NovelToon NovelToon
AKHIRNYA MENYESAL

AKHIRNYA MENYESAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Pihak Ketiga / Pelakor / Balas Dendam
Popularitas:16.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Saat kehamilan itu benar-benar terjadi pada Livia, dia bermaksud memberikan kejutan dengan datang ke kantor suaminya untuk mengabarkan kabar bahagia tersebut.

Tapi apa yang dia dapatkan, sangatlah mengguncang perasaannya.

Ternyata di ruangannya, Alex tengah bersama seorang wanita berparas lembut, dengan gadis kecil yang duduk di pangkuannya.

Bukannya merasa bersalah, setelah kejadian itu Alex malah memberi pernyataan, "kita berpisah saja!" Betapa hancur hati Livia. Dia tak menyangka, Alex yang begitu

mencintainya, dengan mudah mengatakan kata-kata perpisahan. Lalu apa jadinya jika suatu hari Alex mengetahui kalau dia sudah menelantarkan darah dagingnya sendiri dan malah memberikan kasih sayangnya pada anak yang tidak ada hubungan darah dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERCABANG

Livia baru pulang ke apartemennya setelah pukul delapan malam. Di ruang tengah, Alex sudah menunggu. Wajah laki-laki itu tampak tegang. Sebaliknya, Livia justru terlihat tenang.

"Mana, katanya kamu mau berubah? Tidak pulang melebihi jam kerja normal," sindir Alex, menghentikan langkah Livia yang hendak naik ke lantai atas.

"Aku kira kamu masih menghabiskan waktu sama mereka. Makanya aku pergi ke panti," jawabnya santai, lalu kembali melangkah.

Alex langsung berdiri dan menahan tangan Livia.

"Jangan gunakan itu sebagai alasan! Aku sudah bilang, kedekatan kami hanya karena Keysha. Dia sudah berhasil mengobati perasaan rinduku pada anak kandungku sendiri."

Livia mendengus kasar dan menepis kuat tangan Alex dari pergelangan tangannya.

"Itu hanya proses awal. Selanjutnya, siapa yang tahu?" balasnya sinis. Setelah itu, dia benar-benar pergi ke kamar mereka.

Begitu masuk, Livia langsung memasukkan semua barang-barang pribadi dan pakaiannya ke dalam dua koper besar. Ia tak peduli, memasukkannya secara sembarangan dan acak-acakan.

Setelah beres, ia keluar lagi dari kamar sambil

Menarik kedua koper. Tepat saat itu, Alex masuk dari arah berlawanan.

"Mau ke mana kamu?" tanya Alex, kaget. Refleks, tangannya menahan salah satu koper di tangan Livia.

"Aku akan tidur di kamar tamu."

"Jangan seperti ini, Liv. Dengarkan penjelasanku. Aku tidak berkhianat darimu."

Livia tidak menerima ucapan Alex begitu saja.

Tatapannya tajam, memancarkan luka yang kini memenuhi hatinya.

"Tidak sekarang, tapi aku yakin karena anak itu, lama-lama perasaan kamu pada ibunya akan tumbuh juga."

Alex mengacak rambutnya, frustrasi. Sangat sulit menjelaskan sesuatu pada Livia yang keras kepala. Tapi, ia juga tak bisa memungkiri, bahwa dirinya memang sudah merasa nyaman berada di dekat ibu dan anak itu. Ia merasa dibutuhkan dan diperhatikan.

"Kenapa diam? Tolong minggir, aku mau lewat," kata Livia lagi, tegas.

"Tidak usah! Biar aku yang pindah, jika kamu sudah tidak menginginkan tidur satu kamar dan satu ranjang denganku."

Alex langsung masuk ke kamar dan mulai membereskan barang-barangnya seperti yang dilakukan Livia tadi. Setelah itu, ia keluar dan menuju kamar lain.

Malam itu, Alex sama sekali tak bisa memejamkan mata. Ia terus memikirkan nasib rumah tangganya.

