NovelToon NovelToon
Sepupu Dingin Itu Suamiku.

Sepupu Dingin Itu Suamiku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: ovhiie

Tentang Almaira yang tiba-tiba menikah dengan sepupu jauh yang tidak ada hubungan darah.

*
*


Seperti biasa

Nulisnya cuma iseng
Update na suka-suka 🤭

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ovhiie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Almaira mendekat di kaki Yaga dan memasukan tangannya ke bak mandi. Berusaha sebisa mungkin untuk meraba kaki Yaga. Dan dengan hati-hati menekan kakinya yang panjang.

"Ugh."

Yaga mengerang pelan,

"Ah, sakit ya? Aira minta maaf."

Permintaan maafnya yang gugup itu menggemaskan. Yaga tersenyum nakal dan mengangkat kakinya.

"Tidak, rasanya menyenangkan. Teruslah maju."

Almaira segera mengamati betisnya dengan saksama sambil menyentuh kulitnya.

Mungkin karena rambutnya diikat, tatapan Yaga terus tertuju pada leher Almaira yang mulus.

Begitu tatapannya naik ke wajahnya, telinga Almaira yang lembut masih bersemu merah.

Dia merasa seperti akan patah jika Yaga meremasnya terlalu keras.

Membayangkan hal itu, ensasi asing menyebar seolah-olah dia berjalan di atas lapisan es yang tipis.

Aroma bedak mawar tubuh Almaira yang samar tercium di udara. Aroma itu begitu manis meresap ke paru-parunya, membuat Yaga kehilangan akal sehat.

Masih Almaira mengembuskan napas pelan, dengan tekun menggerakkan tangan untuk berkonsentrasi pada ujung jarinya. Kemudian, tatapannya jatuh pada buku yang sedang dibacanya.

Hubungan Terlarang Dengan Adik Tiri

Itu adalah judul yang gamblang. Almaira tidak mengerti kenapa Yaga membaca hal yang tidak tahu malu seperti itu dengan wajah datar.

"Almaira,"

Tiba-tiba dipanggil, dia memalingkan kepalanya seolah-olah dia tidak melihat apa-apa.

"Ada apa Kak?"

"Tubuhku rasanya kaku. Bisa kamu mengoleskan minyak wangi di bahu dan leher ku?"

Yaga memberinya sebuah botol kecil. Itu adalah minyak aroma terapi.

"Baiklah."

Segera Almaira mengambil botol minyak itu di tangannya dan membuka tutupnya. Cairan kental bening itu menyebar saat dia menggosoknya di antara kedua tangannya, dan dengan lembut mengoleskannya ke leher dan bahu Yaga dengan hati-hati.

Sentuhannya yang lembut meluncur di atas kulitnya. Saat Almaira memijat bahunya dengan saksama.

Merasakan darah mengalir deras ke pipinya, Almaira berusaha mengalihkan pandangan.

"Harus di sini juga."

"...Hm?"

"Oleskan juga di dadamu dan... pijatlah Almaira."

"Kenapa..?"

Almaira mengangkat matanya yang basah dan menatapnya. Menghadapi tatapannya yang provokatif, dia terdiam sejenak.

"Sepertinya dada mu juga tegang kan?"

Karena tidak dapat menahan diri lagi, Yaga meluncurkan tangannya. Pemandangan wajah Almaira yang memerah saat Yaga menyentuh dadanya tampak sangat memikat.

"Biar ku tangani."

"Tapi Kak ini…"

"Almaira, tadi kamu yang bertanya padaku apa aku butuh sesuatu?"

Degh,

Ah, benar,

Aira yang sendiri yang memintanya untuk tidak segan. Tapi, Aira tidak menyangka kejadiannya akan seperti ini kan.

Tidak apa-apa Almaira, tidak apa-apa. Toh kita suami istri. Sudah sepatutnya Aira harus melayaninya.

Menyadari kesalahannya, akhirnya Almaira diam dan pasrah saat tangan Yaga bergerak dan menyentuh dadanya dengan intens. Hanya karena itu adalah pengalaman pertamanya, bukan berarti dia tidak tahu apa-apa.

"Apa Kak Yaga sungguh baik-baik saja menyentuh Aira seperti ini?"

"Tentu. Almaira adalah... satu-satunya istriku yang sempurna. Pertahanan mu luar biasa."

