Sebuah rumah kosong di pinggiran kota menyimpan sebuah misteri akan adanya arwah gentayangan dan memberikan teror kepada para penghuni baru melalui kejadian-kejadian yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Richy211, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Esok hari menjelang, rupanya malam itu adalah malam Selasa Kliwon. Menurut orang Jawa malam Selasa Kliwon ini tidak kalah menyeramkan dari malam Jumat Kliwon karena ada banyak makhluk halus yang gentayangan.
Bahkan ada beberapa orang yang meyakini bahwa jika malam ini ada saja orang yang melakukan ritual dan berkaitan dengan hal-hal mistis.
Saat sore hari, Nana mengajak Sari untuk main perosotan di sekolah Taman Kanak Kanak dekat rumahnya. Namun sejak kejadian kemarin saat Pak Sugiono dirasuki oleh arwah gentayangan, Bu Sri pun juga semakin over protektif kepada kedua anak perempuannya.
"Mainnya jangan lama lama ya Nak. Jangan sampai keburu Maghrib takut ada lelembut!" Bu Sri mencoba memperingatkan.
Sari yang baru pertama kali mendengar kata lelembut pun merasa kaget dan bingung lalu
Nana dan Sari yang mendengar kata lelembut pun langsung kaget dan bingung.
"Lelembut itu apa Kak? Kok Sari baru denger, apa itu sejenis makanan?" Tanya Sari dengan polosnya.
Nana yang mendengar omongan Sari pun langsung tertawa terbahak-bahak.
"Hah makanan? Lelembut itu artinya hantu Dek," ucap Nana sambil mencubit pipi adeknya karena gemas.
"Oh hantu, aku kira karena ada lembutnya seperti makanan Kak. Ya udah kita lanjut main perosotan lagi," ajak Sari penuh semangat.
Gelak tawa dan wajah ceria kini menyelimuti kedua kakak beradik itu. Bu Sri yang melihatnya dari kejauhan pun ikut merasakan sukacita dalam hatinya.
"Pak, anak-anak sebenarnya bahagia sekali tinggal di kota ini. Namun sayang, kenapa keluarga kita harus terusik oleh adanya arwah gentayangan itu. Seandainya arwah itu tidak ada di sini mungkin kita bisa tinggal di sini lebih lama sampai bapak dapat pekerjaan di Surabaya," kata Bu Sri kepada suaminya.
"Iya Bu, kasihan anak-anak sebenarnya harus pindah ke rumah lain lagi. Padahal mereka belum lama tinggal di sini," kata Pak Sugiono lagi.
"Yah lihat bagaimana ke depannya nasib kita, Pak. Semoga saja keluarga kita selalu mendapat perlindungan dari Allah SWT Aaamiin," ucap Bu Sri.
Waktu pun berjalan begitu cepat, hari semakin sore, Nana dan Sari masih asyik bermain perosotan hingga hampir lupa waktu.
Bu Sri yang sedang duduk di ruang tamu merasa cemas karena langit hampir senja, tapi kedua anaknya masih ada di sekolah Taman Kanak Kanak itu. Ia pun lantas memutuskan untuk menjemput kedua putrinya, karena takut keburu petang. Apalagi malam ini adalah malam Selasa Kliwon yang konon angker dan bisa ada lelembut atau demit yang berkeliaran.
Bahkan orang jaman dahulu melarang anak-anaknya untuk bermain di luar saat hari Selasa Kliwon karena takut dibawa wewe gombel yang menurut mitos kerap menculik anak-anak.
Saat bu Sri hendak menjemput Nana dan Sari, tetiba ia mencium bau harum bunga yang semerbak, padahal di sekolah itu tidak ada tanaman bunga sama sekali hanya pepohonan rindang seperti pohon cemara.
"Ah kenapa selalu saja ada bau wewangian seperti ini yang muncul. Apalagi ini malam Selasa Kliwon, aku takut arwah itu akan datang ke rumah," kata Bu Sri dengan raut wajah risau.
Ia tetap berjalan dan seolah mengabaikan aroma wangi itu, Bu Sri lantas menghampiri Nana dan Sari di perosotan.
"Kan ibu tadi sudah bilang mainnya jangan lama-lama, kenapa kalian nggak mendengarkan kata ibu!" Ucap Bu Sri dengan nada yang meninggi.
