Luna Maharani.
Nama yang sudah lama tidak ia dengar. Nama yang dulu sempat jadi alasan pertengkaran pertama mereka sebelum menikah. Mantan kekasih Bayu semasa kuliah — perempuan yang dulu katanya sudah “benar-benar dilupakan”.
Tangan Annisa gemetar. Ia tidak berniat membaca, tapi matanya terlalu cepat menangkap potongan pesan itu sebelum layar padam.
“Terima kasih udah sempat mampir kemarin. Rasanya seperti dulu lagi.”
Waktu berhenti. Suara jam dinding terasa begitu keras di telinganya.
“Mampir…?” gumamnya. Ia menatap pintu yang baru saja ditutup Bayu beberapa menit lalu. Napasnya menjadi pendek.
Ia ingin marah. Tapi lebih dari itu, ia merasa hampa. Seolah seluruh tenaganya tersedot habis hanya karena satu nama.
Luna.
Ia tahu nama itu tidak akan pernah benar-benar hilang dari hidup Bayu, tapi ia tidak menyangka akan kembali secepat ini.
Dan yang paling menyakitkan—Bayu tidak pernah bercerita.
Akankah Anisa sanggup bertahan dengan suami yang belum usai dengan masa lalu nya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Hari ini Jovan meminta Anisa untuk mendampinginya meeting bersama salah satu investor dari Perancis ada beberapa orang yang mengikuti rapat ini termasuk Clara yang saya dari awal tampak tidak suka dengan Anisa yang menjabat sebagai sekretaris Jovan, setiap bertemu dengan Anisa Clara selalu menatapnya dengan tatapan sinis dan meremehkan.
Annisa benar-benar mempersiapkan semuanya dengan sempurna karena ia tidak ingin ada satu kesalahan pun yang akan terjadi, karena Annisa tahu jika ia membuat kesalahan cepet kecil apapun di acara meeting ini maka bisa dipastikan jika Jovan pasti akan memecatnya. Apalagi sedari Anisa datang Damian terus mewanti-wanti Annisa untuk mempersiapkan semuanya secara sempurna, karena klien yang akan datang adalah klien besar yang akan berinvestasi miliaran dolar. Damian pun berkata bahwa Jovan sangat mengharapkan kerjasama ini terjalin karena jika mereka berhasil bekerja sama dengan perusahaan asing itu, maka perusahaan Millanoz akan semakin berkembang dan mendapatkan untung yang besar.
Saat ini Anisa sudah bersiap menunggu kedatangan Jovan di lobby.
"Bismillah Aku Pasti bisa."monolog Anisa sembari merapikan pakaiannya.
Sementara itu...
Clara berdiri di depan cermin besar ruangannya, memastikan tiap helaian rambut tertata sempurna. Setelan blazer putih yang ia kenakan membalut tubuhnya dengan anggun seperti biasanya, ia tampil memukau.
Hari ini bukan hari biasa. Ada pertemuan penting dengan klien besar asal Prancis, dan seperti yang sudah-sudah, Clara selalu menjadi andalan Jovan karena kemampuan bahasanya yang luar biasa.
Namun, begitu ia menuruni tangga lobi menuju area parkir VIP, langkahnya terhenti.
Pandangan Clara langsung membeku saat melihat Jovan sudah duduk di kursi belakang, sementara di samping nya ada Anisa, si mahasiswa magang, tampak duduk dengan tenang sambil memegang beberapa berkas penting.
Clara mendekat cepat, suaranya meninggi dengan nada tak terima.
“Anisa! Kamu ngapain duduk di situ? Turun! Aku yang akan menemani Mr. Jovan untuk meeting!”
Anisa yang terkejut hanya sempat menatap bingung, bibirnya ingin menjawab tapi urung saat mendengar suara dingin dari Jovan.
“Tidak perlu, Clara.”
Suara Jovan terdengar tegas dan datar. “Kamu naik mobil satu lagi bersama Damian. Anisa ikut dengan saya.”
“Tapi, Tuan...kenapa anda membawa mahasiswa magang ke acaran meeting sepenting ini.”
“Saya tidak suka bicara dua kali.” ucap Jovan datar, Nada suaranya mematikan. Anisa yang duduk di samping Jovan bergidik ngeri dan menggeser duduknya agak ke pinggir.
Clara mengepalkan tangannya kuat-kuat, menahan emosi yang mendidih di dada. Ia hanya bisa menatap tajam ke arah Anisa sebelum berbalik dengan langkah cepat menuju mobil Damian.
Dalam hati, Clara bersumpah “Kamu pikir siapa dirimu, Anisa? Kamu itu hanya anak magang! Apa kamu pikir kamu bisa ikut di acara sepenting ini?”
Di perjalanan menuju hotel tempat meeting, suasana dalam mobil terasa canggung.
Anisa berusaha menjaga sopan santun, menatap keluar jendela, sementara Jovan sesekali melirik sekilas ke arahnya memastikan gadis itu baik-baik saja setelah insiden luka beberapa hari lalu. Namun ia tetap diam, hanya menyibukkan diri dengan pikirannya sendiri.
Sesampainya di hotel...
Ruang rapat dipenuhi suasana formal.
