NovelToon NovelToon
"Blade Of Ashenlight"

"Blade Of Ashenlight"

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain
Popularitas:475
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di tanah Averland, sebuah kerajaan tua yang digerogoti perang saudara, legenda kuno tentang Blade of Ashenlight kembali mengguncang dunia. Pedang itu diyakini ditempa dari api bintang dan hanya bisa diangkat oleh mereka yang berani menanggung beban kebenaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api Biru Vs Api Hitam

Di tengah kekacauan, dua sosok berdiri berhadapan: Edrick Hale, pewaris api biru-perak, dan Kael Veynar, sang Pyromancer dengan api hitamnya.

Pasukan di sekitar mereka menyingkir, ketakutan. Setiap benturan kekuatan menggetarkan tanah, membuat batu-batu pecah dan dinding rumah runtuh.

Kael menatap Edrick dengan senyum bengis, wajahnya berlumur api. “Api itu bukan milikmu, bocah. Kau hanya wadah yang terlalu rapuh. Biarkan aku mengambilnya darimu.”

Edrick mengangkat Ashenlight. Nyala biru-perak menari di sepanjang bilah, menyinari wajahnya yang keras. “Api ini bukan untukmu. Bukan untukku. Api ini untuk Brighthollow. Untuk rakyatku.”

Kael tertawa, suaranya seperti retakan bara. “Kata-kata seorang anak yang belum tahu betapa kejamnya api sejati!”

Ia mengayunkan tangannya, dan dari tanah muncul naga api hitam, tubuhnya membentang sepanjang jalan, melahap bangunan saat bergerak.

Edrick maju. Dengan satu ayunan Ashenlight, naga api itu terbelah dua, berubah jadi hujan bara. Nyala biru melingkari tubuhnya, setiap langkahnya membakar tanah menjadi cahaya.

Sorak rakyat yang bersembunyi di balik reruntuhan menggema:

“Pangeran Hale! Api biru! Api kita kembali!”

Sorakan itu membuat Kael mendengus marah. “Diam, kalian serangga!” Ia menghantam tanah, menciptakan gelombang api hitam yang menyapu jalan.

Edrick mengangkat pedangnya ke langit, lalu menancapkannya ke tanah. Dari pedang itu, api biru menyebar, menelan gelombang hitam dan memadamkannya.

Duel itu berubah jadi tarian maut.

Kael meluncurkan tombak api bertubi-tubi, setiap lemparan bisa menghancurkan rumah.

Edrick berputar, membelah, menangkis, lalu mengirimkan kilatan biru sebagai balasan.

Api biru dan api hitam bertabrakan di udara, meledak jadi cahaya yang menyilaukan.

Sir Alden, dari kejauhan, menahan prajurit pemberontak yang ingin membantu. “Tidak! Itu bukan pertarungan kita. Itu duel antara api.”

Selene menatap, cemas tapi yakin. “Kalau Edrick kalah, tidak ada yang bisa menghentikan Kael. Tapi kalau dia menang… Brighthollow punya harapan.”

Kael mulai terdesak. Tubuhnya penuh luka biru, darah bercampur dengan bara hitam.

“Tidak mungkin… aku, sang Pyromancer, dikalahkan oleh bocah!” teriaknya dengan suara terputus.

Edrick mengangkat Ashenlight, tubuhnya dipenuhi cahaya biru hingga terlihat seperti siluet api hidup. “Bukan aku yang melawanmu, Kael. Ini Brighthollow. Ini rakyat yang kau tindas. Aku hanyalah pedang mereka.”

Dengan teriakan, ia menebas ke depan. Ashenlight memanjang jadi lengkungan api biru raksasa, membelah tubuh Kael dan api hitamnya.

Teriakan Kael mengguncang malam. Tubuhnya terbelah, api hitamnya padam, meninggalkan hanya abu yang terbawa angin.

Kesunyian sesaat menyelimuti kota. Lalu, sorakan pecah dari rakyat yang menyaksikan:

“Pangeran Hale menang!”

“Api biru mengalahkan bayangan!”

Edrick berdiri di tengah reruntuhan, Ashenlight redup perlahan. Tubuhnya penuh luka, nafasnya terengah, tapi matanya masih menyala.

