NovelToon NovelToon
Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Vampir / Manusia Serigala / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.

Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.

Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Upacara Penobatan Pangeran Serigala Putih

****************

Keesokan harinya, Pangeran Mark dan Arunika mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju Kerajaan Swastamita. Mereka akan bertemu dengan Raja Amerta, ayah Arunika, untuk membahas rencana besar mengalahkan Raja Vampir yang telah menghilang tanpa jejak. Tidak ada seorang pun, bahkan anak-anaknya, yang tahu ke mana raja vampir itu pergi.

Dalam perjalanan, Arunika merasa tegang, mengetahui bahwa pertemuan dengan ayahnya mungkin akan sangat penting bagi masa depan mereka dan juga bagi kerajaan mereka. Pangeran Mark tampak tenang, tetapi tatapan matanya yang serius mengisyaratkan bahwa ia juga menyadari betapa gentingnya situasi ini.

Setibanya di Kerajaan Swastamita, mereka disambut dengan upacara resmi. Istana tampak megah dengan bentangan bendera kerajaan yang berkibar di setiap sudutnya. Raja Amerta, dengan postur yang gagah dan wajah yang bijaksana, menunggu mereka di aula utama.

"Selamat datang, Pangeran Mark, dan putriku, Arunika," sambut Raja Amerta dengan senyuman ramah. "Aku senang kalian datang. Kita perlu segera membahas situasi ini, karena ancaman dari Raja Vampir semakin mendekat meskipun ia belum terlihat."

Setelah sedikit berbasa-basi, mereka langsung menuju ruang pertemuan pribadi, di mana Raja Amerta mulai membicarakan rencana mereka. "Raja Vampir mungkin menghilang untuk sementara, tapi itu hanya strategi. Kita tidak bisa mengendurkan kewaspadaan kita. Pangeran Mark, aku telah mengirimkan pesan ini sebelumnya, tetapi sekarang aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri, apakah kau siap untuk tugas ini? Bersama Arunika, kalian berdua akan menjadi kunci dalam mengalahkannya."

Pangeran Mark menatap Raja Amerta dengan tekad. "Aku siap, Baginda. Dengan Arunika di sisiku, aku yakin kita bisa menemukan cara untuk mengalahkan Raja Vampir. Kita sudah mulai menyiapkan kekuatan dari kerajaan kami, tapi kami membutuhkan panduan dan dukungan dari Kerajaan Swastamita."

"Aku harus gimana?"

Raja Amerta mengangguk. "Baik. Kita akan menyatukan kekuatan. Ada sesuatu yang perlu kalian ketahui, sebuah rahasia yang telah lama dijaga di sini. Hanya keturunan langsung dari keluarga kerajaan Swastamita yang memiliki kekuatan untuk menghentikan Raja Vampir sepenuhnya. Arunika, kau adalah kunci dari semua ini."

Arunika tercengang. "Aku... kunci? Tapi bagaimana mungkin, Ayah?"

Raja Amerta tersenyum tipis. "Itu akan segera kau ketahui, anakku. Kekuatan itu ada di dalam dirimu, tetapi kau harus belajar bagaimana mengendalikannya."

Raja Amerta melanjutkan, "Ada rencana yang harus segera kalian lakukan sebelum musuh dari arah timur menyerang kita. Hutan timur adalah sarang bahaya—serigala hitam, penyihir hitam, dan vampir yang memangsa manusia. Untuk memperkuat aliansi kita dan mengamankan masa depan kedua kerajaan, kalian harus memiliki seorang keturunan laki-laki. Hanya dengan begitu kekuatan kerajaan kita akan sempurna untuk menghadapi ancaman ini."

Arunika tertegun mendengar pernyataan ayahnya. Pikirannya terfokus pada beban berat yang kini harus diemban sebagai istri Pangeran Mark. Pangeran Mark menatapnya lembut, mencoba meyakinkannya bahwa mereka bisa melalui ini bersama-sama.

