Sebuah masa lalu terkadang tidak ingin berhenti mengejar, membuat kehidupan seseorang berhenti sejenak dan tenggelam dalam sebuah luka.
Lituhayu terjebak dalam masa lalu itu. Masa lalu yang dibawa oleh Dewangga Aryasatya, hingga membuat gadis itu tenggelam dalam sebuah luka yang cukup dalam.
Waktu terus bergulir, tapi masa lalu itu tidak pernah hilang, bayangnya terus saja mengiringi setiap langkah hidupnya.
Tapi, hanya waktu juga bisa menyadarkan seseorang jika semua sudah berakhir dan harus ada bagian baru yang harus di tulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kirana Putri761, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Lagi
Hari kedua Alana magang di sebuah perusahaan property yang sudah diagendakan oleh kampus.
Hari ini, Alana sudah memperhitungkan jika dirinya langsung bisa aktif membantu dibidang keuangan. Dia pun sudah Muali mendapatkan aturan dari kantor sebagai mahasiswa magang.
Gadis itu memilih mengenakan blues putih yang dipadu dengan celana kain berwarna hitam.
"Terserah, yang penting atasannya warna putih." gumam Alana, sebenarnya anjurannya sih mengenakan kemeja putih, tapi dia memilih blues dengan tambahan layer depan agar tidak terlihat tembus ke dalam.
Alana melangkah dengan memperhatikan sekitar. Semua terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Khususnya divisi pemasaran, mereka terlihat sangat tegang.
"Mbak, kantor emang biasa sesibuk ini?" tanya Alana yang ikut merasakan ketegangan itu.
"Nggak juga, tapi kali ini ada kunjungan dari pusat." jawab Mbak Yuli yang memegang bagian keuangan. Alana sendiri dihandle Mbak Yuli sebagai anak magang dibagian keuangan.
Alana kembali terdiam mengikuti perintah Yuli. Sesekali dia melihat kondisi kantor yang cukup mencekam.
" Oh, ya! Tolong kamu rapikan peralatanku ya! Aku ingin ngopi dulu biar rileks sebelum bos besar datang." ucap Mbak Yuli dengan menunjuk arah mejanya.
" Baiklah." Alana kemudian menyiapkan laptop dan beberapa map yang ditunjuk oleh Yuli.
Yuli pun pergi kebelakang dan membawa secangkir kopi panas terlihat sudah tidak penuh lagi.
Tak lama kemudian orang-orang terkesiap di tempatnya masing-masing. Termasuk Yuli yang sudah berada di balik kubikelnya dan di belakang wanita bertubuh tambun itu ada Alana yang berdiri dengan tegang.
Pintu terbuka, seseorang berpakaian rapi tengah berdiri mempersilahkan seseorang untuk masuk.
Pria berperawakan tinggi dan berpenampilan rapi dari ujung kepala sampai ujung kak nampak melangkah masuk ke dalam kantor. Tapi sosok itu membuat Alana tersentak kaget bukan karena wajah tampan atau kharismatik.
Seketika Alana menunduk mengingat jika pria itu adalah pria cabul yang ada di dalam mobil goyang yang tempo hari dia ketuk jendelanya.
"Astaga kenapa harus ada orang ini!" gumam Alana dalam hati, tangannya berlahan menjatuhkan sebagian rambut di wajah agar pria itu tidak mengenalinya.
" Astaga..." batin Alana berbisik saat pantulan sepatu pantofel itu berhenti tepat di depannya.
" Hae kamu!" Suara bariton itu membuat jantung Alana hampir saja meledak.
Yuli langsung menyenggol Alana dan membuat gadis itu melangkah maju dengan wajah masih tertunduk.
" Kenapa nggak mengenakan kemeja formal seperti lainnya?" tanya Kalandra. Di kantornya, karyawan atau mahasiswa magang wajib mengenakan kemeja formal dan rok sepan bagi wanita.
"Maaf, Pak ..." jawab Alana menggantung, mencari alasan yang tepat.
"Tadi bajunya ketumpahan kopi saya. Jadi saya yang meminta ganti." Yuli langsung maju ke depan. Dia tahu Alana tidak pandai mencari alasan.
Kalandra melirik secangkir kopi yang ada di meja kubikel. Kopi itu memang dari tadi sudah menguarkan aroma, seolah menunjukkan keberadaannya.
" Besok diusahakan bajunya yang formal, jika perlu, gunakan blazer!" lanjut Kalandra dengan tegas.