"Aira tidak begitu percaya"

"Yah, mungkin tidak lagi."

Telapak tangannya yang besar, memberikan sentuhan yang kuat namun lembut, mengubah bentuk dadanya menjadi bentuk yang menyenangkan.

"Berani-beraninya kamu membuatku kesulitan seperti ini, Almaira Haah..."

Napasnya yang panas menampar telinganya Almaira

"Sekalipun kamu menyuruhku berhenti, aku tidak bisa berhenti." Dia menggertakkan giginya dan menggeram pelan.

"Nggh…"

"Itu sebabnya, kuharap kamu tidak akan menyesal."

Napas panas kembali menyebar di telinganya. Tangan yang masih menggenggam dadanya tampak menggairahkan.

"Bagaimana kalau aku menyentuh di sini, hm?"

"Ugh, itu...,"

Puncaknya yang tegak sempurna meluncur di antara jari-jarinya yang panjang.

"Apa di sini juga tegang?" Sambil menggoda Yaga mengamati reaksinya.

"...." Almaira tidak berani menjawab

"Lucu sekali, kamu bisa melihatnya, kan?"

"Me-melihat apa…?"

Tak berdaya oleh sensasi tangannya, tubuh Almaira yang sensitif menggeliat.

"Kelihatannya, aku perlu membelainya sampai luntur."

Dia membungkus dada putihnya erat-erat, menyebarkan minyak harum dari ujung-ujung jarinya dan dengan lembut mengoleskannya pada area yang sensitif.

"Ah!" Punggung Almaira bergetar dan melengkung karena terkejut.

"Ssst, tidak apa-apa Almaira. Sesudahnya, kamu akan baik-baik saja."

Yaga mengembuskan napas berat, berbisik dengan nada menenangkan sembari membelai paha Almaira yang gemetar dengan tangannya.

"Dengan pijatan lembut seperti ini, reaksi mu sudah sebanyak ini. Mengagumkan"

"Haa, ahn…"

"Dadamu masih tegak. Tidak cukup aku melakukannya cuma dengan tangan kan?"

Bibir yang menempel di leher Almaira, perlahan naik ke telinganya. Saat Yaga menggigit dan mengisapnya dengan lembut, rasanya seolah-olah semua bulu di tubuh Almaira berdiri.

Bibir Yaga yang masih bergerak di telinganya, berbisik. "Ha, Almaira, kurasa aku perlu menggigit dan mengisapnya dengan mulutku. Tapi sulit jika posisi mu seperti ini."

Tiba-tiba Yaga mengangkat tubuh Almaira masuk ke bak mandi. Saat itu terjadi, air di bak mandi melonjak dan meluap keluar.

Gambaran piyama putih yang melekat erat di tubuh basahnya benar-benar menggairahkannya.

Dengan leher piyamanya yang lebar, tulang selangka dan dada Almaira berbentuk dengan jelas terlihat. Bahkan puncaknya yang masih tegak pun dapat terlihat.

Dibanding dengan suaminya yang tidak mengenakan apa-apa, Almaira merasa lebih malu dengan penampilannya yang basah.

Tanpa basa-basi, Yaga mengangkat tubuhnya tidak sabar. Merentangkan kaki gadis itu di pahanya, pun tubuh bagian bawahnya menempel dengan erat.

Sulit dipercaya. Benarkah Kak Yaga yang sempurna... Melakukan ini?

Almaira menatap pahanya yang linglung dan menelan ludah.

Ini gila! Itu bahkan lebih besar dari yang Aira lihat sebelumnya.

"Almaira, mungkin aku sudah keterlaluan. Tapi kuharap, ini tidak sakit saat aku masuk."

Tersadar betapa takutnya Almaira, dia menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman dan dengan lembut menarik piyamanya ke atas melemparnya asal.

"Dadamu indah dan lembut."

Emhh...

"Bukankah mereka lucu saat menegang?"

Yaga dengan main-main menempel kan ujung hidung di dadanya dan terkekeh. Ekspresinya seperti bocah umur tiga tahun yang bertemu dengan mainan favoritnya.

"Aku akan menghilangkan rasa tegangnya secepat mungkin."