"Tapi, Ayah... apakah benar-benar tidak ada cara lain? Menghadirkan seorang keturunan di tengah ancaman besar ini—apakah itu benar-benar langkah yang bijaksana?" tanya Arunika, dengan suara sedikit gemetar.

Raja Amerta menjawab dengan tegas, "Anakku, ini bukan sekadar tentang pewaris kerajaan. Ada sebuah ramalan kuno yang hanya bisa terpenuhi jika keturunan kalian lahir. Anak laki-laki yang lahir dari garis darahmu akan menjadi prajurit terkuat untuk melawan kegelapan yang datang. Kita harus bertindak sebelum musuh dari timur menyerang secara tiba-tiba."

Pangeran Mark memegang tangan Arunika erat-erat, "Kita akan melakukan ini bersama, Arunika. Aku tahu ini berat, tapi ini takdir kita."

Meskipun merasa terbebani oleh tanggung jawab besar ini, Arunika tahu bahwa ini adalah bagian dari takdirnya sebagai putri kerajaan dan istri Pangeran Mark. Mereka perlu bersiap untuk segala kemungkinan, termasuk serangan dari timur yang sewaktu-waktu bisa menghancurkan mereka jika tidak bersatu.

"Sekarang, kita perlu bersiap," lanjut Raja Amerta. "Musuh dari hutan timur bisa menyerang kapan saja. Mereka tahu kelemahan kita, dan akan memanfaatkan setiap celah."

Arunika menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. "Baik, Ayah. Kami akan memikirkan apa yang harus kami lakukan dan bersiap menghadapi apa pun yang terjadi."

Pangeran Mark menambahkan, "Kami akan mengamankan kerajaan ini, dan memastikan bahwa ancaman dari hutan timur tidak akan menghancurkan kita."

...****************...

Arunika terdiam, memandangi langit senja di atas istana Swastamita. Pikirannya dipenuhi kekacauan. Bagaimana mungkin ia, yang di dunia nyata belum pernah menikah, tiba-tiba terjebak dalam pernikahan dengan seorang pangeran di dunia novel ini? Wajah Pangeran Mark yang begitu mirip dengan sahabatnya di dunia nyata, Mark, membuat semuanya terasa semakin sulit dan membingungkan.

"Bagaimana bisa aku melakukan ini?" pikirnya dalam hati. "Aku tahu aku di dalam tubuh Putri Arunika, tapi perasaanku tetap milikku. Aku tidak bisa begitu saja menjalani ini seolah semuanya alami. Tapi... Pangeran Mark, dia tidak tahu apa-apa tentang dunia asliku."

Pangeran Mark memang tampan dan perhatian, tapi hatinya masih terikat dengan kehidupan di dunia nyata. Setiap kali ia menatap wajah Pangeran Mark, ia teringat pada sahabatnya yang selalu ada di sisinya. Mark di dunia nyata selalu menjadi seseorang yang membuatnya merasa nyaman, tapi tak pernah terpikirkan bahwa ia akan berada dalam situasi ini—menikah dengan seseorang yang begitu mirip dengannya.

"Apakah aku harus menganggap ini hanya bagian dari cerita? Atau aku harus benar-benar menerima bahwa ini adalah kehidupanku sekarang?" pikir Arunika lagi.

Namun, tak peduli seberapa bingung ia, kenyataan tetap tak berubah. Di dunia ini, ia adalah Putri Arunika, istri Pangeran Mark, dan kini ia harus menghadapi tanggung jawab besar, termasuk keinginan keluarganya untuk memiliki seorang keturunan.

Arunika menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan dalam dirinya. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus menerima kenyataan bahwa di dunia ini, ia adalah Putri Arunika, dan Pangeran Mark adalah suaminya. Tapi perasaannya yang terbelah antara dua dunia membuat semuanya jauh lebih rumit.

Sambil menatap langit yang semakin gelap, Arunika berpikir, "Apakah ini benar-benar takdirku? Atau aku hanya terjebak dalam cerita yang tidak seharusnya kualami?"

