Katanya, Arsel pembunuh bayaran. Katanya, Arselyno monster yang tak berperasaan. Katanya, segala hal yang menyangkut Arselyno itu membahayakan.
Seorang Berlysa Kanantasya menjadi penasaran karena terlalu banyak mendengar desas desus mengenai cowok bernama lengkap Arselyno M Arxell. Semua murid sekolah mengatakan bahwa Arsel 'berbahaya', menantang gadis yang bernama Lysa untuk membuktikan sendiri bahwa yang 'katanya' belum tentu benar 'faktanya'.
Penasaran kecil yang berhasil membuat Lysa mengenal Arsel lebih dalam. Penasaran kecil yang sukses menjebaknya semakin menjorok ke dalam jurang penasaran.
Pada akhirnya, Lysa mengerti; ternyata mencintai Arsel, memang seberbahaya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon __bbbunga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab IV :// Kepikiran
Lysa melempar tubuh ke sofa. Pikirannya masih tidak tenang memikirkan kalimat Arsel yang masih mengganjal di otaknya. kalau sudah penasaran begini, perutnya jadi ikutan lapar. Ingin makan cemilan sedang nihil di lemari.
Melihat saudara kembarnya sedang duduk dengan laptop di atas karpet, bibir Lysa terangkat iseng "Argas!" Lysa menutup layar laptop Argas jail.
Lysa tau Arga pasti sedang mempelajari sesuatu di laptopnya. Tidak heran lagi, hal pertama yang dikerjakannya adalah belajar. Begitulah rasanya punya saudara yang rajin dan pintar.
Merespon kejadian Lysa, Arga mengumpat pelan sambil mendelik sebal.
"Argas!, kok lo makin rajin aja, sih? Ganteng banget lagi!"
Sebut saja Argas adalah panggilan kesayangan Lysa untuk Arganta, saudara kembarnya yang mageran sekali sampai Lysa tak mengerti lagi. Boro-boro di suruh ini-itu, di ajak main ML saja susahnya minta ampun. Dibujuk pakai Rank aja tidak mempan. Sangking kelewat mager.
Alasannya selalu klise, 'Masih banyak hal lain yang lebih penting kali, Sa. Kayak baca buku, misalnya'
Lysa akui Arga rajin. Tapi juga nggak jarang, di balik buku yang menutupi wajah cowok itu, selalu ada ponsel di tengah-tengahnya. Menonton YouTube.
"Nggak usah puji segala. Gue nggk mau turuti keinginan lo"
Lysa berdecak. Cepat sekali Arga menebak niatnya. "Argasss... Perut gue lapar nih. Meronta-ronta pengin ngemil"
"Ya, makan sana"
Lysa mencibir. "Nggak peka banget, sih, jadi kembaran! Beliin, dong?"
Arga menoleh sekilas. "Mager"
Sudah Lysa duga...
"Mageran banget, sih, lo kerupuk udang! Kasihani saudara kembar lo yang cantik dan rajin tersenyum ini sekali-kali kenapa? Dekat juga, kok, di ujung konpleks. Beliin, dong!" Lysa merengek, sambil mengerucutkan bibir di samping cowok yang rambutnya agak berantakan itu.
"Nah, tuh tau dekat. Beli sendiri, lah!"
Lysa mendelik. Berharap saudara kembarnya akan menurutinya sama saja dengan berharap si doi mau peka. Lama. Bahkan belum tentu bersedia.
"Loh, lagi ngapain nih? Kayaknya lagi bahagia banget" Diana yang baru saja selesai dari urusan dapur duduk di sofa. Mengambil alih remot TV.
Lysa memutar bola mata. "Kami lagi berantem, loh, Ma"
"oh ya? Masa, sih? Siapa yang kesleding duluan? Ringnya mana? Nggak seru, dong, kalau nggak ada wasitnya. Mama aja yang jadi wasitnya, ya? Mau?"
"Mamaaa!" Lysa menjatuhkan bahu lemas. Mamanya sama saja.
Selang beberapa detik, Papanya pulang. Ranzi yang masih memakai pakaian kantor segera menghampiri Diana, istrinya.
"Maaf, aku nggak tau kamu pulang cepat" Diana bangkit, menuntun suaminya duduk di sofa.
"Nggak apa-apa. Lagi jam istirahat makan siang, sayang" ujar Ranzi seraya mengecup puncak kepala Diana lembut.
Melihat romantis Papa-Mamanya selalu sukses membuat Lysa iri. Tentu saja ingin juga. Alhasil, cewek itu memutuskan untuk pergi saja.
"Udah, ah, Lysa mau pergi ke minimarket aja Lysa pamit, Ma, Pa,"
Setelah mencium punggung tangan Diana dan Ranzi, cewek dengan sandal bulu menyerupai kelinci itu beranjak berdiri . Tidak lupa menendang paha Arga jail, sebelum kemudian benar-benar pergi meninggalkan ruang tengah.
Lysa berjalan menuju pintu depan sambil menggoyangkan pinggulnya mengejek Arga sambil tertawa.
"Aisshh!, Lysa! Awas aja kamu ya!"
"Bye bye Argas alias ganas, wakakakak" sahut Lysa dengan mengejek lagi.
Mama Papanya yang melihat itu sontak menggelengkan kepalanya sikat, sambil menahan tawanya, melihat kelakuan putrinya itu.
...*****...
thor mampir juga dong ke ceritaku..