Lyra hanyalah gadis biasa yang hidup pas-pasan. Namun takdir berkata lain ketika ia tiba-tiba terbangun di dunia baru dengan sebuah sistem ajaib!
Sistem itu memberinya misi harian, hadiah luar biasa, hingga kesempatan untuk mengubah hidupnya 180 derajat. Dari seorang pegawai rendahan yang sering dibully, Lyra kini perlahan membangun kerajaan bisnisnya sendiri dan menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di dunia!
Namun perjalanan Lyra tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus menghadapi musuh-musuh lama yang meremehkannya, rival bisnis yang licik, dan pria kaya yang ingin mengendalikan hidupnya.
Mampukah Lyra menunjukkan bahwa status dan kekuatan bukanlah hadiah, tapi hasil kerja keras dan keberanian?
Update setiap hari bisa satu episode atau dua episode
Ikuti perjalanan Lyra—dari gadis biasa, menjadi pewaris terkaya dan wanita yang ditakuti di dunia bisnis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madya_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Lelang
Suara gesekan perhiasan terdengar lembut ketika Lyra mengenakan kalung giok kekaisaran yang ia dapat sebelumnya. Batu giok itu memantulkan cahaya kehijauan yang lembut, membuat wajah Lyra terlihat semakin bersinar dan anggun. Ia memandang pantulan dirinya di cermin besar kamarnya, tersenyum kecil. “Hari ini akan menarik,” batinnya.
“Zen, apakah uang 500 juta ku cukup untuk lelang nanti?” tanya Lyra sedikit ragu sambil merapikan rambutnya yang dibiarkan terurai.
(Ding, Tenang saja Lyra, uang yang digunakan untuk lelang akan disediakan oleh sistem.)
Lyra membelalakkan mata, bibirnya melengkung ke atas. “Wah, apakah ada batas limitnya?”
(Ding, Tanpa limit, Lyra.)
Senyum Lyra melebar. “Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau nanti aku menawar tanpa ragu.”
Tok tok.
“Nona Lyra, teman-teman nona sudah menunggu di ruang tamu,” suara Bibi Reni terdengar dari balik pintu.
“Iya, Bi. Sebentar lagi aku turun,” sahut Lyra sambil mengambil tas genggam mungilnya.
Saat pintu lift terbuka, mata Hera langsung berbinar. Ia terpaku menatap Lyra yang tampil luar biasa anggun dengan perhiasan gioknya. “Wahhh, Lyra! Kamu cantik banget!” seru Hera, hampir terloncat dari duduknya.
Melihat tingkah adiknya, Raka hanya bisa menepuk dahinya pelan. “Astaga, bisa nggak sih kamu tenang dikit?” gumamnya.
Lyra tersenyum lembut. “Terima kasih. Kamu juga cantik, Hera.”
Mereka berlima pun segera berangkat menuju Luxe Hummer, tempat lelang paling bergengsi di Jakarta. Mobil Lyra melaju mulus melewati jalan-jalan kota yang mulai dipenuhi lampu malam.
...----------------...
Di Luxe Hummer
Begitu sampai, mereka disambut oleh pelayan bersetelan jas rapi. “Selamat malam, Tuan-tuan dan Nona-nona. Boleh saya lihat undangannya?” tanya salah satu petugas dengan sopan.
“Ini,” jawab Maesa sambil menyerahkan undangan emas yang telah diberikan padanya.
Mereka diarahkan menuju ruang privat eksklusif yang cukup luas untuk sepuluh orang. Ruangan itu dipenuhi sofa empuk dan meja kecil yang berisi berbagai camilan premium.
“Wah, pelayanan di sini benar-benar kelas atas,” ujar Hera kagum sambil mengambil salah satu camilan cokelat berlapis emas tipis.
Lyra duduk dengan tenang dan mengambil daftar barang yang akan dilelang. “Kalian mau beli apa?”
Mereka semua membuka lembaran daftar itu.
“Aku mau cari kado buat kakekku,” ujar Hera sambil menunjuk vas antik yang ada di daftar.
“Kakekmu suka barang antik, ya?” tanya Lyra.
“Iya, kakekku koleksi apapun yang kuno dan bersejarah,” jawab Hera sambil tersenyum. “Aku juga lihat ada jam saku kuno dan pipa tembaga dari abad ke-18. Kayaknya bagus buat kakek.”
“Aku mau beli tanah kosong di pinggiran kota,” kata Raka sambil menatap serius informasi di daftar.
“Hei, bukan cuma kamu. Aku juga ngincer tanah itu,” sela Elvano, menatap Raka penuh persaingan.
“Jangan lupakan aku. Aku juga butuh tanah itu,” tambah Maesa sambil menyeringai. Suasana mendadak jadi panas penuh kompetisi.
Lyra mengangkat alisnya, tertarik. “Memangnya tanah kosong itu spesial?”
Elvano mengangguk mantap. “Tanah itu letaknya sangat strategis. Banyak keluarga besar mengincarnya. Nilainya bisa berkali lipat kalau dibangun.”
“Hmm… menarik. Aku juga ikut menawar,” ujar Lyra santai, membuat keempat temannya melirik dengan heran.
...----------------...
Lelang Dimulai
Seorang pria bertuxedo hitam dengan dasi pita merah naik ke panggung. Senyumnya penuh percaya diri.