Andai saja Livia bisa bersikap seperti ibu rumah

tangga pada umumnya dan tidak menunda kehamilan, mungkin keadaan rumah tangga mereka tidak akan seperti sekarang. Mereka seharusnya sudah hidup bahagia bersama anak-anak mereka. Ia pun tak perlu lagi mendengar sindiran tajam dari mama dan adiknya tentang Livia. Tidak ada lagi tuduhan mandul yang dilontarkan kepada istrinya, hal yang perlahan-lahan membuatnya merasa jengah.

Alex menarik napas panjang lalu mengembuskannya perlahan.

Dia kembali teringat pertemuan pertamanya dengan Ishana beberapa bulan lalu.

Sore itu hujan turun dengan sangat lebat. Langit kelabu, udara dingin yang menggigit dan angin bertiup begitu kencang.

Ini hari Minggu, seharusnya Alec bisa

menghabiskannya dengan Livia. Berbagi cerita manis dan

momen intim untuk memupuk kemesraan dan keharmonisan rumah tangga atau sekedar mengusir hawa dingin.

Tapi sayang, itu tak akan terjadi! Tadi pagi Livia ijin untuk melakukan general meeting di kantornya, meski ini hari libur.

Dalam ketermanguannya, Alec mendapat telepon dari sang adik Aurelia, untuk menjemput Syaira putrinya, di rumah ibu guru yang anaknya sedang berulangtahun.

"Bang, tolongin aku ya, please... kata Bu Ishana gurunya, Syaira sudah minta pulang terus dari tadi."

Mohon sang adik memelas.

"Kenapa nggak supir kamu aja yang jemput?"

"Pak Tomo sedang jemput mas Barly ke Bandara. Hari ini dia pulang dari tugas luar kota."

Alec pun akhirnya menyanggupi. Dia juga sangat sayang pada Syaira, keponakan satu-satunya... ralat, akan menjadi dua karena sekarang Aurelia tengah hamil anak kedua.

Sementara dirinya? Sudah hampir tiga tahun menikah, tapi belum juga dikaruniai momongan. Padahal dia sudah sangat menginginkannya. Saat mengutarakan keinginannya itu pada Livia, istrinya selalu memintanya bersabar.

"Sabar ya sayang, nanti kalau pekerjaanku sudah sedikit longgar, aku siap hamil kok. Janji!" Katanya sambil tersenyum polos dan mengacungkan dua jarinya.

Kalau sudah begitu Alex tak bisa merengek lagi. Dia tak ingin membebani pikiran istrinya yang sudah mumet dengan beban pekerjaannya. Dan sekarang, Livia malah tambah sibuk. Bahkan dirinya pun hampir selalu dilupakan.

Akhirnya Alex pun menjemput keponakannya di rumah guru yang alamatnya sudah di-share Aurelia.

Hujan yang sangat deras sedikit mengaburkan penglihatannya. Tapi dia tetap fokus hingga akhirnya sampai juga di tujuan.

Alecx menghentikan mobilnya di depan pagar sebuah rumah mungil yang sederhana namun asri.

Di ambang pintu, nampak Syaira berdiri dengan wajahnya setengah merengek. Di sebelahnya berdiri seorang wanita berwajah lembut, mengenakan cardigan cream yang melindungi tubuhnya dari udara dingin.

Wanita itu segera mengambil payung untuk menjemput Alex yang baru saja membuka pintu mobilnya.

"Tidak usah, saya bawa payung!" Teriak Alex keras, karena suaranya bersaing dengan suara hujan deras. Wanita itupun kembali menyimpan payungnya dan tersenyum ramah menyambut Alex.

Sementara Syaira langsung memeluk tubuh jangkung Om nya, begitu Alex tiba di hadapannya.

"Kenapa Om Alex lama sekali, Syaira kan udah ngantuk." Protes gadis kecil itu manja.

"Ya udah, ayo kita pulang, nanti Syaira bisa bobok di mobil." Ujar Alex lembut. Lalu menggendong tubuh mungil itu yang terlihat memang sudah mengantuk.

