Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
amira dibawa isabela
Renata menatap tajam ke arah Ferdi. “Ferdi, ini sudah larut malam. Cepat ceraikan Amira sekarang juga.”
“Whatttt!” suara Isabela mendadak melengking, membuat semua orang terkejut.
“berisik Isabela” ucap renata kesal sama sahabatnya itu
“Renata, kenapa kamu menyuruh cucumu menceraikan istrinya? Padahal mereka baru menikah. Itu tidak bagus, Renata!” ucap Isabela dengan gaya berlebihan, seolah masalah itu adalah urusan dirinya sendiri.
“Sudahlah, kamu jangan ikut campur, Bela. Ini urusan rumah tanggaku,” jawab Renata dengan nada kesal.
“Renata… oh, Renata! Aku ini sahabatmu dari TK sampai setua ini. Kamu masih saja ceroboh dalam bertindak. Teliti dulu, Renata, sebelum mengambil keputusan. Apa salah anak itu?” ucap Isabela dengan tangan yang tidak bisa berhenti bergerak, seperti seorang mahasiswa yang sedang unjuk rasa.
Renata hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Namun, Renata tidak bisa begitu saja mengabaikan perkataan Isabela. Bagaimanapun, Isabela sudah banyak mengalami jatuh bangun dalam usaha, belum lagi masalah rumah tangga. Jadi, dalam hal menghadapi masalah, Isabela jelas lebih teruji darinya.
“Ferdi, katakan padaku, kenapa kamu mau menceraikan…” Isabela tiba-tiba menoleh pada Amira. “Mmm… siapa namamu tadi? Aku lupa,” ucap Isabela polos.
“Amira, Oma,” jawab Amira sopan.
“Mmm… manis sekali kamu,” sahut Isabela sambil tersenyum, lalu kembali menatap Ferdi dengan sorot mata tajam. “Ferdi, kamu sudah kuanggap cucuku sendiri. Kenapa kamu mau menceraikan Amira?” tanya Isabela penuh tekanan.
“Tante Isabela,” ucap Anton dengan nada menahan kesal, “sebaiknya Tante jangan intervensi. Ini adalah masalah internal keluarga Baskara.”
Isabela tidak menggubris ucapan Anton. Ia justru melangkah mantap ke arah Renata, lalu menatap sahabatnya itu dalam-dalam.
“Renata, apakah aku orang luar di keluargamu?” tanya Isabela penuh tekanan.
Renata menghela napas berat. Isabela sudah terlalu banyak membantunya. Mana mungkin ia tega menganggap Isabela orang luar.
“Ya, kamu bagian dariku,” ucap Renata akhirnya. Bukan lagi sekadar bagian dari keluarga, tapi benar-benar bagian dari dirinya—seolah Renata dan Isabela adalah satu kesatuan.
“Nah, sekarang dengarkan aku, Renata,” ucap Isabela sambil menepuk dada dengan gaya meyakinkan, “aku adalah orang yang tidak mungkin menjerumuskan kamu.”
Anton semakin kesal. Rasanya ada saja orang yang mengganjal rencananya.
“Kenapa kamu ingin menceraikan Amira?” tanya Isabela tajam.
Renata menjawab dengan nada tegas, “Dia berbohong padaku. Ngakunya anak konglomerat Asia, tinggal di Tiongkok. Tau-taunya, dia hanya anak seorang pemulung. Dan pernikahan dengan Ferdi ini juga hanya kontrak.”
Isabela melangkah anggun mendekati Amira. Tatapannya menelusuri wajah menantu muda itu. Entah kenapa, ada rasa senang yang muncul di hatinya.
Kalau Amora itu kalem, nah kalau Amira ini... dari tadi cengar-cengir nggak jelas. Kenapa ya, dia malah mengingatkanku pada diriku waktu muda? gumam Isabela dalam hati sambil menahan senyum.
Isabela akhirnya bersuara, “Kenapa kamu berbohong, hah?”
“Oma, aku ini memang miskin,” ucap Amira dengan suara bergetar. “Aku bingung, Oma. Ayahku sakit, perlu uang. Terus aku disuruh berbohong untuk menikah kontrak dengan Ferdi. Walau aku berbohong, tapi aku menyelamatkan keluarga Baskara. Bayangkan saja, tamu-tamu penting sudah diundang, terus tiba-tiba pengantin nggak datang… dengan kebohonganku, semuanya terselamatkan.”
“Terus?” sela Isabela cepat, matanya membesar seolah sedang menonton sinetron langsung di depan mata.
Amira menunduk malu. “Terus… Oma tahu, kalau sudah sekali berbohong pasti akan ditutupi dengan kebohongan lain. Waktu itu aku ditanya siapa keluargaku… aku spontan jawab dari Tiongkok, karena aku kebanyakan nonton drama Tiongkok kolosal. Nah, sekarang ketahuan semua.”
