Dua orang sahabat dekat. Letnan satu Raden Erlangga Sabda Langit terpaksa harus menjadi presiden dalam usia muda karena sang ayah yang merupakan presiden sebelumnya, tutup usia. Rakyat mulai resah sebab presiden belum memiliki pasangan hidup.
Disisi lain presiden muda tetap ingin mengabdi pada bangsa dan negara. Sebab desakan para pejabat negara, ia harus mencari pendamping. Sahabat dekatnya pun sampai harus terkena imbas permasalahan hingga menjadi ajudan resmi utama kepresidenan.
Nasib seorang ajudan pun tak kalah miris. Letnan dua Ningrat Lugas Musadiq pun di tuntut memiliki pendamping disaat dirinya dan sang presiden masih ingin menikmati masa muda, apalagi kedua perwira muda memang begitu terkenal akan banyak hitam dan putih nya.
Harap perhatian, sebagian besar cerita keluar dari kenyataan. Harap bijaksana dalam membaca. SKIP bagi yang tidak tahan konflik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Mengikuti kata hati.
Setelah mengantar Bendot dan Nindy pergi, Di dalam mobil, Bang Erlang dan Bang Lugas penuh dengan pikiran masing-masing. Bang Lugas masih memikirkan tentang Bebi, gadis malam yang entah kenapa terus menghantuinya. Sementara Bang Erlang, diam-diam menyimpan pandangan lebih untuk Nindy, wanita yang tadi berseteru dengan Bendot.
"Lang, kamu nggak apa-apa?" tanya Bang Lugas, memecah keheningan.
Bang Erlang tersentak kaget. "Haaah? Apa, Gas?? Nggak ada apa-apa kok. Kenapa emangnya?"
"Kamu dari tadi diem aja. Sepertinya ada yang kamu pikirin," tebak Bang Lugas.
Bang Erlang tersenyum tipis. "Nggak ada apa-apa. Cuma lagi mikir tentang misi kita aja."
Bang Lugas mengangguk-angguk. Ia tau, Bang Erlang sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi ia tidak ingin memaksa atasannya itu untuk bercerita.
"Oh ya, Lang," kata Bang Lugas, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Gimana menurutmu tentang Nindy? Dia lumayan juga ya."
Bang Erlang terdiam sejenak. "Lumayan apanya?" tanyanya dengan nada datar.
"Ya, lumayan cantik, lumayan berani. Cocok lah buat jadi..... temanmu," jawab Bang Lugas, berusaha menggoda sahabat nya itu.
Bang Erlang hanya tersenyum tipis. "Kamu ini ada-ada aja. Udah ah, nggak usah bahas yang nggak penting. Lebih baik kita fokus dengan misi kita."
Bang Lugas mengangkat bahunya. Ia tau, Bang Erlang tidak tertarik untuk membahas Nindy lebih lanjut. Tapi ia juga tau, ada sesuatu yang menarik perhatian atasannya itu pada wanita tersebut.
***
Hari nyaris pagi. Di kamar khusus ajudan, miliknya.. Bang Lugas sedang memandangi langit malam dari balkon kamar. Pikirannya masih tertuju pada Bebi.
"Kenapa aku jadi kepikiran terus sama dia?" gumam Bang Lugas. "Padahal, dia cuma gadis malam biasa."
Namun, ia tidak bisa memungkiri, ada sesuatu yang menarik perhatiannya pada Bebi. Sungguh ia terpesona dengan kecantikannya, keberaniannya, dan kejujurannya.
"Dia beda dari gadis-gadis malam yang pernah aku temui," pikir Bang Lugas. "Dia punya sesuatu yang istimewa. Tapiii.. Kenapa ya dia pengen hamil?? Apa ada masalah besar yang menghimpitnya?? Sebenarnya, tanpa 'pengaman' pun dia bisa saja hamil."
Bang Lugas menghela napas panjang. Ia tau, ia tidak boleh terlalu lama memikirkan Bebi. Ia harus fokus pada misinya.
Lama termenung semakin lama, ia mengacak rambutnya, pikirannya terlalu penuh dengan banyak hal.
"Kenapa aku nggak bisa berhenti memikirkannya." gumam Bang Lugas lagi. "Masa aku harus bertemu dengannya lagi."
Jiwa prianya tergugah. Ia ingin mengenal Bebi lebih jauh. Ia ingin tau, apa yang sebenarnya terjadi. Hela nafasnya terasa berat, ia mengusap dadanya.
"Ayune Ya Allah. Soyo suwe ora kuat, ikiii..!!"
\=\=\=
"Minta ijin free, donk. Ada konser di kota. Saya mau lihat. Kamu mau lihat atau tidak??" Tanya Bang Lugas.
"Nggak.. Saya malas, pengen tidur lebih cepat saja." Jawab Bang Erlangga.
"Yowes aku pergi ya..!!" Pamit Bang Lugas.
"Iyoooo.."
...
