NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Orang Dalam

Jodoh Jalur Orang Dalam

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Keluarga / Menikah Karena Anak
Popularitas:330
Nilai: 5
Nama Author: yesstory

Setelah lama merantau, Nira pulang ke kampung halaman dengan membawa kabar mengejutkan. Kehamilannya yang sudah menginjak enam bulan.
Nira harus menerima kemarahan orang tuanya. Kekecewaan orang tua yang telah gagal mendidik Nira setelah gagal juga mendidik adiknya-Tomi, yang juga menghamili seorang gadis bahkan saat Tomi masih duduk di bangku SMA.
Pernikahan dadakan pun harus segera dilaksanakan sebelum perut Nira semakin membesar. Ini salah. Tapi, tak ingin lebih malu, pernikahan itu tetap terjadi.
Masalah demi masalah pun datang setelah pernikahan. Pernikahan yang sebenarnya tidak dilandasi ketulusan karena terlanjur ‘berbuat’ dan demi menutupi rasa malu atas aib yang sudah terlanjur terbuka.
Bisakah pernikahan yang dipaksakan karena sudah telanjur ada ‘orang dalam’ perut seperti itu bertahan di tengah ujian yang mendera?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yesstory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hubungan Terlarang

“Mau kemana dulu sebelum pulang?”

Mela menoleh, menatap Tomi yang juga tengah menatapnya.

“Entahlah. Aku sebenarnya malas pulang.” Mela mendesah lelah. Matanya menatap langit yang masih cerah walau jam sudah menunjukkan pukul empat sore.

“Mau jalan-jalan dulu?” tanya Tomi.

“Sama siapa?”

“Sama aku lah. Atau kamu mau jalan sama yang lain?”

Mela mendengkus. “Kalau aku mau jalan sama yang lain, nggak mungkin aku minta jemput kamu.”

“Ya udah ayo naik. Kita jalan-jalan aja. Aku siap nganterin kamu kemana aja.” Tomi menyerahkan helm pada Mela yang langsung diterima perempuan itu dengan senyuman tipisnya.

Setelah Mela naik ke atas motornya, Tomi pun melajukannya menuju jalan raya. Cukup lama mereka berkendara karena keduanya sama-sama tak tahu mau kemana. Sementara waktu terus berjalan. Petang mulai menyapa.

“Tom, berhenti di sana!” Seru Mela karena suaranya kalah oleh desau angin jalanan.

Tomi mengangguk dan mengarahkan motornya ke tempat yang ditunjuk Mela.

“Kamu pingin?” tanya Tomi begitu mereka memasuki lobi hotel melati.

Mela mengedikkan bahu seraya terus melangkah ke resepsionis hotel. Setelah mengurus administrasi, Mela menggandeng tangan Tomi menuju kamar yang ia pesan. Tak ada pembicaraan. Mereka berdua berjalan bersisian, saling bergandengan tangan, dengan Mela yang menyandarkan kepalanya ke bahu Tomi sambil mereka berjalan.

Setelah pintu kamar di buka, Mela melepaskan tangannya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tomi menatapnya sekilas, membiarkan Mela melakukan apa yang ia mau, sebelum ia duduk di pinggir ranjang.

“Sebenarnya tujuan nikah itu apa sih, Tom?” tanya Mela, menatap langit-langit kamar.

Tomi ikut merebahkan tubuhnya di sisi Mela dan menatap ke atas. “Kalau aku sih karena dia hamil anakku.”

Mela terkekeh pelan. “Kok bisa sih dia kebobolan begitu? Apa miliknya terlalu nikmat sampai kamu lupa diri?”

Tomi tersenyum miring. “Enggak juga. Dia udah di bobol orang sebelum sama aku. Aku juga udah pakai pengaman. Ya emang nasib aja. Aku sempat ragu sih apa bener dia hamil anakku. Tapi, begitu lahir, anak itu mirip denganku. Ya udah. Nggak ada yang buatku ragu lagi.”