Keinginan Kalandra adalah semua karyawan meskipun anak magang harus mematuhi aturan kantornya tanpa kecuali. Pria itu jika sudah membahas pekerjaan memang tidak bisa ditawar lagi.
Kalandra langsung saja meninggalkan mereka berdua. Tapi langkahnya memelan, dan kembali menoleh ke arah Alana yang sudah membelakanginya.
Dia seperti pernah melihat gadis itu. Perawakan gadis itu dari belakang dan sebagian wajahnya tadi, Kalandra seperti tidak asing. Pria itu berusaha mengingat dimana pernah bertemu dengan gadis itu.
Tapi lamunan Kalandra terpecahkan dengan sambutan dari kepala cabang dan asistennya. Mereka langsung terlihat begitu antusias dengan kedatangan bos besar dari pusat.
Alana bernafas Lega. Tapi dia tak menyangka jika pria cabul itu adalah seorang pengusaha besar yang cukup disegani. Bahkan, perusahaan tempat dia magang hanyalah anak cabang dari perusahaan pria itu.
Alana kembali bergidik ngeri saat membayangkan apa yang terjadi di mobil goyang itu. Pasti tak ada yang menyangka jika pria yang terlihat cool dan menyeramkan itu ternyata sangat cabul.
"Al, kamu masukkan data ini ya!" Mbak Yuli memberikan sebuah map pada Alana.
"Sebentar lagi aku masuk ruang meeting." ucap Mbak Yuli yang sudah mulai membenarkan penampilannya.
Seharian bekerja membuat Alana sangat lelah. Ternyata bekerja itu sangat melelahkan sekali meski hanya dengan duduk di depan komputer.
Alana berdiri dan meregangkan otot-ototnya. Karyawan lainnya pun sudah ada yang keluar dari kantor. Hingga akhirnya, dia pun mulai bersiap untuk pulang.
" Kamu pulang naik apa?" tanya Mbak Yuli.
" Sepertinya dijemput, Mbak!" jawab Alana.
" Pacar?" tanya Mbak Yuli.
" Iya, Mbak." Mendengar jawaban Alana, Mbak Yuli pun mengangguk-angguk kecil seolah mengerti jika seusia Alana pasti sudah punya pacar.
" Big bos tadi keren kan, Al?"
" Ehmmm iya." jawab Alana dengan ragu. Dia sama sekali tidak tertarik karena sudah melekat dalam diri Alana sisi buruk dari sosok yang dikagumi wanita seksi kantor.
"Dia belum menikah. Udah tampan, ganteng, kaya dan cool lagi. Pasti yang bisa menikah dengan big bos beruntung banget, ya." Yuli mulai bergosip setelah dia membereskan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang.
Alana hanya tersenyum kaku menanggapi kalimat Yuli. Dia sama sekali tidak tertarik.
" Oh ya apa setiap Minggu big bos sering datang ke sini, Mbak?" tanya Alana dengan ragu. Dia bisa kena serangan jantung jika sang big bos sering datang ke kantor ini.
" Nggak mesti! Ini karena big bos merencanakan membuat proyek baru. Dan proyeknya lebih besar dari proyek biasanya." jawab Yuli menjelaskan membuat Alana manggut-manggut.
Setelah melirik jam di ponselnya, Yuli pun mengajak Alana pulang. Wanita itu memang sudah berkeluarga jadi setiap pulang kerja dia ingin sekali secepatnya sampai rumah.
" Aku duluan! " pamit Yuli langsung berjalan menghampiri mobilnya.
sedangkan Alana masih clingak clinguk mencari keberadaan Dewa. Dan tak lama, gadis itu pun melihat Dewa berdiri di dekat sedan Civic dengan melambaikan tangan.
Alana tersenyum, kemudian berlari menghampiri Dewa yang menyambutnya dengan senyuman.
" Capek?" tanya Dewa saat gadis itu berada di depannya.
" Lumayan!" jawab Alana sambil tersenyum. Rasa lelahnya langsung hilang saat melihat kekasihnya itu. Dewa pun mengacak puncak rambut Alana, menunjukkan rasa sayangnya pada gadis itu.
" Ayo kita pulang!" ajak Alana kemudian diiyakan lagi oleh Dewa.
Pria itu pun membukakan pintu untuk Alana. Dia pun segera duduk di sebelah kemudi dan segera melakukan mobil keluar dari area kantor.
lnjt kak..