"Bagaimana bisa ditengah ancaman besar? Aku bisa melahirkan anak laki-laki? bahkan aku tidak tau kalau nanti kalau yang akan lahir itu anak laki-laki? Belum tentu kan ya?"

Ia bermonolog seakan ada yang bisa menjawab semua pertanyaannya, Pangeran Mark berdiri di pintu balkon, memperhatikan Arunika yang tampak gelisah mondar-mandir sendirian. Rasa ingin tahunya semakin besar. Ia selalu melihat Arunika sebagai sosok yang tenang, tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Pikirannya terpusat pada apa yang mungkin sedang membebani pikiran istrinya.

"Apa yang dia lakukan ketika sendirian?" gumamnya dalam hati.

Melangkah mendekat, Pangeran Pertama ingin memastikan Arunika baik-baik saja. Perasaan khawatir yang selama ini ia coba pendam semakin tak tertahankan. Ia tahu bahwa ada banyak hal yang mungkin memberatkan pikiran Arunika, termasuk tekanan dari keluarganya tentang masa depan kerajaan dan ancaman musuh di hutan timur.

Setelah beberapa langkah, Pangeran Pertama berdiri di samping Arunika dan dengan lembut menyentuh bahunya. "Arunika, kau tampak gelisah. Apa yang ada di pikiranmu?" tanyanya dengan suara tenang, penuh perhatian.

Arunika, yang terkejut oleh kehadiran Mark, menghentikan langkahnya dan menatapnya. Wajah Pangeran Mark tampak penuh perhatian, tetapi itu hanya membuatnya semakin bingung. Bagaimana mungkin pria yang begitu mirip dengan sahabatnya di dunia nyata kini menjadi suaminya di dunia ini? Ah sangat menyebalkan.

"Aku hanya... memikirkan banyak hal," jawab Arunika pelan, menghindari tatapan langsung dengan Mark.

"Apa ada yang bisa kubantu? Kau bisa ceritakan padaku, apa pun itu," Pangeran Mark menawarkan dengan tulus.

Arunika terdiam, tak tahu harus mulai dari mana. Haruskah ia mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya? Bahwa ia merasa terjebak antara dua dunia, dan bahwa dirinya di dunia ini bukanlah dirinya yang sebenarnya? Tapi bagaimana mungkin Mark bisa mengerti, apalagi percaya, tentang dunia yang bahkan ia sendiri masih sulit pahami?

"Mark..." Arunika mulai, tapi kata-katanya tertahan. "Aku merasa... bingung. Tentang semua ini."

Pangeran Pertama menatap Arunika dalam, mencoba memahami kegelisahan di balik kata-katanya. "Jangan khawatir Arunika, kita akan selesaikan bersama."

Pangeran Pertama tersenyum dan memeluk tubuh mungil Arunika, Sang Pangeran berharap pelukannya membuatnya lebih tenang, menghadapi semua ini.

Arunika merasa malu ia tak pernah berpelukan dengan intim dengan pria, ia mendorong dada pangeran Mark dan berlari ke luar kamarnya.

Pangeran Mark yang bingung mengejar gadis itu yang berlari ke taman istana dan berhenti di pinggir danau, arunika melihat pangeran Mark mengejarnya? Padahal ia punya kekuatan bukan? Ia mengejar Arunika. Pangeran Pertama menunjukkan kalau ia begitu tulus dan ingin memberikan dukungan padanya dengan cara mengejarnya.

Hati Arunika berkecamuk dalam hati, ia memang pernah atau sering memeluk Sahabatnya Mark di dunia nyata saat ia gelisah ataupun sedih. Tetapi kali ini semuanya seperti pengulangan yang nyata. Ia tetap berlari ke pinggir danau yang begitu indah memiliki banyak angsa yang berenang anggun disana.

"Sudah ya, aku lelah. Kenapa kau lari cepat sekali." Ia duduk di atas rumput segar di taman istana dan menatap wajah arunika yang begitu cantik

...----------------...