Mela terdiam. Ia bergerak, duduk bersandar. Jari lentiknya mengelus perlahan rambut Tomi.

“Kamu nyesel nggak sih Tom, nikah di umur yang masih begitu muda? Tujuh belas tahun.”

Tomi tak menjawab. Ia malah memejamkan matanya, menikmati jemari Mela yang membelai kepalanya dengan lembut.

“Aku yang nikah belum lama aja, nyesel, Tom. Kalau bisa mengulang waktu, lebih baik aku nggak nikah dulu. Nikmatin masa muda. Bebas jalan sama siapapun tanpa larangan. Tanpa ikatan. Bukan seperti ini.” Mela menghela napas panjang.

“Setidaknya kamu menikah karena keinginanmu sendiri, Mel. Bukan karena ‘orang dalam’ yang udah ada di perut. Bukan karena paksaan,” ucap Tomi lirih.

“Dan aku sedikit menyesalinya, Tom. Nyatanya, menikah karena saling mencintai, saling menginginkan, nggak membuat pernikahan itu bahagia. Buktinya aku ada disini bersamamu. Bukan dengan suamiku.”

Tomi mengangkat wajahnya, menatap Mela yang melihat layar tv mati. Tomi lantas bergerak, ikut duduk bersandar, menyamping, mengamati wajah Mela yang terlihat lelah.

“Kamu tahu resiko pekerjaan suamimu, Mel. Tapi kamu tetap menikahinya, bukan? Menyesal pun tak ada gunanya untuk sekarang.”

Mela mengangguk, membenarkan. Tomi meraih bahu Mela, menariknya, dan mendekap lembut.

“Yang penting aku ada disini. Menemanimu,” ucap Tomi, mengecup kening Mela.

“Aku nggak tahu kalau nggak ada kamu, aku gimana. Bisa aja aku jadi LC (pemandu lagu di tempat karaoke).” Mela memeluk pinggang Tomi.

Tomi menggeleng. “Kamu cantik, Mela. Tubuhmu juga seksi. Jangan biarkan tubuhmu disentuh banyak pria. Kamu terlalu berharga untuk jadi LC. Aku juga nggak akan membiarkanmu terjun ke dunia seperti itu.”

Mela tersenyum sinis. “Cantik dan seksi. Tapi, itu saja nggak cukup membuat Egan tinggal. Dia tetap pergi meninggalkanku.”

“Dia pergi bekerja, Mela. Lagipula uangnya juga sampai ke kamu. Kamu bisa membeli apapun yang kamu. Uangnya banyak. Gajinya besar.”

“Tapi aku nggak cuma butuh uangnya. Aku butuh dia. Fisik dan jiwanya.”

Tomi terkekeh. “Sekarang aja kamu bilang begitu. Dulu, kamu sangat membanggakannya. Bilang kalau nggak papa ditinggal kerja bertahun-tahun, kesepian, asal uangnya pulang. Tapi sekarang, kamu malah ada di pelukanku. Pria lain yang sialnya masih mencintaimu sejak dulu.”

Mela semakin membenamkan wajahnya di dada Tomi. Menghirup aroma parfum Tomi yang perlahan mulai memancing gairah yang terpendam.

Ia bukan tak tahu perasaan Tomi padanya. Tapi, dulu ia terlalu naif. Menganggap asal ada uang banyak, maka hidup akan bahagia. Itulah sebabnya ia setuju menikah dengan Egan, walau tahu pekerjaan Egan di kapal pesiar tak bisa ditinggalkan. Bahkan di awal-awal pernikahan dulu, Mela merasa senang karena bisa hidup foya-foya dengan uang suaminya.

Namun, makin ke sini, ia mulai merasakan kesepian. Egan terus mengirimkan uang, tapi Mela tak terlalu antusias lagi seperti dulu. Mela wanita dewasa. Ia punya kebutuhan dewasa. Dan Egan tak berada di sisinya.

