Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Mentari pagi yang hangat menyinari koper berwarna merah muda yang telah penuh terisi. Aisya menghela nafas lega. Selesai sudah ia mengepak semua pakaian miliknya.
Aisya memandang koper yang ia bawa dari Jakarta itu.
Kenangannya beralih beberapa minggu lalu saat pamit dari Jakarta hendak pulang ke desa karena Pak Camat hendak meminangnya saat itu.
Ia merasa yakin dan cocok sama Adrian setelah bertemu beberapa kali di rumahnya, Aisya memutuskan setuju untuk ... menikah dengan Pak Camat. Namun, siapa sangka hidupnya akan berputar seperti biang Lala. Hari ini, Aisya kembali membawa koper itu ke Jakarta, masih dengan status yang sama: sendiri.
Namun, senyum Aisya kembali tersungging merekah saat mengingat siapa yang akhirnya melamarnya. Satria, yang sangat dikenalnya. Putra dari bos tempatnya bekerja! "Ah, siapa sangka," gumamnya, "Oppa tampan nan dingin itu tiba-tiba melamarku? Seperti ketiban durian runtuh!" gumamnya sambil terkekeh pelan.
Patah hatinya tak berlangsung lama. Aisya langsung move on dari Pak Camat.
Namun, saat wajah Adrian dan Riska muncul di benaknya, wajah Aisya langsung berubah cemberut. "Dua orang itu memang pasangan pasutri yang cocok," gumamnya. "Sama-sama gesrek!" lanjutnya.
"Apa lagi si Riska padahal sudah dapat Pak Camat, masih saja gangguin hidup aku. Benar kata Oppa, lebih baik aku balik Jakarta dulu, sekalian urus surat izin nikah." gumamnya pelan.
Lalu Aisya kembali tersenyum sendiri, mengingat bagaimana Satria saat itu pura-pura menjadi kakek-kakek. "Kalau aku tahu yang jadi aki-aki itu ternyata Oppa Satria," ujarnya sambil terkekeh, "ngapain coba aku drama nangis-nangis segala?" Ia menggeleng-gelengkan kepala, masih tak habis pikir dengan tingkah lakunya sendiri. "Dasar aku, bisa-bisanya ketipu!"
Tok! Tok! Tok!
"Aisya!" suara lembut Umi Ella memanggil dari balik pintu kamarnya, membuat lamunan Aisya buyar seketika.
"Iya, Umi? Sebentar!" Aisya bergegas bangkit dan membuka pintu.
"Mobil jemputanmu sudah datang," kata Umi, wajahnya masih menyimpan sedikit kekhawatiran karena Aisya harus merantau lagi. Tapi, Umi berusaha tenang karena sejak kuliah dan bekerja, Aisya sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh keluarga Dirgantara.
Kemarin, setelah kejadian heboh Pak Camat dan Riska yang sampai harus ke bidan gara-gara sakit perut di sungai, Satria akhirnya mengajak semua keponakannya pulang ke rumah singgah. Satria jua menjelaskan kalau mereka harus pulang ke Jakarta untuk mengurus pengajuan izin menikah. Aisya mengangguk sambil tersenyum.
Ia kembali berdiri di depan cermin, memastikan penampilannya dan membenarkan hijabnya.
Kemudian, Aisya menarik kopernya ke teras. Di sana sudah ada kardus besar yang diikat dengan tali rafia.
"Aisya, ini semua isinya makanan," ucap Umi Ella.
"Mommy Maria itu suka sekali sama kue sarang semut buatan Umi. Bawain ya buat calon mertuamu."
"Siap, Umi!" jawab Aisya sambil tersenyum.
"Terus kalau si kembar paling doyan keripik singkong. Kalau dedek Rara sama Zahra, mereka suka keripik pisang," lanjut Umi sambil terkekeh.
"Gara-gara Bintang yang suka panggil 'dedek Rara', eh, malah jadi ikutan semua. Sekarang semua manggil Rania, anaknya Rani sahabatmu itu, dengan sebutan dedek Rara."
Aisya tertawa kecil. "Nanti kita makan rame-rame ya, Umi. Pasti ponakan-ponakannya Oppa Satria pada heboh semua. Makasih banyak ya, Umi, sudah masak banyak banget," kata Aisya sambil memeluk Umi erat.
"Iya, sayang. Hati-hati di jalan ya, Nak. Jangan lupa sampaikan salam Umi buat semua keluarga Dirgantara, terutama buat Mommy Maria. Umi pasti akan kangen banget sama kamu dan celotehan si kembar," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Aisya tersenyum hangat pada Uminya, lalu beralih pada sosok cinta pertamanya yaitu Abinya,
"Abi! Aisya pamit ya, Abi sama Umi jaga diri baik-baik ya, jangan terlalu capek." tutur Aisya sambil Salim tangan pada Abinya.