Sambil tertunduk lesu karena mendapat ocehan dari ibunya. Nana dan Sari pun lantas mengikuti ibunya pulang ke rumah. Ketika di perjalanan pulang, Nana pun rupanya mencium aroma wangi semerbak. Ia pun langsung merasa takut dan mendekap kedua tangan ke tubuhnya.
Aroma wangi semerbak yang pernah ia cium juga saat tengah menonton televisi bersama di ruang tamu. Nana seolah sudah paham jika ada bau wangi seperti itu pasti ada hantu yang muncul siapa lagi kalau bukan hantu pocong yang mempunyai bentuk menyeramkan.
"Ayo dek jalannya yang cepat!" Kata Nana kepada adiknya.
Ia takut, hantu itu muncul di hadapan mereka secara tiba-tiba dan bisa saja Sari mungkin akan pingsan jika melihatnya langsung.
Setelah tiba di rumah, Nana kembali melihat bayangan putih dari arah dapur.
"DEG..." detak jantungnya seolah berdegub dengan kencang.
"Sudah kuduga dia pasti datang," gumam Nana dalam hati.
Tersebab rasa penasaran, kali ini Nana mencoba untuk mengikuti kemana arah bayangan putih itu pergi dengan pura-pura haus dan ingin mengambil air putih di dapur.
"Duh, aku haus banget. Nana mau minum dulu ke dapur ya bu,"
Bu Sri pun tidak menaruh rasa curiga, saat Nana meminta ijin untuk ke dapur karena ia tak tahu apa yang kini sedang terpikirkan olehnya.
"Iya, habis itu kalian mandi ya sebelum maghrib. Soalnya pamali kalo anak perawan mandi di waktu maghrib," pesan Bu Sri yang hanya dibalas dengan anggukan saja oleh kedua putrinya.
Nana pun langsung berjalan menuju ke arah dapur dan mencoba mencari tahu kemana perginya bayangan putih itu. Sesampainya di dapur, ia justru tak mendapati apa-apa. Dugaan Nana selama ini benar, kalau bayangan putih itu pasti adalah makhluk tak kasat mata.
"Ah, seperti apa yang terfikirkan kalau bayangan putih itu pasti tidak lain adalah makhluk halus atau arwah yang gentayangan di rumah ini," pikir Nana dalam hati.
Setelah meneguk air putih, Nana langsung kembali menemui adiknya dan mengajaknya mandi bersama.
"Dek, ayo mandi bareng saja. Nanti keduluan Kak Riko lho?" Ajak Nana.
"Tentu Kak, Yuk!" Kata Sari bersemangat.
Sari adalah salah satu anggota keluarga kami yang paling ceria dan selalu bersemangat seolah tidak pernah bersedih. Meskipun Sari anak terakhir, tapi dia jarang menangis dan tidak begitu manja.
Di kamar mandi, Nana dan Sari asyik mengambil air dengan gayung masing-masing. Namun tetiba saat Nana hendak mengambil gayung miliknya mendadak gayung itu hilang bak ditelan bumi.
"Lho gayungku ada di mana ya?" Ucap Nana kebingungan.
Padahal gayung itu yang ia letakan di ember besar itu baru saja ia pakai tapi bisa hilang begitu saja. Akhirnya, Nana memakai gayung milik adiknya.
"Dek pinjam gayungmu ya? Kok gayung yang satu hilang sih," ucapnya.
"Wah, Kak Nana ceroboh nih. Nanti dimarahin ibu lho kalau gayungnya sampai hilang," ledek Sari.
"Bukan kak Nana yang ceroboh, tapi tadi juga habis dipakai kok. Kaya ada yang sembunyiin deh," tambah Nana.
"Emang siapa yang nyembunyiin Kak? Di sini kan cuma ada kita berdua saja. Apa hantu yang ambil?" Ucap Nana sambil tertawa.
Nana pun terdiam saat adiknya mengatakan hantu. Ia pun berpikir mungkin saja hantu itu yang memang menyembunyikan gayung milik mereka. Namanya hantu kadang juga suka usil alias gemar mengusik manusia untuk menunjukkan keberadaannya.
Aktivitas mandi pun telah selesai dan saat kedua kakak beradik itu memakai handuk.
Nana tiba-tiba melihat gayung itu ada kembali di ember bekas ia mandi.
"Ah, kenapa gayung yang hilang itu ada di sini," gumam Nana sambil menggaruk kepalanya dan merasa aneh.