Kemudian, Yaga mengisapnya pelan ke dalam mulutnya. Gadis itu tidak bisa menahan napasnya, sebelum akhirnya menyerah pada kenikmatan yang luar biasa.

"Nyatanya, istri tersayangku adalah seorang gadis yang tumbuh dengan sempurna ya? Mengagumkan."

"Hahh"

"Tahan tegangnya sedikit lebih lama."

Sentuhannya yang tadi lembut dan penuh perhatian membelai pipi Almaira, turun ke lehernya. Menciumnya dengan lembut, tidak dapat menahan diri, laki-laki itu memainkan dadanya dengan kuat.

Begitu mengisapnya, erangan Almaira yang sedari tadi ditelan pun keluar dari mulutnya.

Saat tubuhnya melengkung, tangan Yaga yang besar menenangkannya dan mengusap pinggangnya.

Dalam penglihatannya yang kabur, Almaira melihat laki-laki itu tersandung ke depan dan menekan tubuhnya ke tubuhnya, bibir mereka bertemu.

"Hah."

"Tenanglah. Pegang leherku."

Saat Almaira dengan patuh melingkarkan lengannya di lehernya, Yaga kembali mengisap dadanya sebelum menggerakkan lidah di sekitarnya.

"Ah…"

Sensasi lidahnya yang memutar dan terus menggoda seperti ular, sungguh tidak tertahankan.

Dengan penglihatan yang kabur, indra lainnya menjadi lebih tajam. Saat Almaira menggeliat karena geli, lengan yang mencengkram di pinggangnya semakin mengencang.

Bahkan ketika Almaira mendorongnya untuk menjauh dengan tangan gemetar, Yaga tidak peduli.

Dia menatap lurus ke mata Almaira dan menjulurkan lidahnya berulang kali. Mengatupkan bibirnya dan mengisap putingnya dengan kuat seperti bayi.

Sungguh menyenangkan melihatnya bereaksi, saat itu, baru Yaga melepaskan bibirnya sejenak dan tertawa kecil.

"Dadamu tidak bisa menahan diri untuk tidak berdiri seperti ini. Ternyata, kamu benar-benar istri yang nakal ya?"

Penglihatan Almaira yang tadi kabur menjadi jelas, saat melihat wajah tampan suaminya yang terkubur di dadanya.

"Almaira."

"A-apa?"

"Mari kita lihat berapa lama kamu bisa bertahan."

Yaga bergumam seolah-olah dia telah melupakan semua akal sehatnya. Matanya yang penuh dengan kegembiraan menjadi berat dan tidak fokus. Ketika rintihan hasrat Almaira bergema di telinganya, dia menggali lebih dalam lagi ke dalam dadanya yang basah.

Setiap kali Yaga mengisap dan mengigit, sensasi geli menjalar ke seluruh tubuhnha yang membuatnya semakin aneh. Almaira menelan napas, tidak tahu harus berbuat apa lagi.

Kasih sayang suaminya begitu kuat, hingga rasanya sangat membebani pikirannya, membuatnya haus akan lebih. Almaira tanpa sadar mencengkeram rambut suaminya erat-erat, memutar pinggangnya dengan lembut, seolah mendambakan sentuhan laki-laki itu untuk menguasainya.

Hnh

Yaga mengatupkan rahangnya dan menggigit bibir bawahnya, menahan keinginan untuk melepaskannya. Ketika dia menarik bibir dari dadanya, tanpa berpikir, Almaira menunduk dan menatap mata basah Yaga

Tanpa sadar, pun Almaira menggesekkan tubuh bagian bawahnya. Entah itu benar atau tidak, sesuatu di bawahnya semakin membesar, seolah-olah itu akan meledak.

"Almaira, darimana kamu tahu hal nakal seperti ini?"

Seharusnya aku membuang buku-buku tak berguna itu, pikir Yaga sambil mencengkram pinggangnya dan tersenyum dingin.

"Aku..."

"Akan sakit jika kamu terus menggeseknya di bawah dengan celana mu seperti itu Almaira. Kamu tahu?"

Yaga, menurunkan tangannya, membelai di antara kedua kaki Almaira dan cepat-cepat membuka celananya.

"Kamu harus menggeseknya langsung seperti ini."

Merasakan sesuatu yang saling bergesekan, Almaira tersentak, dengan lengannya tergantung di lehernya, dia merintih pelan. Saat laki-laki itu menggoyangkan pinggulnya maju mundur.

