Vexana adalah seorang Queen Mafia, agar terbebas dari para musuh dan jeratan hukum Vexana selalu melakukan operasi wajah. Sampai akhirnya dia tiba di titik akhir, kali ini adalah kesempatan terakhirnya melakukan operasi wajah, jika Vexana melakukannya lagi maka struktur wajahnya akan rusak.
Keluar dari rumah sakit Vexana dikejutkan oleh beberapa orang.
"Ibu Anne mari pulang, Pak Arga sudah menunggu Anda."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Kembali Jadi Anne
Vexana masih duduk nyaman di kursi kemudi mobil mewahnya, mengenakan kacamata hitam dan mantel tipis bermerek. Ia sama sekali tak berencana berhenti di tepi jalan tempat Anne bersimpuh dengan lutut berdarah.
"Dasar bodoh, benar-benar wanita bodoh. B. O. D.O.H," gumamnya dingin, bahkan sampai mengeja kata bodoh sambil melihat Anne. Ia kemudian memalingkan wajah seolah tak melihat pemandangan menjijikan itu.
“Lebih baik putar arah ke pusat perbelanjaan. Aku ingin menghabiskan uangku,” ucapnya pada diri sendiri.
Setengah jam kemudian, Vexana sudah berada di butik eksklusif. Dia memilih pakaian-pakaian mahal dengan mata tajam seperti ratu yang baru turun dari tahtanya. Semua pelayan memperlakukannya bak bangsawan, dan dia memang menikmatinya.
Satu tas, dua tas, tiga... semakin banyak ia membeli, semakin ia merasa hidup.
Setelah berjam-jam berbelanja, Vexana memutuskan untuk membeli sebotol alkohol mahal, jenis kesukaannya yang dulu hanya bisa ia cicipi saat masih menjadi ratu dunia kelam. Ia ingin menutup malam dengan ketenangan, tanpa suara rengekan, tanpa air mata, dan tanpa nama ‘Anne’.
Begitu sampai di apartemen, Vexana menanggalkan semua perhiasannya, mengganti pakaian dengan satin tipis, lalu duduk di sofa empuk menghadap jendela kaca yang memamerkan langit kota yang mulai gelap.
Di tangannya segelas minuman dingin, di mulutnya senyuman sinis.
“Aku bebas, Inilah hidup yang aku inginkan,” bisiknya sambil memejamkan mata, menikmati semuanya. Bahkan udara yang dia hirup terasa menyenangkan.
Bagaimana mungkin dia menukar hidupnya yang berharga dengan kehidupan rumah tangga yang menyebalkan.
Namun…
Tiba-tiba bayangan wajah Anne menyusup dalam pikirannya. Anne yang bersimpuh di jalan, Anne yang mengejar mobil Arga dengan lutut berdarah, Anne yang menangis seperti gadis bodoh kehilangan arah.
‘Ma-maafkan aku An. Karena aku hidupmu jadi begini, maafkan aku.'
Suara itu berputar di kepala Vexana, padahal tadi dia sudah memutuskan untuk tak peduli. Tapi bayangan wanita itu terus saja mengganggu, menari-nari seperti bayangan hantu yang tak bisa diusir.
“Dasar bodoh,” umpat Vexana lagi, mencoba membuang pikiran itu.
Vexana meneguk minumannya hingga habis, mengisi lagi gelasnya, lalu menenggaknya sekali teguk. Tapi bahkan alkohol mahal itu tak bisa menenangkan pikirannya.
Bayangan Anne masih ada di sana. Dan kini ditambah suara Monica dalam ingatannya.
'Dia bahkan bilang wajahnya bisa kamu pakai, asal kamu bisa hidup bebas.'
Vexana mendengus kasar. "Apa aku terlihat seperti orang yang butuh belas kasihan? Dia memberikan wajah ini karena dia lemah. Bukan karena dia baik!"
Namun hatinya tetap terasa berat.
Karena untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Vexana tak bisa mengabaikan sesuatu yang tidak dia pedulikan. Tidak bisa lari dari rasa bersalah yang ia sendiri tak ingin akui.
Dan sialnya, semua ini… karena Anne yang bodoh itu.
Belum lagi ketika membayangkan Donna akan menekan Anne sampai tak berdaya, dia benci membayangkannya.
"Hais!! dasar menyebalkan!" kesal Vexana, dia melempar gelas kristal mahalnya ke dinding hingga pecah berhamburan.
Dentingannya memantul keras di ruangan mewah yang seketika menjadi sunyi.
Vexana berdiri dari sofa, melangkah mondar-mandir sambil terus mengumpat dalam hati. Tapi sekeras apapun dia mencoba menepis wajah itu, nyatanya wajah Anne tetap terbayang.
Dia bisa mengabaikan siapa pun, bisa membunuh tanpa ragu.
Tapi Anne?
Wanita itu sudah menyerahkan segalanya, termasuk wajah ini.
“Astaga,” gumam Vexana semakin kesal, lalu mengacak rambutnya kasar, "Aku benar-benar gila kalau kembali ke sana.”
Tapi dia tahu dirinya sudah gila sejak lama.
Vexana berhenti tepat di depan kaca jendela tinggi yang memantulkan bayangannya sendiri. Wajah cantik yang kini miliknya, kini memantulkan kebimbangan yang tak dia suka.
Ia menghembuskan napas panjang, lalu berbalik mengambil ponsel. Jemarinya ragu sejenak sebelum akhirnya menekan satu nama di kontak, Monica.
Sambungan baru berbunyi dua kali sebelum diangkat.
“An_"
“Tidak usah banyak bicara, Mon,” potong Vexana tajam, “Atur semuanya, besok malam aku akan kembali jadi Anne.”
hahaha
klo km blm pintar memainkany....ketimpuk sakitkan....
😀😀😀❤❤❤❤