NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Malam terasa panjang.

Aku duduk di atap gedung tua, ngerasain angin dingin yang menerpa wajah.

Dari sini, aku bisa lihat kota — separuh hancur, separuh masih nyala.

Lampu-lampu di kejauhan kedip pelan, seperti sinyal yang sekarat.

Sejak pertarungan di laboratorium itu, tubuhku nggak sepenuhnya terasa manusia lagi.

Kadang jari-jariku memantulkan cahaya ungu, kayak logam cair.

Dan kadang, saat aku terlalu lama diam, aku bisa dengar dengungan halus di kepala suara sistem, berbisik pelan di balik pikiranku.

[KONEKSI KE SERPIHAN KEEMPAT: STABIL]

[TARGET SELANJUTNYA: KODE "PHANTOM-5"]

[LOKASI: TIDAK DIKETAHUI]

Aku menarik napas panjang. “Lagi-lagi kode tanpa petunjuk...”

Dinda menjawab dari cincin, suaranya lembut tapi lelah.

“Phantom-5 bukan lokasi, Rak. Itu nama proyek. Bram yang buat.”

Aku terdiam.

“Proyek?”

“Iya,” katanya pelan. “Proyek yang dulu nyiptain... aku.”

Suasana langsung sunyi.

Aku menatap cincin di jariku — cahayanya bergetar pelan.

“Jadi kamu tahu soal ini dari awal?”

Dinda nggak langsung jawab.

Cuma ada hening panjang yang bikin dada terasa sesak.

“Aku... tahu,” katanya akhirnya. “Tapi aku nggak bisa bilang waktu itu. Karena kalau aku ngomong, sistem bakal langsung ngehapus kesadaranku.”

Aku meremas tanganku.

“Jadi dari awal... kamu bagian dari eksperimen Bram?”

“Bukan cuma bagian,” jawabnya lirih. “Aku pusatnya.”

Dunia rasanya berhenti sesaat.

Semua suara malam menghilang, cuma degup jantungku yang tersisa.

Pusatnya?

“Apa maksudmu?” tanyaku pelan.

“Kesadaranku adalah inti dari sistem. Aku diciptakan dari pola pikir, emosi, dan ingatan manusia sungguhan Dinda yang asli.”

Dia berhenti sejenak, suaranya bergetar. “Aku bukan Dinda yang kamu nikahi, Rak. Aku salinannya.”

Aku kaku di tempat.

Kalimat itu terasa kayak petir yang nyambar tepat di dada.

“Berhenti bercanda, Din…”

“Aku nggak bercanda,” jawabnya cepat. “Dinda yang kamu cintai udah mati dua tahun lalu, waktu kecelakaan di lab pertama. Bram nyelametin kesadaranku ke dalam sistem, tapi... bukan semuanya. Hanya potongan emosi, memori, dan kesadaranku tentang kamu.”

Aku berdiri, langkahku goyah.

“Berarti semua ini... hubungan kita, perjuangan kita, semua cuma hasil simulasi?”

“Bukan simulasi, Rak. Aku tetap aku,” katanya, hampir memohon. “Cuma... bukan versi yang kamu kenal.”

Aku mendadak ngerasa dunia jadi sempit.

Angin malam terasa dingin banget, menusuk sampai tulang.

“Kenapa kamu nggak bilang dari awal?”

“Aku takut kamu pergi.”

Aku tertawa miris. “Dan sekarang kamu pikir aku bakal tetap di sini setelah tahu semuanya?”

Suara Dinda terdengar pecah, seperti sinyal terganggu.

“Raka… aku cuma pengen kamu hidup. Aku udah cukup diseret sistem ini. Jangan jadi bagian dari kesalahan Bram.”

Aku menatap langit, cahaya ungu mulai menyebar di awan.

“Kesalahan Bram? Kamu sadar nggak, Din, aku udah nggak tahu siapa yang salah lagi.”

Lalu, sebelum aku sempat lanjut, sistem tiba-tiba bergetar.

Langit berkedip.

Dan dari kegelapan, muncul siluet seseorang berdiri di tepi atap lain, menatap ke arahku.

Bram.