"Iya Aisya! Jangan khawatirkan kami. Ingat Aisya calon suami kamu bukan dari Keluarga biasa, jadi jaga sikap, dan jaga diri baik-baik." nasehat Abinya.
"Iya Abi! Aisya paham kok. Doain semoga kali ini lancar. Jangan kayak sebelumnya sama Pak Camat," lirih Aisya.
"Itu pasti Nak! Doa kami tak pernah putus setiap habis shalat, doa terbaik buat kamu," ujarnya penuh haru, ia bangga punya anak sekuat Aisya. Meskipun pernah gagal menikah ia sama sekali tak terpuruk bahkan dengan cepat ia bangkit kembali.
"Kalau Umi boleh jujur Umi malah bersyukur kamu batal nikah sama Pak Camat. Gak kebayang kamu dapat mertua seperti Bu Sari, awalnya aja manis tapi pas tidak suka sama orang berubah sangat menyeramkan." timpal Umi Ella sambil bergidik ngeri.
"Apalagi Adrian sikapnya sama sekali tak seperti seorang pemimpin, bahkan terkesan labil dalam mengambil keputusan, masak membatalkan pernikahan yang udah di depan mata begitu aja, yang lebih parahnya mereka malah minta ganti rugi sama kita. Allah memang gak tidur, kamu sekarang malah di lamar Den Satria. Kalau ibu Maria mah Umi yakin, beliau calon mertua idaman," tutur Umi Ella bangga sekaligus lega.
"Iya, Den Satria dan keluarganya selama ini juga baik sama kita padahal mereka jelas tahu kita cuman orang kampung yang gak punya apa-apa," tambah Abi.
"Eh! Aisya, mau. Kemana sudah rapi dan bawa koper segala?" tanya tetangganya yang tiba-tiba nongol di pagar rumahnya.
"Mau balik ke Jakarta Bu," jawab Umi Ella.
"Kok balik ke Jakarta? Bukanya katanya mau nikah ya sama Tentara tampan yang kemarin ngelamar, apa gagal lagi, Aiya?" ceplosnya asal.
"Eh! Buset nih emak-emak mulutnya minta di peras deh keknya! Lemes bangat dah!" rutuk Aisya dalam hati menahan emosinya.
"InsyaAllah jadi Bu! Kan calon suami aku seorang TNI jadi prosesnya beda sama orang biasa, harus ada pengajuan nikah dulu. Kata camerku kita nantinya nikahnya di mesjid keluarga Dirgantara sendiri jadi gak perlu repot-repot dan gak butuh waktu persiapan lama," jawab Aisya sengaja menekankan siapa keluarga calonnya supaya si ibu tambah panas membara.
"Oh gitu! Emang disini gak buat pesta, Aisya?" tanyanya lagi.
"InsyaAllah nanti di desa akan ada pesta rakyat kok Bu!"kali ini Umi Ella yang jawab.
"Wah! pasti lebih meriah dari pesta Pak Camat. Lamarannya aja semewah itu. Kamu beruntung bangat Aisya, dapat calon suami dari keluarga konglomerat, kapan ya, si Mia dapat jodoh kayak itu?" si ibu malah jadi curhat.
Aisya hanya tersenyum, lalu pamit pergi," salam buat Mia," ucapnya lalu kembali memeluk Uminya dan gegas masuk kedalam mobil yang sedari tadi sudah menunggunya.
Tetangganya sampai melongo tak berkedip saat seorang bodyguard utusan dari keluarga Dirgantara membuka pintu mobil mewah itu untuk Aisya.
Kedua orang tua Aisya melambai tangannya dengan tersenyum sampai mobil yang di tumpangi Aisya hilang dari pandangan mereka. Satu hal yang mereka sadari jika nanti Aisya menikah dengan Satria pasti Aisya akan tinggal di Jakarta bersama keluarga suaminya, dan seperti tahun-tahun sebelumnya mereka berdua pasti akan menghabiskan waktu hanya berdua saja di rumah.
Sementara Aisya di dalam mobil ia memilih membuka jendela mobil, menatap puas pemandangan desa yang nantinya akan ia rindukan saat di Jakarta, ia tahu pasti ia akan lama di Jakarta satu atau dua bulan berikutnya ia akan kembali ke desa lagi.
Bersambung ...
klo nurutnya sama si cecunguk bule bakal hancur lebur semuanya
semoga keluarga dirgantara memaklumi posisi Arya & Cindy, serta membantu mereka nantinya