Satu minggu yang lalu Rolan hanyalah seorang kurir biasa. Kemudian dia mendapatkan sepasang mata sakti dari langit yang membuatnya memiliki kemampuan yang luar biasa.
Penglihatannya mampu menembus pandang, punya kemampuan medis yang luar biasa, dan kekuatan ahli beladiri.
Bangkit dan merubah takdir dengan mata sakti miliknya. Rolan kini juga menjadi sosok besar dan berpengaruh.
Banyak wanita jatuh hati dan tergila-gila kepadanya, sehingga membuatnya bingung harus memilih yang mana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 10 AMANDA WANITA PUJAAN
Di saat-saat terakhir sebelum tamparan Bento mengenai Amanda, sebuah tangan muncul dan menangkapnya. Tangan itu berasal dari seorang pria yang ternyata adalah Rolan.
Rolan datang ke tempat ini untuk mengambil sepeda motornya, tapi siapa sangka malah melihat wanita pujaannya hendak di sakiti oleh orang.
"Nona Amanda, kamu tidak apa-apa bukan?" tanya Rolan.
"Kamu..." Amanda sedikit terkejut melihat Rolan.
Walaupun Rolan malam ini menggunakan setelan kemeja baru, Amanda juga langsung mengenalinya. Pria yang menolongnya ini adalah Rolan yang biasa mengantarkan paket pesannya.
Bento juga terkejut dengan kemunculan Rolan ini. Bento juga mengenal Rolan karena sebelumnya pernah terlambat mengantarkan paket pesannya yang berupa alat kontrasepsi pengaman pria.
Rolan juga mengenali Bento yang merupakan pria brengsek. Bento orang yang bergonta ganti wanita membawanya ke apartemen miliknya.
"Bocah, lebih baik kamu jangan ikut campur urusanku!" ujar Bento kepada Rolan.
"Lepaskan tanganku sekarang, atau aku akan menghajar mu," sambung Bento.
Bukannya melepaskan tangan Bento, Rolan justru mencengkram nya dengan kuat, sehingga membuat Bento kesakitan.
"Aaaa..." Bento berteriak kesakitan serasa tulang tangannya remuk.
Terlihat kedua mata Rolan tampak begitu bercahaya, namun cahaya itu tidak bisa di lihat oleh sembarangan orang. Rolan mengeluarkan salah satu kekuatan dari mata saktinya.
Rolan tidak bisa menerima wanita pujaannya di sakiti oleh Bento. Terlebih lagi Bento adalah seorang bajingan.
Bento yang begitu kesakitan karena tangannya di cengkram dengan kuat oleh Rolan juga hampir tidak mampu menahannya. Bento bahkan sampai berlutut di hadapan Rolan memohon untuk melepaskan tangannya.
"Tuan tolong lepaskan aku!" Bento berlutut kesakitan.
"Ampuni aku!" sambung Bento bahkan sampai menangis di sana.
Setelah puas melihat Bento begitu kesakitan, Rolan juga melepaskan cengkraman nya. Barulah Bento bisa merasa lega, namun kemudian dia merasakan tangannya seperti mati rasa.
"Jika kelak kmu berani mengganggu nona Amanda, aku tidak akan melepaskan mu semudah ini," ujar Rolan.
"Pergi!" sambung Rolan.
Bento juga langsung pergi dengan terbirit-birit sambil memegangi tangannya yang sudah mati rasa. Bento harus segera pergi ke rumah sakit untuk memeriksakannya.
"Pemuda itu barusan keren sekali," ujar salah seorang pelayan wanita yang melihat Rolan.
"Tampan sekali, apa pemuda itu adalah kekasih wanita tersebut?" ujar pelayan wanita yang lain.
Amanda sendiri juga melihat kurir yang biasa mengantarkan paketnya sangat keren barusan. Dia datang di waktu yang tepat untuk menolongnya.
Rolan adalah seorang pria yang memiliki darah keturunan luar negeri dari neneknya. Wajahnya tampan, hidungnya mancung, dan juga posturnya yang tinggi.
"Nona Amanda kamu tidak apa-apa?" tanya Rolan dengan khawatir.
Jika dia datang sedikit terlambat, mungkin saat ini wanita pujaannya sudah di sakiti oleh Bento. Rolan melihat tangan kanan Amanda yang terus memegangi pergelangan tangan kirinya.
"Tangan nona terluka, biar aku lihat!" ujar Rolan.
Rolan meminta ijin menyentuh tangan Amanda untuk memeriksanya. Rolan dapat merasakan begitu halusnya tangan dari Amanda.
Rolan juga seketika mendapati pergelangan tangan Amanda yang lebam akibat cengkraman kuat dari bento sebelumnya.
"Hanya sedikit sakit saja," ujar Amanda.
"Ini sudah lebam, jika tidak segera di obati, besok lebamnya akan menjadi bengkak, rasa sakitnya akan berlipat ganda," balas Rolan.
Rolan meminta Amanda untuk duduk sementara dirinya akan mengobati pergelangan tangannya. Mengingat salah satu kehebatan dari mata saktinya adalah kekuatan medis luar biasa. Kekuatan medis ini dapat menyembuhkan segala macam penyakit yang membuat Rolan yakin bisa mengobati pergelangan tangan Amanda dengan mudah.