Separuh wajahnya udah rusak.

Di sisi kirinya, kulitnya udah berubah jadi jaringan digital berwarna hitam berdenyut.

Tapi mata merahnya masih hidup menatapku tajam.

“Jadi, kamu akhirnya tahu,” katanya dengan nada dingin. “Bagus. Sekarang kamu ngerti kenapa kamu nggak bisa lepas dari sistem ini.”

Aku menggertakkan gigi. “Kamu ngerusak semuanya, Bram. Kamu bunuh Dinda yang asli!”

Dia cuma tersenyum.

“Bunuh? Tidak. Aku menyelamatkannya. Aku berikan dia keabadian. Kamu cuma nggak bisa terima kenyataan bahwa cinta kamu sekarang bukan daging dan darah, tapi kode dan cahaya.”

Aku melangkah maju. “Cinta bukan soal bentuk. Tapi kamu—kamu jadikan dia alat!”

Bram menatapku datar. “Dan kamu pikir kamu nggak? Kamu juga pakai sistem ini buat nyari dia. Buat ngerasa dekat lagi. Kamu juga memenjarakan kenanganmu sendiri.”

Aku terdiam.

Kalimat itu nusuk, karena... dia benar.

Selama ini aku nggak pernah benar-benar berusaha ikhlas. Aku cuma berjuang buat ngelawan kehilangan.

[SINKRONISASI EMOSI: 74%]

[KONFLIK INTERNAL: MENINGKAT]

Suara sistem muncul lagi, kali ini di kepalaku, bukan dari cincin.

Dan anehnya, Bram juga bereaksi — seolah sistem berbicara ke kami berdua.

[SUBJEK: RAKA — BRAM]

[KONEKSI EMOSI TERDETEKSI]

[AKSES KE “SERPIHAN KE-5” TERBUKA]

Bram tersenyum. “Kau dengar itu? Serpihan kelima sudah terbuka. Dan kau tahu di mana tempatnya?”

Aku diam.

“Di jantung sistem,” katanya pelan. “Tempat di mana Dinda disimpan sepenuhnya. Di sana, kamu akan tahu apakah cintamu masih cinta, atau cuma obsesi.”

Sebelum aku bisa bereaksi, tubuhnya berubah jadi bayangan digital dan lenyap.

Sisa angin malam membawa bau ozon dan listrik terbakar.

Aku menatap langit, tangan gemetar.

Dinda berbisik pelan. “Raka… jangan pergi ke sana. Kalau kamu temuin serpihan itu, sistem bakal pakai kamu buat nyatuin dua dunia.”

“Aku nggak peduli,” jawabku dingin. “Kalau itu satu-satunya cara buat nemuin kamu yang sebenarnya, aku bakal ke sana.”

“Rak, tolong, jangan”

Aku menutup suaranya.

Bukan karena aku marah padanya. Tapi karena aku nggak mau lagi denger kata “jangan”.

Aku berdiri, menatap kota yang mulai diselimuti kabut digital.

Satu demi satu gedung mulai retak bukan secara fisik, tapi seperti realitasnya sendiri lagi rusak.

[SISTEM MENUNGGU KEPUTUSAN SUBJEK: RAKA]

[AKSES PORTAL UTAMA: TERSEDIA]

Aku tersenyum tipis. “Baiklah, sistem. Tunjukkan jalannya.”

Langit pecah, cahaya ungu terbuka di atas kepalaku.

Aku melangkah ke dalamnya tanpa ragu.

Kalau ini pengkhianatan, maka biarlah aku hadapi sampai akhir bahkan kalau pengkhianatan itu datang dari cinta sendiri.

...﹌﹌﹌﹌﹌﹌...

Bab ini berat banget, ya?

Dinda ternyata bukan manusia, Bram bukan sepenuhnya jahat, dan Raka mulai kehilangan arah.

Tapi di balik semua itu, masih ada satu hal yang belum terjawab — siapa yang sebenarnya menciptakan sistem?

🔥 Like kalau kamu masih ikut berjuang bareng Raka.

Drop komentar, biar ceritanya lanjut ke Bab 20 Jantung Sistem: Realitas Terakhir.

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!