NovelToon NovelToon
Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yullia Widi

Aku pernah percaya bahwa cinta itu cukup.

Bahwa selama kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati, ia akan tinggal. Bahwa kesetiaan akan dibalas dengan kesetiaan. Bahwa pengorbanan akan membuka jalan menuju kebahagiaan. Aku percaya, sampai kenyataan memaksaku membuka mata: tidak semua cinta menemukan jalannya, dan tidak semua istri benar-benar menjadi pilihan.

Namaku Nayla. Seorang istri di atas kertas. Di kehidupan nyata? Aku lebih sering merasa seperti tamu dalam rumahku sendiri. Aku memasak, mencuci, merapikan rumah, menyiapkan segala kebutuhan suamiku. Tapi tak sekalipun aku merasa dipandang sebagai seseorang yang ia banggakan. Tak pernah aku lihat binar di matanya ketika menatapku. Tidak seperti saat ia menatap layar ponselnya, tersenyum kecil, membalas pesan yang tak pernah kutahu isinya.

Aku dan Raka menikah karena keadaan. Aku menyukainya sejak lama, dan saat kami dipertemukan dalam sebuah kesempatan yang kelihatannya takdir, aku langsung mengiyakan tanpa banyak berpikir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yullia Widi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 : Diam yang Penuh Luka

Keesokan harinya, aku bangun lebih pagi dari biasanya. Bukan karena semangat memulai hari, tapi karena tidurku tidak pernah benar-benar nyenyak sejak beberapa bulan terakhir. Arvan masih terlelap di sisi kanan tempat tidur. Wajahnya tenang, seperti tak terjadi apa-apa semalam. Seolah lupa bahwa semalam adalah ulang tahun istrinya yang bahkan tidak ia ucapkan satu kata pun untuknya.

Aku menatap wajah itu. Wajah yang dulu selalu kutunggu untuk pulang. Wajah yang dulu membuatku tersenyum hanya dengan satu kedipan mata. Tapi sekarang, yang kutemukan hanyalah hampa. Jarak. Dingin yang mengeras.

Aku bangkit pelan-pelan, berusaha tidak membangunkannya. Aku turun ke dapur, menyeduh teh hangat untuk diriku sendiri. Tidak ada aroma kopi pagi seperti dulu semenjak ia mulai lebih memilih kopi di luar sana. Entah kopi siapa, aku tidak tahu pasti. Tapi firasatku mengatakan: bukan hanya kopi yang membuatnya betah di luar rumah. Mungkin ada seseorang yang membuatnya merasa lebih hidup. Lebih dihargai.

Hari ini, aku memutuskan untuk tidak banyak bicara.

Bukan karena ingin membalas perlakuannya. Tapi karena aku lelah. Lelah berharap, lelah meminta, lelah mencoba menjelaskan perasaanku yang tidak pernah benar-benar ia dengarkan. Aku ingin tahu, jika aku diam… apakah ia akan sadar bahwa ada yang berubah? Bahwa ada luka yang terus membusuk dalam diamku?

Saat Arvan akhirnya bangun, ia masuk ke dapur sambil mengucek mata.

“Gak masak?” tanyanya datar.

Aku menoleh sejenak. “Belum lapar,” jawabku singkat.

Ia mendengus pelan, lalu membuka kulkas, mengambil sisa ayam semalam dan memanaskannya sendiri. Dulu, kalau aku bilang tidak masak, dia akan langsung menyuruhku istirahat. Menawarkan untuk beli makanan di luar. Kini, tidak ada perhatian seperti itu. Hanya keheningan dan sikap seolah-olah aku ini hanya pengurus rumah tangga, bukan seseorang yang ia cintai.

“Mau aku anter kerja?” tanyanya, saat makan sudah selesai.

Aku hampir terkejut. Sudah lama ia tidak menawari itu.

“Gak usah, aku bisa sendiri,” jawabku sambil membereskan gelas.

Ia tidak berkata apa-apa lagi. Suasana kembali sunyi. Seolah kami dua orang asing yang tinggal serumah hanya karena kontrak pernikahan. Tidak ada obrolan ringan. Tidak ada tawa. Tidak ada pertanyaan, “Kamu mimpi apa semalam?” seperti dulu.

Yang ada hanyalah dua manusia dewasa yang saling menghindari tatapan, saling membunuh emosi dengan diam yang dingin.

Siangnya, saat istirahat kerja, aku membuka ponsel dan melihat foto-foto lama di galeri. Foto-foto saat kami masih pacaran. Saat kami masih tertawa dalam satu frame. Saat pelukannya hangat dan senyumnya tulus. Sakit rasanya melihat betapa dulu kami begitu dekat, lalu perlahan menjadi orang asing.

Ada satu foto saat ia memelukku dari belakang di balkon rumah orang tuaku. Saat itu aku tertawa lepas, dan ia menatapku seperti aku adalah dunia. Air mataku jatuh tanpa permisi. Aku memejamkan mata dan bertanya dalam hati,

“Arvan, ke mana perasaan itu pergi? Ke mana cinta yang dulu kamu janjikan untuk selamanya?”

Aku ingin bicara padanya. Aku ingin mengatakan, aku lelah menjadi istri yang seolah tak pernah cukup. Tapi aku tahu, bicara pun kini percuma. Kata-kataku tak lagi masuk ke hatinya.

Malam harinya, saat kami kembali bertemu di rumah, aku tetap diam. Membiarkan Arvan dengan rutinitasnya yang penuh dunia maya, ponsel, dan mungkin... dia.

Sampai akhirnya, ia berkata, “Kamu kenapa akhir-akhir ini pendiam banget?”

Aku menoleh pelan. Menatapnya. “Baru sadar sekarang?”

Arvan terdiam. Ia mengerutkan kening, mungkin merasa disindir. Tapi aku tidak peduli.

“Aku cuma lagi belajar,” lanjutku, “untuk gak bergantung sama perhatian yang nggak bisa aku harapkan lagi.”

“Nay…”

“Aku capek, Van. Capek jadi satu-satunya yang berjuang mempertahankan sesuatu yang kamu sendiri udah tinggalin secara batin.”

Ia tidak menjawab. Ia tidak menyangkal. Dan itu yang paling menyakitkan.

Diamnya adalah pengakuan. Bahwa hatinya memang sudah tidak di sini.

1
Mamah dini
raka atau arvan
Mamah dini
mudah2an pilihanmu yg sekarang ada benarnya nay, jgn diam kalau GK di anggap
Mamah dini
mampir thor, kasian kmu nay , semoga kedepan nya kmu bisa bahagia sm orang yg benar2 mencintaimu menghargaimu dn melindungimu, semangat terus nay .
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
total 2 replies
Dâu tây
Baca ceritamu bikin nagih thor, update aja terus dong!
yuliaw widi: Terima kasih! Tenang, update-nya bakal lanjut terus kok 🤍
total 1 replies
Jennifer Impas
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
yuliaw widi: Makasih! Senang banget ceritanya bikin kamu terus baca 😍
total 1 replies
mr.browniie
Menggetarkan
yuliaw widi: Terima kasih banyak, senang sekali bisa menyentuh hati pembaca 🖤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!