Rolan menatap tajam ke arah pergelangan tangan Amanda yang lebam. Seketika kedua bola mata Rolan tampak begitu bersinar mengeluarkan kekuatannya.
Muncul di benak Rolan bagaimana caranya agar dia bisa menyembuhkan pergelangan tangan Amanda. Menurut mata saktinya, Rolan hanya perlu melakukan pijatan pada areal yang lebam, sedangkan sisanya akan di urus oleh mata saktinya.
"Semudah ini kah?" pikir Rolan.
Ini adalah pertama kalinya dirinya menggunakan salah satu kehebatan ilmu medis yang di miliki mata saktinya.
"Nona Amanda, nona tahan sebentar!" ujar Rolan.
"Rasanya sedikit sakit di awal, setelah itu, semuanya akan baik-baik saja," sambung Rolan.
Rolan juga mulai memijat pergelangan tangan Amanda yang lebam secara perlahan. Seketika Amanda juga merasakan rasa sakit yang membuatnya sampai memicingkan matanya.
"Aw... sakit..." ujar Amanda.
Energi spiritual dari dari mata sakti juga mulai mengalir masuk ke pergelangan tangan Amanda melalui setiap pijitan Rolan. Perlahan rasa sakit akibat pijatan juga hilang di gantikan oleh rasa hangat yang begitu nyaman.
Rolan memijat Amanda dengan perlahan dan begitu sangat serius. Amanda yang melihatnya juga mulai tersentuh.
"Pria ini, kalau sedang serius terlihat tampan juga," ucap Amanda dalam hati.
Setelah beberapa menit kemudian, Rolan juga telah selesai memijat pergelangan tangan Amanda. Tampak bekas lebam di pergelangan tangan Amanda telah hilang sepenuhnya.
"Kamu hebat juga ya, tanganku sudah tidak merasakan sakit lagi sekarang," Amanda menggerakkan pergelangan tangannya.
"Syukurlah," Rolan juga merasa puas.
Amanda juga mengucapkan terima kasih kepada Rolan atas bantuannya. Mereka juga mulai mengobrol. Rolan menyampaikan bahwa dia datang ke restoran ini untuk mengambil sepeda motornya yang tertinggal.
Tidak lama kemudian, kini mereka berdua juga telah berada di tempat parkiran. Hari juga sudah larut malam, Amanda bersiap naik ke mobilnya untuk pulang ke rumahnya.
"Nona Amanda tunggu sebentar!" panggil Rolan.
"Ada apa?" tanya Amanda.
"Itu... anu..." Rolan terlihat ragu-ragu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Rolan terlihat kesulitan untuk mengucapkannya. Padahal dirinya yang memanggil Amanda, namun sekarang justru malah diam.
"Jika tidak ada, aku harus segera kembali, aku takut ayahku khawatir," ujar Amanda hendak masuk ke mobil lagi.
"Tunggu!" panggil Rolan lagi.
"Nona Amanda, bisakah aku minta nomor ponsel mu?" tanya Rolan memberanikan diri.
"Nomor ponsel..." Amanda sedikit terkejut.
"Itu maksudku, jika kelak ada paketan atas nama nona Amanda, aku bisa konfirmasi terlebih dahulu dengan nona, semua itu untuk mempermudah saja, aku tidak punya maksud lain, aku tidak akan menyebarkan nomor nona Amanda," Rolan terus berbicara panjang lebar.
Pembicaraan Rolan juga semakin panjang dan kemana-mana. Amanda pun hanya tersenyum lucu melihat tingkah Rolan ini.
Rolan sendiri hanya ingin bisa lebih mudah berhubungan dengan Amanda. Dengan miliki nomor ponselnya, itu langkah awal untuk bisa mendapatkan wanita pujaannya.
"Bukankah hanya nomor ponsel saja, kenapa kamu terlihat malu memintanya?" ujar Amanda.
"Bilang saja kamu meminta nomor ponselku agar bisa lebih dekat, tidak perlu panjang lebar membuat alasan, buat mempermudah mengantar paket lah atau semacamnya," sambung Amanda.
Rolan juga mulai merasa malu karena Amanda ternyata bisa menebak pikirannya. Namun Amanda sepertinya merespon dirinya, sehingga membuatnya merasa senang.
Amanda mengeluarkan ponselnya dan Rolan juga segera memindai nomor ponselnya. Setelah itu Amanda masuk ke mobilnya dan pergi dari sana.
Rolan juga sangat bersemangat memegangi ponselnya. Kini nomor Amanda wanita pujaannya sudah ada di ponselnya.
Setengah jam kemudian, kini Amanda sudah berada di rumahnya. Amanda sedang berbincang dengan ayahnya yang bernama Arman Wijaya.
"Bagaimana Amanda, apa kamu berhasil mendapatkan sumber batu giok untuk perusahaan kita?" tanya Arman.
Amanda hanya menggelengkan kepalanya saja dengan tidak berdaya. Amanda tidak menceritakan kejadian yang terjadi di restoran tadi karena tidak ingin membuat ayahnya khawatir.
Kondisi ayahnya semakin hari semakin memprihatinkan. Tubuhnya semakin kurus, tidak perduli seberapa banyak dia makan sehari. Matanya terlihat begitu cekung dan pandangannya begitu sayu. Bahkan kondisi fisiknya perlahan juga terus melemah.