolog Tessa. Kau sudah siap kan menghadapi kemarahan ayahmu?” tanyanya pada Ayasya yang sedang tertidur di pangkuannya.

...———————...

1
💞🍀ᴮᵁᴺᴰᴬRiyura🌾🏘⃝Aⁿᵘ
akhirnya setelah melalui beragam.rintangan kebahagian itu datang juga...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
benarkah???
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
keguguran keknya...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
saatnya kamu panen apa yg kamu tanam nawra...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
good job ben.. wis alih profesi jd aktor aja ...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
hhmmm gmn buuuu calon menantunya hamil anak laki lain mboh siapa bapaknya.....
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
iiihh dasar ben sedeng 11 12 sm.nawra
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
mungkiniah owen diauruh danira bertanggung jawab pd nawra? kalo.iya .. angel wis angel....
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
weh dasar nawra stress berat menjurus depresi... dah bawa aja nawra ke rsj...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
kok.melu panas bacanya 🙈🙈
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
sabar owen dengerin penjelasan alfio dl... tp jgn syok ya nanti...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
mereka lg sibuk anu bang alfio 🤭😅😅✌
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
wis waktunya bezuk debay 🤭😅😅✌✌
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
yah danira gampang pisan dihasut nawra... bgtulah kalo di hatinya tertanam kebencian ga punya pendirian ..
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
makanya alfio jan krn ambisi/nap su ingin bertemu/ merebut ayasya sembarangan milih patner kan runyam...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
ben ga usah kepo gitu urus aja urusan sendiri gmn caranya tobat dr maksiat...
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
tessa menikah dg owen stelah melahirkan bkn saat hamil.. makanya ben jgn mudah percaya sm omongan nawra
🌟𝙈𝙗 𝙔𝙪𝙡²🇵🇸
ben percaya sama nawra.. syirik 🤭😅😅✌✌
nawra wanita licik, ben..
༄⃞⃟⚡𝙼𝙰𝙼𝙰ᶠᵉⁿᶦ𒈒⃟ʟʙᴄ 🍒⃞⃟🦅
Ye akhirnya happy ending. selamat ya tes doa dan harapan akhirnya tercapai dengan smua kejadian yang sudah kamu lalui akhirnya bisa berakhir bahagia.

wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.

kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...
zhA_ yUy𝓪∆𝚛z
mewek betulan lah aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!