“Selamat malam, Tuan-tuan dan Nona-nona. Mari kita mulai lelang malam ini!”
Suasana hening. Sorotan lampu fokus ke panggung.
“Barang pertama, vas dari Kerajaan Majapahit, dibuat oleh pengrajin terkenal Sungging Prabangkara. Harga mulai 10 juta, kenaikan minimal 100 ribu. Silakan dimulai!”
Suara-suara penawaran mulai terdengar.
“11 juta!”
“15,5 juta!”
“20 juta!”
Lyra menekan belnya. “21 juta.”
“23 juta!” teriak seseorang dari bilik lain.
“25 juta,” sahut Lyra dengan nada tenang.
Pria tuxedo mulai menghitung, “25 juta, satu… dua…”
“26 juta!”
“27 juta.” Lyra kembali menaikkan tawarannya, membuat Hera melotot kaget.
“28 juta!” suara Ria tiba-tiba terdengar. Ia menatap Lyra dengan senyum meremehkan.
Lyra mengangkat alis, tenang. “30 juta.”
Ria mengetukkan jarinya di meja, kesal. “32 juta!”
“35 juta,” ucap Lyra ringan, seolah harga itu tak berarti.
“35 juta satu… dua… tiga. Selamat kepada bilik nomor 8!”
Ria menggertakkan giginya. “Kau pikir kau hebat, Lyra? Lihat saja nanti.”
Barang-barang berikutnya dilelang. Hera berhasil memenangkan jam saku kuno perak dan pipa tembaga berukir naga untuk kakeknya. Ia tampak bahagia sambil menoleh ke Lyra. “Akhirnya aku dapat yang bagus buat kakekku!”
Berlian Merah Muda
Akhirnya, muncullah berlian merah muda 10 karat. Harga awal: 100 juta.
Beberapa orang mulai menawar, hingga Lyra ikut masuk di angka 125 juta.
Ria yang kesal melihat Lyra menang terus langsung ikut tawar. “130 juta!”
“135 juta,” ucap Lyra sambil menatap Ria dengan senyum tipis.
“Apa kamu tahu siapa aku?! Aku calon Nyonya Salindra!” bentak Ria, mencoba mengintimidasi Lyra.
Beberapa orang di ruangan mengernyit. Bodoh sekali, pamer keluarga Salindra di sini? Itu keluarga kelas bawah… batin banyak orang.
“Hah, Ria. Kalau kamu mau, silakan tawar. Jangan cuma ribut,” balas Lyra dingin, nadanya tajam.
Wajah Ria memucat. “Lyra?! Apa yang kamu lakukan di sini?! Ini tempat orang kaya, bukan untuk gadis udik sepertimu!”
“Harap tenang, Nona-nona!” tegur pria tuxedo.
“Diam, Ria! Jangan bikin malu!” desis Ardan, pria yang bersamanya.
Ria terpaksa diam dengan wajah merah padam, sementara Lyra memenangkan berlian itu.
Lyra juga memenangkan beberapa perhiasan antik dan lukisan kuno. Hera yang semangat ikut menawar sebuah lukisan bunga klasik, meski akhirnya ia kalah dari penawar lain. “Yahhh, gagal,” gerutunya sambil manyun.
“Tenang, Ra. Lain kali bisa coba lagi,” kata Lyra sambil menepuk bahunya.
Lelang Tanah Strategis
Akhirnya, barang terakhir muncul: tanah strategis di pinggiran kota Jakarta.
Harga awal 1 miliar. Penawaran berlangsung sengit.
“3 miliar!”
“7 miliar!”
“7,5 miliar!” sahut Lyra santai.
Perang tawaran berlangsung panas hingga angka menyentuh 10 miliar,penawaran terakhir dari Lyra.
Semua orang di ruangan menatap Lyra kaget.
“Wah, Lyra! Mulai sekarang jagalah aku!” seru Hera sambil memeluk lengan Lyra.
“Haha, baiklah. Kakak akan jaga kamu,” balas Lyra menggoda.
Akhirnya, Lyra memenangkan tanah itu di harga 12 miliar.
Setelah proses pembayaran selesai, Lyra tahu total pengeluarannya malam itu mencapai 15,5 miliar.
Namun, begitu sistem berbunyi…
(Ding: Misi ‘Hadiri Lelang’ selesai. Hadiah didapatkan: Uang yang dibelanjakan kembali 10 kali lipat. Rp 15.500.000.000.000 telah disetorkan ke bank tuan rumah.)
Lyra hampir tak bisa bernapas. “Astaga… aku jadi triliuner sekarang!”
(Ding: Data diri diperbarui
Nama: Lyra Kandiswara
Umur: 19 tahun
Tinggi badan:161+cm
Penampilan: 71+ (cantik)
IQ: 111+ (normal)
Keterampilan: Mengemudi, Membaca, Berbahasa Inggris
Aset: Rp 15.500.502.200.000 + Villa di Starlight
Poin: 1)
...----------------...
Malam itu, Lyra pulang bersama teman-temannya. Setelah mereka berpamitan, Lyra membersihkan diri dan merebahkan tubuhnya di kasur empuknya.
Sungguh melelahkan hari ini, tapi… rasanya luar biasa menyenangkan, pikir Lyra dengan senyum puas.
“Selamat malam, Zen.”
(Ding: Selamat malam, Lyra.)