Malam itu, gemerlap lampu dan dentuman musik menggema di stadion utama ibu kota. Konser artis papan atas negeri ini dipadati ribuan penggemar dari berbagai penjuru. Di tengah kerumunan, Bang Lugas berdiri dengan tatapan datar namun mencari. Ia datang bukan untuk menikmati musik, melainkan untuk mencari Bebi meskipun kemungkinan itu sangat kecil.
"Nadine," gumam seorang pria berbisik di telinga Bang Lugas, kawan itu menyebut nama yang akhirnya berhasil ia dapatkan. "Semoga dia ada di sini, bro. Kabarnya dia anak 'Mami' yang baru."
Kening Bang Lugas mengernyit namun kemudian ia bersikap tenang. "Oke.. Thanks"
Matanya menyapu setiap sudut, berharap menemukan sosok gadis malam yang telah mencuri perhatiannya. Tanpa disangka, di sisi lain stadion, Nadine benar-benar hadir. Ia datang bersama teman-temannya, mungkin berharap bisa melupakan masalah yang tengah membelitnya.
Bang Lugas terus menatap setiap lekuk gerak Nadine. Gadis itu berlenggok menyesuaikan irama lagu. Perhatian Bang Lugas terkuras habis hanya untuk menatap Nadine.
Namun, suasana riang konser tak berlangsung lama. Tiba-tiba, kericuhan pecah. Salah seorang pria ingin mendekati Nadine namun Nadine menghindar, pria lain tidak terima dan mengambil kesempatan.
Diduga akibat saling senggol dan provokasi, beberapa penonton terlibat adu mulut yang berujung baku hantam. Suasana yang awalnya meriah berubah menjadi mencekam.
Di tengah kekacauan itu, Bang Lugas melihat Nadine terjebak di tengah kerumunan yang saling dorong. Ia berusaha mendekat, namun massa terlalu padat dan sulit ditembus. Tiba-tiba, seorang pria menyenggol Nadine dengan keras hingga gadis itu terhuyung dan terjatuh bahkan terinjak.
"Nadineee..!!!!" teriak Bang Lugas panik.
Bang Lugas berhasil menerobos kerumunan dan menghampiri Nadine yang sudah tergeletak tak sadarkan diri. Wajahnya pucat dan terdapat luka memar di pelipisnya. Tanpa pikir panjang, Bang Lugas mengangkat Nadine dan membawanya keluar dari area konser.
//
Sementara itu, di sisi lain stadion, Nindy juga tengah menghadapi masalahnya sendiri. Ia terlibat adu mulut dengan seorang pria yang mencoba merampas dompetnya. Pria itu menarik tangannya dengan kasar, membuat Nindy berteriak histeris dan berusaha mempertahankan dompetnya.
"Lepaskan saya..!!!!!!!" teriak Nindy.
Tiba-tiba, seorang pria datang menghampiri dan langsung menghajar pria yang mencoba merampas dompet Nindy. Pria itu tak lain adalah Bang Erlang.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bang Erlang khawatir setelah berhasil melumpuhkan pelaku.
Nindy menatap Bang Erlang dengan tatapan terkejut. "Bang Erlang? Kenapa bisa ada di sini?"
"Kebetulan saja," jawab Bang Erlang singkat. "Yang penting, kamu selamat."
Bang Erlang kemudian membawa Nindy keluar dari area konser yang semakin rusuh. Mereka berdua berjalan dalam diam, mencoba menenangkan diri masing-masing.
//
Di luar stadion, Bang Lugas membawa Nadine ke sebuah tenda kesehatan terdekat. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa Nadine hanya mengalami beberapa luka ringan dan pingsan karena kaget.
"Dia harus istirahat yang cukup." kata dokter.
Bang Lugas mengangguk dan mengerti akan penjelasan dokter. Ia kemudian membawa Nadine ke sebuah tempat di dekat taman yang tidak seberapa ramai.
"Kenapa kamu bisa ada di konser itu?" tanya Bang Lugas setelah Nadine sadar.
Nadine terdiam sejenak. "Saya cuma pengen refreshing aja," jawabnya lirih. "Saya bosan kerja terus, capek"
Bang Lugas menatap Nadine dengan tatapan iba. Ia tau, gadis itu pasti memiliki beban hidup yang berat.
"Kamu nggak harus kerja seperti itu, Nadine."kata Bang Lugas. "Kamu bisa melakukan hal yang lebih baik. Tidak menjajakan tubuhmu pada laki-laki yang tidak berhak."
Nadine tersenyum tipis. "Saya nggak punya pilihan lain. Lagipula siapa yang berhak?? Bukankah Abang sendiri juga ingin tubuh Nadine saja?"
Jawaban Nadine jelas membuat perasaan Bang Lugas begitu sakit.
"Kamu masih punya pilihan." bantah Bang Lugas. "Kamu bisa berubah. Saya akan bantu kamu."
Nadine menatap Bang Lugas dengan tatapan saling bergantung namun keduanya saling membuang pandang, seakan tak sanggup dengan tatapan tersebut.
.
.
.
.