Kalau saja aku memasukkannya sembarangan dan menggerakkannya dengan kasar. Dia pasti akan...

"Ah, ini benar-benar basah. Apa yang harus aku lakukan, Almaira? Mau aku menyekanya untukmu?"

Seolah dia tahu apa yang diinginkannya, Yaga dengan lembut menyeka area intim Almaira dengan ujung jarinya.

"Maksudku disini? Katakan padaku Almaira, jangan menangis malu-malu seperti itu."

Almaira mengangguk dengan wajah yang seolah-olah akan menangis alih-alih menjawab.

"Pertama, balikan badan mu."

"A-apa?"

"Lakukan, aku akan melihatnya dengan mataku sendiri."

Almaira dengan patuh mengangkat tubuhnya dan meraih tepi bak mandi, sambil dia membalikkan tubuhnya. Sentuhan Yaga menyentuh kepalanya.

Saat ikat rambutnya terlepas, rambut panjangmya yang halus pun terjatuh ke punggungnya yang putih.

"Itu indah."

Ehmh, Almaira tersipu menikmati sensasi panas yang menjalar di seluruh punggungnya.

"Kulit mu, aromanya harum dan manis sekali"

Tiba-tiba

Suara erangan Almaira bergema, dan pinggulnya terangkat ke langit. Jemari yang menggoda titik sensitifnya, membuatnya mengerang dan menggeliat.

"Ah! Kak Yaga, berhenti."

Rasanya aneh..

"Ini masih sempit. Haruskah aku menyelam lebih dalam lagi?"

"I-itu... Dasar Kak Yaga brengsek."

Brengsek

Mendengar hinaan kasar untuk pertama kalinya, Yaga tersenyum tipis, mencium leher Almaira sambil menjepitkan jarinya di rambutnya.

"Aku brengsek ya? Mungkin sebaiknya kamu singkirkan pemikirkan mu itu padaku."

Setelah menjilati jarinya yang basah dia berbisik dengan suara serak.

"Setiap kali aku mengingat mu jauh di sana, aku memikirkan momen ini Almaira. Kamu tidak tahu?"

Yaga mengembuskan napas dan mendorongnya ke dalam. Baru ujungnya yang masuk, rasanya tubuh Almaira sudah seperti terbelah dua.

"Ah, tunggu!"

Yaga terkekeh pelan

"Jangan meremas ku Almaira, kamu harus rileks agar aku bisa masuk."

Almaira tidak mampu melawan. Dia gemetar, saat laki-laki itu terus menerus memaksanya masuk.

"Hiks..."

"Apa kamu menangis, Almaira?"

"Ngh, hiks.. Aira bilang, tunggu... sakit…"

"Ah, Jadi begitu ya."

Yaga meraih tubuh Almaira dan mendekapnya di dalam pelukannya. Dan dengan lembut memercikan ciuman di pipinya yang basah. Seperti menenangkan gadis kecil.

"Jika aku melihatmu seperti ini, aku semakin tidak bisa kendalikan diriku. Maaf"

"....."

Yaga mencium bibirnya dengan lembut

"Haruskah kita berbaring?"

"Ya..."

Almaira menyandarkan kepalanya di bahunya dan memejamkan mata saat Yaga mengangkat tubuhnya untuk menggendongnya.

Baru saja kehangatan menyelimuti dirinya, ketidaksabaran mulai merayap di sepanjang perjalanan mereka ke tempat tidur.

Begitu sampai, punggung gadis itu rasanya membentur tempat tidur, ketika Yaga membaringkan tubuhnya tidak sabar. Segera Yaga melepaskan sisa pakaian Almaira yang basah seolah-olah mau merobeknya.

Dia.. sungguh cantik sekali

Almaira merinding melihat sorot mata tajam yang seolah-olah mencengkram jiwanya, tatapannya yang membawa aura begitu ganas. Seumpama predator yang siap melahap mangsanya.

Degh,

Apa dia mau melanjutkannya lagi?

Almaira menelan ludahnya.

Dengan perlahan Yaga merangkak di atasnya, saat Yaga mendekat, bayangan gelap menutupi tubuhnya. Secara naluriah Almaira berusaha menutup kakinya erat-erat. Dia putus asa pada pertahanan yang mungkin bisa dia lakukan.