Pangeran Renjana berdiri dalam diam, membiarkan tatapannya jatuh pada sepasang jiwa yang kini berjalan berdampingan di taman istana Arunika dan suaminya, Pangeran Mark. Ada senyum tipis mengembang di wajahnya, bukan karena bahagia semata, melainkan karena harapan yang ia sematkan diam-diam, semoga cinta mereka terus berputar, menembus waktu, dan bertemu kembali di tiap kelahiran.

Semoga mereka tidak hanya bersama di dunia ini, tetapi di setiap dunia yang ditulis oleh takdir.

Beberapa langkah kemudian, Renjana memasuki ruang tahta yang hening dan megah. Di hadapannya duduk Sang Ayahanda, Raja Amerta, sosok bijak yang menyimpan lebih banyak rahasia daripada langit malam yang menyembunyikan bintang.

"Ayahanda," ucap Renjana dengan tenang, meski matanya menyiratkan kegelisahan. "Apakah Yang Mulia benar-benar tidak akan memberi tahu Putri Arunika tentang... segalanya?"

Raja Amerta menatap anaknya dengan sorot mata yang tak bisa dibaca. Lalu ia menjawab, perlahan, seolah setiap katanya membawa beban dari masa lalu yang telah terkunci terlalu lama.

"Arunika hanya tahu bahwa pernikahannya dengan kerajaan vampir adalah sebuah siasat... sebuah permainan politik untuk mengakhiri kekuasaan kegelapan sang Raja Vampir. Tapi dia belum tahu... bahwa jauh sebelum itu, dirinya telah terikat pada takdir yang lebih besar."

Renjana diam, menanti penjelasan berikutnya.

Raja Amerta melanjutkan, suaranya kali ini lebih dalam, nyaris seperti bisikan sejarah kuno yang terbangun dari tidur panjangnya.

"Arunika bukan sekadar pion. Ia adalah takdir. Ia adalah belahan jiwa dari Pangeran Pertama—Mark—yang bukan hanya pewaris tahta, tapi juga keturunan dewa langit. Pernikahan mereka bukan strategi... itu adalah penggenapan dari janji langit."

Renjana menunduk, menyembunyikan gejolak di dadanya. Segalanya mulai masuk akal. Tapi juga menimbulkan ketakutan baru.

"Dan bila ia tahu semua ini, apakah ia siap, Ayahanda?" tanyanya pelan.

Raja Amerta tidak menjawab segera. Ia hanya menatap jendela besar di sampingnya, di mana langit mulai berubah warna, pertanda bahwa waktu terus bergerak—dan rahasia pun, cepat atau lambat, akan menuntut untuk diungkapkan.

...****************...

"Apa yang terjadi sebenarnya?"

Bayangan itu terulang kembali, Arunika menarik napas cepat, wajahnya memanas setelah momen yang membuat dadanya berdebar tak karuan. Ia tak pernah sedekat itu dengan seorang pria pelukan tadi membuatnya gugup, canggung, bahkan takut pada perasaannya sendiri.

Dengan panik, ia mendorong dada Pangeran Mark dan segera berlari keluar dari kamarnya. Langkah-langkahnya ringan namun tergesa, seperti ingin melarikan diri dari perasaan yang belum bisa ia mengerti.

Pangeran Mark berdiri sejenak, terkejut. Tapi tanpa pikir panjang, ia ikut berlari mengejarnya.

Meski ia memiliki kekuatan sebagai keturunan dewa langit, ia memilih untuk berlari dengan cara biasa. Mungkin karena hatinya ingin merasakannya ingin mendekati Arunika bukan sebagai dewa, tapi sebagai lelaki yang mencintainya.

Arunika berhenti di pinggir danau taman istana. Angin malam mengibaskan helai rambutnya yang panjang, dan pantulan bulan di permukaan air membuat sosoknya tampak seperti mimpi.

Terdengar suara napas terengah dari belakang. Pangeran Mark akhirnya tiba, keringat membasahi pelipisnya. Ia tersenyum, lalu menjatuhkan dirinya ke atas rumput segar.

"Sudah ya... aku lelah," katanya sembari tertawa kecil, menatap langit sebentar, lalu beralih menatap Arunika. “Kenapa kau lari cepat sekali?”

