NovelToon NovelToon
The Price Of Affair

The Price Of Affair

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Arumi Nadine, seorang wanita cerdas dan lembut, menjalani rumah tangga yang dia yakini bahagia bersama Hans, pria yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Namun segalanya runtuh ketika Arumi memergoki suaminya berselingkuh.

Namun setelah perceraiannya dengan Hans, takdir justru mempertemukannya dengan seorang pria asing dalam situasi yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 26

Cahaya redup dari lampu gantung di sudut ruangan masih menyala, membiaskan kilau lembut di dinding kamar VIP club yang sunyi. Udara terasa pengap, seolah menyimpan sisa-sisa malam yang sempat membara.

Pria itu terbangun perlahan, kelopak matanya berat, kepalanya sedikit pening. Ia mengerjap, menoleh ke sisi ranjang.

Kosong.

Tidak ada siapa-siapa. Perempuan selama sudah pergi.

Yang ada hanya seprai kusut dan bantal yang masih hangat.

Ia mendadak duduk. Pandangannya tertuju pada meja kecil di samping ranjang. Di sana, selembar kertas terlipat rapi, diletakkan di atas beberapa lembar uang, dua ratus lima puluh ribu rupiah.

Pria itu meraih kertas itu. Dibukanya dengan perlahan, dan di sana, dengan tulisan tangan cepat, terburu-buru, seolah ditulis tanpa banyak pikir, tertera.

"Anggap saja ini bayaran karena kamu sudah melayani aku malam ini."

Ia membaca ulang kalimat itu dua kali. Tangannya meremas pelan kertas tipis tersebut. Matanya menyipit, lalu bibirnya tertarik membentuk senyum kecil, pahit dan menolak kenyataan.

"Dianggap apa aku ini? Gigolo?" gumamnya, setengah tertawa, setengah marah.

Ia menyandarkan punggung ke kepala ranjang, mengusap wajahnya kasar. Rasa hangat masih tertinggal di kulitnya, tapi hatinya justru terasa dingin. Terlalu dingin.

Pikirannya kembali ke malam sebelumnya.

Itu adalah ulang tahun sahabatnya. Mereka merayakannya di lantai VIP club yang penuh musik dan lampu kelap-kelip. Minuman datang tanpa henti, perempuan-perempuan menari, semua orang bersorak dan tertawa.

Dia ingat, Niko, sahabatnya memberinya segelas Sampanye.

Tanpa banyak curiga, ia meneguk minuman itu. Hanya satu tegukan, dan beberapa menit kemudian, kepalanya mulai berat. Tubuhnya panas. Nafasnya memburu.

Gairah itu datang tiba-tiba, menggila tanpa kendali.

Dia ingat keluar dari lounge, melangkah limbung menuju lorong kamar VIP. Kepalanya pening, tapi dorongan di tubuhnya tak bisa ditahan. Matanya menangkap sosok perempuan, dan tanpa berpikir panjang, ia menariknya masuk.

Sisanya buram.

Perempuan itu, siapa pun dia, telah pergi, meninggalkannya dengan secarik kertas dan segepok uang receh. Sungguh , suatu penghinaan besar untuknya.

"Pak." suara sopan itu terdengar dari balik pintu yang terbuka perlahan.

Asistennya masuk dengan cepat, membungkuk sebentar memberi hormat, lalu menyerahkan setelan pakaian yang sudah rapi disiapkan.

Pria itu berdiri tanpa banyak bicara, mengenakan pakaian yang dibawakan. Wajahnya kembali tenang, dingin, nyaris tanpa ekspresi, meski matanya menyimpan bara yang belum padam.

Sambil merapikan kemejanya, ia membuka mulut, suaranya datar tapi penuh tekanan.

“Cek CCTV. Aku ingin tahu siapa perempuan yang bersamaku malam tadi. Ambil semua rekaman mulai pukul sebelas malam sampai menjelang subuh. Jangan lewat satu detik pun.”

Nada suaranya datar, tapi tajam seperti pisau yang baru diasah.

Asistennya mengangguk cepat. “Baik, Pak. Akan segera saya urus.”

Asistennya bertanya ragu, “Apakah Bapak akan langsung ke kantor setelah ini?”

Pria itu, dengan wajah tegas dan mata tajam yang nyaris tak pernah menunjukkan emosi, terdiam sejenak.

“Tidak. Jadwalkan meeting siang ini secara daring,” ucapnya datar. “Saya akan tetap di rumah.”

Asistennya mengangguk patuh, walau dalam hati bertanya-tanya. Pria itu jarang sekali absen dari kantor, kecuali untuk hal yang sangat penting.

“Oiya, suruh Niko menemuiku nanti,” ucapnya pelan namun tegas. Dia harus menanyakan Niko tentang minuman malam tadi.

Tanpa menunggu jawaban, pria itu melangkah keluar dari kamar VIP club. Langkahnya tegap, mantap, penuh wibawa. Setiap orang yang melihatnya menunduk hormat, mengerti siapa dia dan apa posisi kekuasaannya.

****

"Apa? Kamu ninggalin uang dua ratus lima puluh ribu?" Tanya Hilda kaget setelah Arumi paginya di meja makan saat sarapan menceritakan jika sebelum pergi, untuk menjaga harga dirinya, dia meninggalkan uang dan secarik kertas untuk pria itu.

Hilda meletakkan sendoknya, menatap sahabatnya lekat-lekat. "Astaga, Rum... kamu sadar nggak, yang kamu lakukan itu bisa bikin harga diri cowok mana pun jatuh ke jurang? Mana uangnya dikit lagi."