Namun untunglah, laki-laki itu tidak dengan paksa menembus bentengnya yang tertutup.

Sebaliknya, Yaga dengan lembut menyingkirkan rambut panjangnya, menciumi pipinya yang basah sambil di bawah menekankan dirinya masuk.

Ugh..

Sensasi yang meresahkan itu, rasanya seperti ular yang melingkari tubuhnya, membuat bahu Almaira bergetar.

"Almaira, kamu kedinginan?"

"...." Dia menggeleng

Meskipun ada isyarat yang tersirat dimatanya yang basah, Yaga tidak peduli dan melanjutkan tindakannya menggoda tanpa ampun.

Tenggelam dalam momen yang intens itu, Almaira tanpa sadar melingkarkan kakinya yang halus di pinggangnya.

"Tenanglah. Aku perlu menyelam lebih dalam lagi, hm?"

Suara rendah yang berbisik di telinga Almaira terdengar menenangkan. Dan...

Ah

Tanpa ada ruang untuk menjawab, Almaira menatap ruang kosong dengan mata berkaca-kaca.

"Lihatlah Almaira, kamu jadi tegang kan? Apa yang harus kulakukan?"

Merasakan tekanan yang seolah-olah sedang diremukkan, Almaira mengerang lembut menikmati sensasi aneh itu.

Berbeda dengan saat Yaga menusuk pertama kali, rasa sakit yang terasa seperti tercabik-cabik pun berangsur-angsur mereda.

"Dasar brengsek." Dia mendorong dadanya dengan mata berair

"Oh, apa itu menyakitkan?"

"....." Dia mengangguk

Yaga terkekeh pelan, melihat wajah Almaira yang malu-malu

"Dasar pembohong."

"Apa?"

"Meski begitu kamu harus terbiasa Almaira." Bibirnya menyapu air mata yang mengalir di wajahnya. "Jika kamu tidak tahan, beri tahu aku."

"Ugh, hnn, sakit hiks…"

"Kalau tidak, kamu bisa menggigitku atau berteriak."

Bibir Yaga turun dari pipinya dan tumpang tindih dengan bibirnya. Sementara, Almaira melingkarkan lengannya di bahunya, mencengkeramnya kuat saat Yaga menembus begitu dalam.

"Ah!"

"Indah sekali, melihat betapa lahapnya dirimu Almaira. Rasanya aku ingin terus menyuapi mu."

"Ah, berhenti Kak ini aneh..."

"Aneh?" Yaga tersenyum tipis "Seperti yang diharapkan, kamu juga pandai melahapnya dari bawah ya. Apa rasanya nikmat?"

"Hahh, berhenti, rasanya Aira tidak tahan lagi Kak.. Ah!"

Kepala Almaira rasanya seperti akan meledak kapan saja, dan suatu pikiran berkecamuk dalam hasratnya.

Almaira ingin Yaga berhenti, tapi anehnya Almaira juga ingin Yaga melanjutkan.

Pada akhirnya, dunia di depan matanya menjadi kabur. Pun kehangatan yang menyebar di dalam tubuhnya menimbulkan rasa lega dan puas.

Dan tiba-tiba

Baru saja Almaira menutup matanya, bibir Yaga yang panas menyentuh bulu matanya yang basah.

"Buka matamu Almaira. Ini belum berakhir."

Suara yang berbisik di bibirnya membuat pikiran Almaira menjadi kosong.

"Ah! Tidak mungkin, kenapa....? Dasar Kak Yaga brengsek. Aku membenci mu."

"Oh, benci dan nikmat itu beda tipis Almaira, kamu tahu? Aku mencintai mu."

Cinta!

Sambil menikmati sensasi yang tak tertahankan di bawahnya, Almaira membelalakkan matanya.

Bingung dan tidak tahu harus berkata apa Yaga menciumnya lagi.

"Hmm..."

Bibir dan lidahnya saling bertautan

"Aku mencintai mu."

Benarkah?

Pasrah Almaira kembali menelan bibir Yaga yang mendekat dan menempelkannya di lehernya, meninggalkan bekas.

Dasar Kak Yaga pembohong. Tapi... Kenapa Aira bahagia mendengarnya seperti ini?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!