Selene dan Alden mendekat. Alden menepuk bahunya dengan bangga. “Itu bukan sekadar kemenangan. Itu tanda bahwa Brighthollow masih hidup.”

Namun di balik sorakan, Edrick tahu ini baru awal. Malrik tidak akan tinggal diam setelah Kael jatuh. Dan kemenangan malam ini hanyalah api kecil untuk bisa membakar seluruh kerajaan, api itu harus dijaga, atau padam selamanya.

Brighthollow bergetar oleh sorak kemenangan. Malam yang sebelumnya dipenuhi api hitam kini hanya tersisa kobaran biru samar yang menenangkan.

Rakyat berlarian keluar dari persembunyian, memeluk keluarga mereka, bersorak dengan suara parau. Nama Edrick Hale dipanggil berkali-kali, menggema di jalan-jalan.

“Pangeran Hale hidup!”

“Api biru milik kita!”

“Brighthollow belum mati!”

Edrick berdiri di tengah kerumunan, Ashenlight bersandar di pundaknya. Senyum kecil muncul di wajahnya, tapi matanya tetap serius. Ia tahu: kemenangan ini hanyalah satu langkah kecil.

Di sebuah gudang yang masih berdiri, para pemimpin pemberontak berkumpul. Sir Alden menaruh helmnya di meja, wajahnya berlumur darah tapi matanya berkilat puas.

“Dengan Kael Veynar tumbang, Malrik akan merasakan tamparan keras. Dia tidak akan menganggap kita sekadar gangguan lagi.”

Selene mengangguk. “Kemenangan ini memberi rakyat harapan, tapi juga mengundang badai yang lebih besar.”

Semua setuju. Namun suasana tegang ketika Roderic tiba-tiba masuk. Bajunya penuh abu, wajahnya pucat.

“Aku… aku tidak tahu mereka akan menemukan tempat persembunyian itu,” katanya terbata, tangannya gemetar. “Aku disiksa agar bicara. Aku tidak punya pilihan.”

Sir Alden segera mencabut pedangnya, menahannya di leher Roderic. “Pengkhianat.”

Roderic jatuh berlutut, menangis. “Tolong… aku masih bisa berguna. Aku tahu siapa di dalam benteng yang bisa dibeli. Aku tahu lorong rahasia lain yang belum dipakai.”

Ruangan itu hening. Semua menunggu keputusan Edrick.

Edrick menatap Roderic dengan mata peraknya yang berkilat dingin. “Kau menjual rakyatmu demi hidupmu sendiri. Kau membuat mereka terbakar malam ini.”

Roderic menggigil. “Aku… aku hanya ingin bertahan hidup.”

Edrick menghela napas panjang, lalu berkata pelan tapi tajam, “Itu alasan semua pengecut.”

Ashenlight menyala samar, tapi sebelum ia mengangkat pedang, Selene menahan tangannya.

“Edrick… kalau kau menebasnya sekarang, sebagian rakyat akan melihatmu sebagai tiran. Kita butuh mereka percaya bahwa api ini berbeda dari api Malrik.”

Sir Alden menggeram. “Kalau dia hidup, dia akan mengkhianati lagi.”

Edrick menutup matanya sejenak, lalu menyarungkan pedangnya. “Roderic akan hidup. Tapi mulai sekarang, setiap langkahnya akan diawasi. Kalau dia berani berkhianat lagi…” Ia menatap langsung ke mata Roderic. “Api ini akan jadi akhirmu.”

Malam itu, meski ada kemenangan, Brighthollow tetap penuh bayangan.

Rakyat mulai berkumpul, membentuk barisan kecil pemberontak di setiap distrik. Lambang matahari terbit kembali dicat di dinding-dinding kota.

Namun di kejauhan, dari menara benteng Malrik, bendera hitam masih berkibar. Dan di atasnya, mata para penjaga kerajaan mengawasi dengan dingin.

Selene berdiri di samping Edrick, menatap bendera itu. “Mereka tahu kita mulai kuat. Dan mereka pasti akan mengirim sesuatu yang lebih mengerikan dari Kael.”

Edrick menggenggam pedangnya erat. “Kalau mereka ingin Brighthollow, maka mereka harus menyeberangi api biru ini lagi dan lagi. Dan kali ini… kita tidak sendirian.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!