Isabela manggut-manggut, entah benar-benar mengerti atau sekadar larut dalam dramanya sendiri.
Renata menoleh dan mendesah. “Nah, sekarang jelaskan alasanku.”
Isabela langsung mengibaskan tangannya, menolak. “Tidak, Ren! Perceraian bukanlah solusi. Memang awalnya salah, tapi dengan bercerai, itu bukan akhir yang baik. Ingat, drama yang bagus itu selalu punya plot twist indah, bukan tamat mendadak!”
Isabela menatap lekat Amira. Wajah gadis itu datar, tanpa ekspresi, seolah kebohongannya pada keluarga ternama hanyalah perkara kecil.
“Apakah kamu mencintai Ferdi?” tanya Isabela serius, suaranya penuh penekanan.
“Tentu saja, Oma. Ferdi itu tampan, kaya raya… mana mungkin aku tidak menyukainya,” jawab Amira lugas, seakan itu hal paling wajar di dunia.
Isabela hampir bertepuk tangan. Dalam hati ia bersorak, “Aku suka sekali dengan jawaban anak ini!”
“Bohong, Oma… dia tidak mencintaiku,” potong Ferdi dengan nada getir.
“Sayang, cinta itu akan datang seiring waktu,” balas Amira enteng.
Ferdi langsung menoleh dengan wajah menahan mual. Apa aku bisa hidup dengan perempuan seperti ini? pikirnya kesal.
Anton yang dari tadi gelisah, akhirnya bicara lantang. “Tidak bisa, Tante! Ferdi menyukai Laras, keponakanku. Asal-usulnya jelas, dibandingkan Amira yang berasal dari keluarga entah dari mana.”
Isabela mendengus, melangkah anggun sambil menunjuk Anton dengan gaya teaterikal. “Oh… jadi sebenarnya kalian ingin menceraikan Amira hanya karena asal-usulnya tidak jelas? Hanya karena dia dari kalangan miskin?”
“Tidak, Bela, tidak seperti itu,” ucap Renata. “Dia itu pembohong, Bela, dan aku tidak suka dengan kebohongan, Bela.”
“Hmmmm, sudahlah Renata. Coba kamu teliti lebih jauh, memang ada dari keluargamu yang belum pernah melakukan kebohongan? Aku juga tidak suka kebohongan, tapi kamu harus melihat masalah secara utuh. Lihat dampak baik dan buruknya. Kamu jangan jadi manusia yang tidak tahu balas budi. Amira sudah banyak berbuat untukmu. Bayangkan kalau Amira tidak datang pada waktu yang tepat, bagaimana dengan nama baik keluarga Baskara?” ucap Isabela membuat Renata termenung.
“Tapi aku takut dia dari keluarga yang akan menghancurkan keluargaku,” ucap Renata masih tetap dengan pendapatnya.
“Mmmm, aku menyukai anak ini. Bagaimana kalau aku angkat dia jadi cucuku? Jadi kamu sekarang berbesanan denganku,” ucap Isabela.
“Isabela, jangan bercanda. Kamu baru saja mengenalnya, masa kamu mau mengangkat dia jadi cucu kamu,” Renata mengingatkan Isabela.
“Sudahlah, hanya anak pemulung. Kenapa aku harus takut,” ucap Isabela enteng, padahal secara tidak langsung ia sedang mengingatkan Renata bahwa Amira bukanlah seseorang yang berbahaya.
Renata tampak terdiam. Orang yang paling ia percaya saat ini memang Isabela. Beberapa kali Isabela membantunya keluar dari krisis. Tentu saja perkataan Isabela harus dipertimbangkan.
Sementara itu, Anton merasa kesal. Kenapa tiba-tiba Isabela datang? Padahal rencana selanjutnya adalah mendatangkan Laras, agar ia bisa merebut hati Ferdi, lalu mengendalikan Ferdi. Setelah Ferdi berada dalam genggamannya, pemindahan aset keluarga Baskara ke tangannya hanya tinggal menunggu waktu.
“Sudahlah, kalian lama sekali berpikir. Aku beri waktu tiga hari untuk memutuskan. Sementara itu, Amira akan kubawa dulu ke rumahku. Aku akan menginvestasikan banyak dana pada perusahaanmu, Renata. Anggap saja sebagai mas kawin dariku,” ucap Isabela menatap Renata.
Kemudian Isabela melirik Amira. Ia segera menelpon seseorang, dan tak lama kemudian datanglah dua orang bodyguard.
“Amira, serahkan bawaanmu kepada dua pria ini, lalu ikut aku sekarang,” perintah Isabela.
“Baik, Oma,” jawab Amira dengan datar.
“Isabela, tidak bisa seperti ini!” ucap Renata.
“Sudahlah, Renata. Telepon aku jika sudah ada keputusan,” balas Isabela, kemudian menggenggam tangan Amira dan membawanya keluar dari rumah Renata.
fer kecintaan buangttt ma Kunti