Arunika terdiam, mencoba menyembunyikan wajahnya yang masih merah.

Dan Pangeran Mark hanya menatapnya... begitu dalam. Seolah di hadapan matanya adalah gadis terindah yang pernah dihadirkan oleh takdir.

"Aru..."

Suara lembut itu membuat Arunika menghentikan langkahnya. Jantungnya berdetak lebih cepat ketika ia menoleh, dan mendapati Pangeran Pertama berdiri tak jauh darinya. Suaranya, sorot matanya, bahkan caranya menyebut namanya—semuanya mengingatkan Arunika pada seseorang… sahabatnya di dunia nyata, Mark.

Ia tahu di hadapannya sekarang adalah suaminya, pewaris tahta kerajaan langit, Pangeran Pertama. Tapi… kenapa rasanya begitu familiar? Seolah sosok itu adalah Mark yang ia kenal sejak lama.

Sebuah kebetulan? Atau… takdir yang mempertemukan mereka kembali dalam bentuk yang berbeda?

Pangeran Mark melangkah perlahan mendekat. Auranya tenang, tapi tajam dalam merasakan kegelisahan istrinya.

"Arunika, kau memikirkan kata-kata Ayahanda, bukan?" tanyanya lembut. Ia tahu, bahkan tanpa Arunika harus menjawabnya.

Arunika mengangguk pelan, menunduk. "Iya aku hanya memikirkan satu hal, Pangeran. Jika suatu hari nanti kita tidak diberi anak laki-laki, apakah semuanya akan berakhir? Apakah aku akan kehilanganmu?"

Pangeran Mark terdiam sejenak. Lalu ia melangkah lebih dekat, menggenggam tangan istrinya dengan hangat.

"Aru Jangan biarkan tradisi menakutimu," katanya dengan suara yang tenang namun penuh keyakinan. "Anak adalah berkah, bukan beban. Dan jika memang takdir menuliskan seorang putra, ia akan hadir pada waktunya. Tapi jika tidak pun, cintaku padamu tak akan berubah. Kamu mengerti maksudku, kan?"

Arunika menatap mata Pangeran Mark. Dalam tatapan itu, ia tak melihat seorang pewaris tahta. Ia hanya melihat Mark pria yang mencintainya tanpa syarat.

...****************...

1
Bayu Bayu
aku mampir author/Smile/semangat berkarya/Determined//Determined//Smile/janganlupa mampir juga yahh
Bayu Bayu
semangat kak
🌀Jïñğğä Ñõõř💞
bagus ... semangat ya dek
Lilly
transmigrasi ke novel kh?
j_ryuka: iyaa beb
total 1 replies
The first child
Aku hadir kembali kak..
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut /Scream/
iqiww
keren kak
iqiww
tetap semangat kak
iqiww
sudah mampir kak
iqbal nasution
oke..lanjutkan
ꪻ꛰͜⃟ዛ༉❤️⃟Wᵃf•ʙͨᴜͥɴͨɴͥʏ⍣⃟❍¹⁸➢‮
ini ceritanya transmigrasi ke novel?
j_ryuka: iya bener kak😅
total 1 replies
The first child
lanjut thor, suka banget sama ceritanya
Bulanbintang
Nama tokohnya puitis, Kak.
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉
🔵❤️⃟Wᵃf§𝆺𝅥⃝©⧗⃟ᷢʷ₭Ⱡ₳Ɽ₳🍇
semoga arunika bisa menjalani takdirnya
Anyelir
Kak, aku suka gambarnya. Gambarnya bagus 👍
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport trus
Nurhani ❤️
Lanjut tour /Kiss//Kiss//Kiss/
Nurhani ❤️
aru dapet pangeran, aku dapet apah /Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurhani ❤️
aku mampir tour /Kiss//Kiss/ semangat terus yah, jangn lupa mampir juga yah /NosePick//NosePick//NosePick/
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Jangan lupa berkunjung di karya aku juga yaa/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!