Justru Tomi lah yang selalu ada. Tomi lah yang mengisi kekosongan hatinya. Menemani saat kesepian. Ia tahu hubungannya dengan Tomi terlarang. Salah. Tapi, ia kalah oleh nafsunya sendiri. Tomi bisa memenuhi kebutuhan dewasanya. Dan sialnya, sekali berhubungan, Mela ketagihan. Bahkan saat suaminya pulang, Mela merasa tidak merasakan kepuasan dalam berhubungan seperti saat bersama Tomi.

Hubungan terlarang itu terus berlanjut. Entah sampai kapan. Mungkin selama mereka saling membutuhkan. Entahlah.

Tak butuh waktu lama setelah mereka mengobrol, maka waktu mengambil alih suasana sepi di dalam kamar, sebuah hotel melati di tengah kota.

Suara dua orang beradu bersahutan, memekik tertahan, melenguh, menggema di seluruh kamar. Dua orang yang sedang menari dalam kenikmatan sesaat. Kenikmatan terlarang tapi tetap dilakukan.

Dosa?

Mereka tak memikirkannya. Gairah sudah mengambil alih akal sehat. Terlena. Terbuai. Lupa status mereka. Yang mereka inginkan saat ini adalah puncak kenikmatan itu. Klimaks yang terlarang.

“Luar biasa. Kamu hebat, Tom,” ucap Mela terengah.

Tomi tersenyum, mencium bibir Mela sekilas. “Egan nggak ada apa-apanya denganku. Benar?”

Mela mengangguk. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos.

“Beruntungnya Fitri dapetin kamu, Tom. Setiap malam atau bahkan setiap saat, dia bisa merasakanmu, tanpa takut ketahuan. Aku jadi iri padanya.”

Tomi beranjak duduk, bersandar, menoleh ke samping, menatap Mela yang berkeringat. “Kalau dulu kamu nggak nolak aku karena aku miskin, mungkin kamu yang beruntung milikin aku, Mel.”

Mela tersenyum kecut, mendongakkan wajah. “Aku lebih suka kayak gini, Tom. Aku dapat nafkah lahir dari Egan, dan dapat nafkah batin dari kamu. Kita bisa bersenang-senang, Tom.”

“Kamu nggak pernah nyesel karena nolak aku, tapi sekarang kamu mendapat kenikmatan dariku?”

Mela menggeleng. “Yang aku sesali adalah pernikahanku dan Egan. Aku terlalu cepat ingin menikahi Egan karena takut Egan dimiliki wanita lain. Banyak wanita yang tergila-gila padanya, Tom.”

Tomi menyeringai. “Dan apa kamu yakin, setelah kalian menikah, Egan tak dimiliki wanita lain? Bisa aja, di kapal sana, dia juga sedang berkeringat bersama wanita lain. Sama seperti kita saat ini.”

Mela mengedikkan bahunya. “Yang penting dia tetap mengirimkan uangnya padaku. Perkara dia sedang bersenang-senang sama perempuan manapun di sana, aku sudah tak peduli lagi. Toh aku juga bersenang-senang denganmu. Dan kabar baiknya, kamu lebih hebat, perkasa, dan tangguh daripada dia. Servismu tidak mengecewakan.” Mela mengerling nakal.

Tomi tertawa. Dengan gerakan cepat, ia lantas kembali mengungkung tubuh Mela. Ia memberikan penghargaan karena Mela memuji kehebatannya di ranjang. Tak apa mereka hanya berteman, toh mereka tetap bisa menikmati tubuh satu sama lain dibelakang pasangan resmi masing-masing.

Pertanyaannya, apa mereka benar-benar tidak bahagia atas pernikahannya? Atau hanya mencari alasan untuk memenuhi hasrat nafsu pada orang yang bukan pasangannya?

1
Miu miu
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
ZodiacKiller
Ga sabar nunggu kelanjutannya thor, terus semangat ya!
yesstory: Terima kasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!