"Pak Alex mau masuk dulu? Saya bikinkan teh hangat." Tawar Ishana.

"Terimakasih Bu Ishana, kami harus pulang. Kasihan Syaira sudah mengantuk." Tolak Alex sopan. Ishana pun mengangguk. Lalu mengambilkan goodie bag bagian Syaira, berisi makanan ringan, bingkisan ulang tahun Keysha, putri Ishana yang ke tiga tahun.

Alex membawa Syaira yang mulai terlelap, menahan tubuh mungil itu dalam pelukannya dengan hati-hati. Hujan belum juga reda. Justru semakin deras, seakan menolak memberi jeda.

Melihat itu, Ishana segera mengambil payung milik

Alex yang tergeletak di lantai dan mendekat.

"Biar saya payungi sampai ke mobil," ujarnya cepat, sebelum Alec sempat menolak.

Mereka berjalan berdampingan menuju mobil. Alex sedikit membungkuk agar Syaira tak terkena percikan hujan dari pinggiran payung.

Dalam langkah terburu itu, tangan Ishana yang memegang payung tanpa sengaja menyentuh lengan Alex.

Hanya sesaat.

Refleks dan langsung sama-sama menarik diri. Tak ada kata yang terucap, selain suara deras hujan dan suasana yang sedikit canggung.

Begitu sampai di mobil, Alex membuka pintu belakang dan menidurkan Syaira perlahan di kursi. Payung tetap terbuka, dan tangan Ishana menahannya di atas kepala Alex.

"Terima kasih, Bu Ishana," ujar Alec akhirnya.

Wanita itu hanya mengangguk kecil, senyumnya tetap ramah. Lalu menyerahkan goodie bag kecil tadi.

Alex masuk ke balik kemudi mobilnya.

"Ini payungnya, pak Alex." Kata Ishana sebelum Alex menutup pintu.

"Pakai saja, nanti Bu Ishana kehujanan."

Ishana tersenyum. Dia baru ingat, lupa membawa payungnya sendiri.

"Kalau begitu, tunggu sebentar, saya ambil payung saya dulu."

Tapi Alex segera melarangnya.

"Tidak usah, lain kali saja. Lagian saya masih punya payung cadangan."

Sejenak mata mereka saling menatap, tapi cepat-cepat kembali saling menghindar.

Setelah itu Alex menyalakan mesin mobilnya.

Memberi anggukan kecil pada Ishana sebagai tanda pamitan. Lalu mobil pun melaju pelan.

Tak sadar Alex mendesah pelan, mengingat semua itu.

Bayangan Ishana dan Keysha menari di pelupuk matanya.

Bibirnya tertarik dalam senyum getir. Ironisnya, justru sekarang ia merasa lebih nyaman berada di antara mereka.

1
Ayudya
ayolah buat nathali jerah dan ga nganggu keluarga kecil mu lagi
Mundri Astuti
ga bisa dibiarin ni mah Sean ...kudu dibikin kapok
Ayudya
nat niat iri dan akan menghancurkan mu
Dila Dilabeladila
sukurin dan lo akan lebih menyesal pafa saat tau klu itu anak lo.behhhhhhhh
Hasri Ani: sabar saaaay sabaaar🤣🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
maem tu sesal lex🤣🤣🤣🤣🤣
Hasri Ani: 🤣🤣penyesalan emang sllu belakng say.. klw di awal itu pendaftaran nmnya🤣🤣
total 1 replies
Ayudya
lah siapa lagi tu yg teriak teriak kayak tarzan
Ejan Din
punya niat jd pelakor
Ayudya
seru dan menarik
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
dih lu yg mandul
kalea rizuky
hahahaah mampus lu lek istri lu g ada rahim
kalea rizuky
woy Sean putusin dlu lampir serakah jg lu mau dketin Livia kok masih punya pcr mana mau livia
kalea rizuky
dih siapa loe lek ngatur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!