"Aku tahu," kata Arumi pelan. "Tapi, waktu itu aku cuma mikir satu hal, aku nggak mau jadi pihak yang lemah. Aku yang ‘diambil’, tapi aku nggak mau kelihatan seperti korban. Jadi sebelum pergi, aku balikin situasinya. Biar dia yang ngerasa dipakai."

"Nggak kebayang deh aku, gimana muka tuh cowok pas bangun." Ujar Hilda sambil geleng-geleng kepala, satu alisnya terangkat tinggi, penuh rasa ingin tahu.

Arumi terkekeh kecil, meski tawanya terdengar agak getir. "Aku juga nggak tahu sih, Tapi semoga dia cukup tersinggung buat sadar, jangan gampang main ambil perempuan."

"Yah, bisa jadi juga dia malah makin penasaran sama kamu. Jangan-jangan dia lagi cari kamu sekarang."

"Ah, kamu Hil, jangan ngomong gitu dong, merinding nih aku." Kata Arumi bergidik ngeri mendengar ucapan Hilda.

Hilda malah tertawa kecil. "Lho, kan bisa jadi. Dunia itu kecil, Rum. Siapa kalian nggak sengaja ketemu, atau dia benar-benar nyari kamu."

Arumi memutar bola matanya. “Jangan nakut-nakutin deh. Lagian, aku juga nggak bakal kenal dia. Muka dia pun aku nggak inget, ditambah mabuk. Yang aku inget cuma aroma parfumnya, yang samar.”

Setelah beberapa saat bercanda dan membahas hal yang sebenarnya masih membuat Arumi malu setengah mati, Hilda melirik jam tangannya.

“Waduh, udah jam segini,” ujarnya sambil bangkit dari kursinya. Ia mengambil tas jinjingnya yang diletakkan di sofa dekat dapur, lalu kembali menatap Arumi yang masih duduk sambil menyeruput teh.

“Rum, aku pamit ya. Hari ini hectic banget. Sore nanti aku tampil di fashion show Jakarta Fashion Line, jadi harus siapin diri dari pagi. Ada fitting, briefing, make-up, ribet pokoknya.”

Arumi mengangguk mengerti. “Iya, semangat ya. Kamu pasti tampil memukau, seperti biasa

"Bye.." Hilda melambaikan tangannya.

"Bye." Balas Arumi.

Begitu pintu tertutup, keheningan langsung menyelimuti ruangan. Arumi masih duduk di meja makan, menatap sisa-sisa sarapan mereka yang belum dibereskan.

Tiba-tiba, semuanya terasa hening. Terlalu hening.

Ia menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, matanya menatap langit-langit. Pikirannya kembali ke malam itu. Ke aroma parfum yang samar. Sentuhan yang panas. Suara laki-laki itu, dalam dan tenang, tapi memabukkan.

Ia menggeleng cepat, mencoba mengusir bayangan itu dari kepala.

"Kok aku malah mikirin tuh cowok sih," gumamnya pada diri sendiri.

Ia berdiri, merapikan meja makan, lalu berjalan menuju kamar untuk mandi, mendinginkan kepala untuk mengusir bayangan pria itu.

******

Support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya, biar author semangat up-nya, terima kasih atas support kalian....

1
Hanny
Aduhhhhhh seru thor. nex thor
Nurul Boed
Jangan² hansel yang mandul 🧐🧐
Waryu Rahman
betul kk..aku juga pas baca kok nyambung nya ke KAI.. GK cocok kayanya
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak❤️❤️❤️
total 1 replies
Yunita aristya
padahal sudah cocok Lo kak😁
Maple latte: Maaf karna mengecewakan ya kak🙏🙏🙏
total 1 replies
WOelan WoeLin
mungkin cerita KAI bisa dipisah jadi cerita sendiri
smangat terus thor 💪💪💪
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak ❤️❤️❤️❤️
Ben Aben: Setuju kak
total 2 replies
Nana Colen
nah betul orang seperti harus digituin 🤣🤣🤣
Yunita aristya
ternyata Maya meninggal
Eris Fitriana
Arumi ajakin jdi model aja Hil... biar Arumi jadi bintang yang terang... dan nanti ketemu pagi sama Kai...🤩🤩😍😍
Eris Fitriana
Aaah sukanyaa ternyata ada Irish, Ethan dan Kai... Wiiih Arumi calon nyonya Kai dong... mantaf Thor lanjuuuttttt...😍😍😘😘
WOelan WoeLin
next kak
Nurul Boed: Good Arumi,, Cukup sekali mengalah 😍😍
total 1 replies
Nurul Boed
wah wah ternyata masih ada hubungan dngn novel sebelumnya,, wah kirain sma maya

gpp lah lepas dari hansel
ketemu kai... Arumi menang banyakkkkk 😍😍😍😍
Yunita aristya
kirain kai sama Maya , wah gimana nasib Maya sama Nita thor
WOelan WoeLin
lanjut thor 💪💪💪
Waryu Rahman
part nya kurang panjang
WOelan WoeLin
lagi kak
Hanny Bund
kok dobel Thor part ini
WOelan WoeLin
lagi kak
WOelan WoeLin
next kak
Nana Colen
lanjut lg dooong dkit amat up nya 🤭🤭🤭
Eris Fitriana
Aku mendukung keputusan mu Arumi... jadilah kuat... jangan lemah hanya karena seorang penghianat... Buktikan kamu perempuan yg berharga dan punya prinsip...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!