Empat klien dari Prancis duduk di sisi meja panjang, ditemani penerjemah yang disiapkan oleh pihak perusahaan.
Clara, yang duduk agak jauh, sesekali melempar senyum sinis ke arah Anisa yang tampak sibuk menyiapkan berkas-berkas presentasi di meja Jovan.
Ketika pembahasan strategi pemasaran dimulai, salah satu klien yang bernama Mr. Laurent menanyakan sesuatu dalam bahasa Prancis yang cukup cepat dan teknis. Penerjemah tampak kebingungan, kalimatnya terpotong-potong.
Clara menatap puas inilah saatnya kesempatan nya untuk mempermalukan Anisa.
"Eh anak magang, kamu jawab dong. percuma saja kamu disini kalau cuma bengong doang." celetuk Clara yang membuat Jovan tidak suka.
Namun sebelum Jovan sempat membuka mulut, suara lembut Anisa terdengar.
“Monsieur Laurent, si vous faites référence à la stratégie numérique pour le trimestre suivant, nous avons déjà préparé un plan détaillé, y compris les statistiques et les projections de marché.”( Bapak Laurent, jika yang Anda maksud adalah strategi digital untuk kuartal berikutnya, kami telah menyiapkan rencana terperinci, termasuk statistik dan proyeksi pasar.)
Semua orang terdiam.
Termasuk Jovan.
Termasuk Clara.
Klien Prancis itu menatap Anisa dengan ekspresi terkejut lalu tersenyum lebar.
“Parfait! Votre prononciation est excellente, Mademoiselle Anisa! Et vos explications sont très claires.”(Sempurna! Pengucapan Anda sangat bagus, Bu Anisa! Dan penjelasan Anda sangat jelas).
Anisa tersenyum malu-malu.
“Merci, Monsieur. Je suis honorée.”(Terima kasih, Pak. Saya merasa terhormat).
"Monsieur Jovan, vous avez beaucoup de chance d'avoir une secrétaire non seulement belle, mais aussi très intelligente. J'ai été très satisfait de ses explications. Et je ne pense pas devoir hésiter à signer un partenariat avec votre entreprise." ( Tuan Jovan, anda sangat beruntung memiliki sekretaris yang tidak hanya cantik tapi sangat pintar. saya sangat puas dengan penjelasan nya. Dan saya rasa, saya tidak perlu berfikir dua kali untuk menandatangani kerja sama dengan perusahaan anda.)
Rapat pun berjalan lancar.
Anisa tidak hanya fasih, tapi juga memahami materi yang disampaikan dengan sangat baik. Ia bahkan berhasil menjawab dua pertanyaan sulit dari pihak Prancis yang membuat klien benar-benar terkesan.
Dan pada akhir pertemuan kontrak kerja sama yang semula tertunda akhirnya ditandatangani di tempat itu juga.
Jovan menatap Anisa dengan tatapan berbeda. Ada kebanggaan yang tersirat di sana sesuatu yang bahkan tidak pernah ditunjukkannya pada Clara.
Sedangkan Clara sendiri hanya bisa menunduk, jarinya mencengkram kuat ujung rok kerjanya, hatinya panas oleh rasa malu dan cemburu.
awalnya ia berniat untuk mempermalukan Anisa namun ternyata gadis itu tidak sebodoh yang ia pikir.
Setelah semua tamu keluar ruangan, Damian menepuk bahu Anisa pelan.
“Kerja bagus, Nisa. Tuan Jovan pasti puas hari ini.”
Anisa tersenyum, menunduk sopan.
“Terima kasih, Kak Damian. Saya hanya berusaha melakukan yang terbaik."
Sementara itu, dari sisi lain ruangan, Jovan berdiri diam, menatap Anisa yang sedang membereskan berkas.
Ada sesuatu di matanya kekaguman yang halus, tapi nyata.
Dalam hati kecilnya, ia bergumam pelan:
“Dia bukan gadis biasa.”
Didalam mobil Anisa hanya terdiam, tak mengatakan apa-apa.
"Dari mana kamu belajar bahasa Perancis?".
"Saya hanya belajar otodidak pak, Saya suka membaca buku sastra Perancis." ucap Anisa jujur yang membuat Jovan semakin kagum. belajar otodidak saja pengucapan Anisa sangat pas bahkan dipuji oleh investor dari Prancis.
"Nanti saya akan minta Damian kirimkan bonus ke rekening kamu. anggap saja itu apresiasi saya karena kamu sudah berhasil memenangkan hati klien hari ini." ucap Jovan yang membuat Anisa terkejut dan menata p CEO tampan di sampingnya itu.
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?, apa kamu tidak suka saya memberikan kamu bonus?."
"Bukan gitu pak hanya saja saya nggak pernah menyangka sedikitpun kalau saya akan mendapatkan bonus."
"Itu sudah menjadi hak kamu,"
"Terima kasih banyak pak Saya janji saya akan bekerja lebih giat lagi." ucap Anisa yang begitu girang ketika mendengar bahwa ia akan mendapatkan bonus, berapapun jumlahnya nanti Anisa tidak peduli ia akan memanfaatkan uang tersebut dan mengirimkannya ke Asih untuk penambah biaya kebutuhan panti.
minta balikan habis ini yahhh lagu lama