NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Malam pertama?

Resepsi akhirnya usai. Lampu-lampu ballroom mulai diredupkan, denting gelas dan tawa para tamu perlahan menghilang, menyisakan keheningan yang terasa ganjil bagi Velora. Meski senyum masih menempel di wajahnya, dalam hati ia hanya merasa letih dan kosong.

Arvenzo berjalan di sampingnya, tetap dengan ekspresi kaku yang sulit ditebak. Tangannya sesekali terulur, seolah ingin membantu, tapi berhenti di udara dan kembali ke sisinya. Ia terlalu terbiasa menjaga jarak, bahkan kepada wanita yang baru saja resmi menjadi istrinya.

Lift khusus berhenti di lantai teratas hotel megah itu. Velora baru tahu jika hotel ini milik keluarga Arvenzo, dan kini, ia akan menghabiskan malam pertamanya di ruangan yang begitu asing namun penuh simbol ikatan.

Pintu terbuka. Presidential Suite menyambut dengan segala kemewahannya marmer mengkilap, chandelier kecil yang berkilau, ruang tamu luas dengan bunga segar di atas meja. Dari jendela besar, pemandangan kota malam terpampang indah, cahaya lampu gedung-gedung berkilauan bak bintang.

Velora berdiri kaku. Ia tahu betul, suite ini bukan kamar biasa tapi ini adalah simbol. Tempat di mana malam pertamanya sebagai seorang istri akan dimulai.

Arvenzo masuk lebih dulu, melepas jasnya dengan gerakan tenang. Ia meletakkannya rapi di sofa, lalu menoleh singkat pada Velora. “Istirahatlah!”

Nada suaranya datar, bukan perintah, bukan pula kelembutan seorang suami. Hanya kalimat formal, seolah berbicara pada orang asing.

Velora mengangguk pelan, berjalan melewati ruang tamu menuju kamar utama. Ranjang king size ber-kanopi sudah dihiasi taburan bunga mawar dan cahaya lilin aromaterapi. Romantis, tapi justru membuatnya semakin tertekan.

Ia berdiri di depan cermin sebentar, menatap pantulan dirinya dalam gaun resepsi yang mengembang bak putri negeri dongeng. Cantik, tapi jauh di dalam hatinya, ia tidak merasa bahagia.

Setelah melepas gaun resepsinya, Velora memilih mengenakan piyama tidur favoritnya. Satin tipis berwarna baby pink itu jatuh lembut di kulitnya, nerawang di beberapa bagian, terutama saat tertimpa cahaya lampu. Baginya, ini hal biasa pakaian yang ia pakai setiap malam untuk tidur nyaman. Ia tidak benar-benar memikirkan bagaimana itu terlihat di mata lelaki.

Namun, malam ini berbeda. Saat ia keluar dari kamar mandi, rambutnya masih lembap, kulitnya tampak segar, dan pakaian tipis itu menempel pada tubuhnya.

Arvenzo yang duduk di kursi dekat jendela dengan kemeja yang beberapa kancingnya terbuka, spontan menoleh. Tatapannya sempat terpaku sepersekian detik cukup lama untuk menyadarkan dirinya bahwa Velora, wanita yang kini sah menjadi istrinya, sedang berdiri di sana dengan busana yang sama sekali tidak aman bagi kendali seorang pria.

Ia cepat memalingkan pandangan, menyembunyikan kilatan hasrat yang tiba-tiba muncul. Rahangnya mengeras, jari-jarinya mengetuk sandaran kursi, menyalurkan kegelisahan yang ia tekan.

“Kamu bisa tidur duluan,” ucapnya datar, menahan suara agar tidak bergetar. Ia berjalan menuju ke kamar mandi.

Velora merasa kikuk, tapi ia mencoba tenang. Ia naik ke ranjang, menarik selimut hingga menutupi tubuhnya hampir seluruhnya. Namun, bahkan dengan selimut pun, ia tetap sadar akan pakaian yang dikenakannya, apalagi di bawah tatapan pria asing yang kini resmi menjadi suaminya.

Tak lama, Arvenzo keluar dari kamar mandi dengan kimono dan rambutnya masih setengah basah, tangannya mematikan lampu, lalu berjalan mendekat ke ranjang. Ia berbaring di sisi lain ranjang, menjaga jarak aman di antara dirinya dan Velora. Tapi saat punggungnya menyentuh kasur, ada sesuatu dalam dirinya yang bergejolak.

Arvenzo adalah pria normal. Ia terbiasa dekat dengan wanita. Ia tahu bagaimana tubuh wanita bekerja, bagaimana keinginan bisa menyala hanya dengan visual. Dan kini, istrinya sendiri, tidur hanya sejengkal darinya, dengan pakaian tipis yang sedikit saja bergeser bisa memperlihatkan lebih banyak dari yang seharusnya.

Arvenzo menutup mata rapat, berusaha mengendalikan napas. Jangan. Lo bisa kontrol diri lo. Ini bukan waktunya, katanya dalam hati. Ia menahan diri keras-keras, menggertakkan gigi agar pikirannya tidak melayang ke arah yang lebih jauh.

Velora, dengan suara lirih, akhirnya bicara. “Aku sudah terbiasa tidur dengan pakaian seperti ini. Aku nggak berniat...” suaranya menggantung, malu.

Arvenzo menoleh singkat, menatapnya dengan sorot mata yang dingin tapi penuh peringatan lebih untuk dirinya sendiri daripada Velora. “Kamu nggak usah khawatir. Aku nggak akan ngelakuin apa-apa. Aku paham ini nggak mudah buat kamu, aku bisa menahannya. Tidurlah!”

...****************...

Pagi menyapa lewat cahaya matahari yang menembus tirai tipis kamar presidential suite. Velora membuka matanya perlahan, tubuhnya masih terasa berat. Malam tadi bukan malam yang penuh cinta seperti yang biasa ia bayangkan dari pernikahan seseorang, tapi lebih seperti perang diam-diam dengan ketegangan yang menusuk udara.

Ia menoleh sekilas. Arvenzo sudah tidak ada di ranjang. Hanya tersisa lipatan selimut di sisi pria itu, rapi seolah memang tidak banyak digunakan. Velora menghela napas panjang, merasa lega sekaligus. Namun entah mengapa, ada sedikit kecewa yang tak ia mengerti.

Pintu balkon terbuka. Dari sana, ia melihat sosok Arvenzo berdiri dengan kimono hitamnya, rambutnya sedikit berantakan, satu tangan memegang secangkir kopi, tangan lainnya menelusuri layar ponsel.

“Pagi,” suara Velora serak, masih lelah.

Arvenzo menoleh sebentar, lalu mengangguk singkat. “Pagi. Aku sudah pesankan sarapan. Mereka sebentar lagi akan antar ke sini.”

Velora duduk perlahan di ranjang, merapikan rambutnya. Ia sadar piyama tipis yang ia kenakan masih menempel di tubuhnya, membuatnya buru-buru meraih jubah satin yang tergantung di kursi.

Tak lama, bel pintu suite berbunyi. Seorang pelayan masuk mendorong troli berisi sarapan lengkap, croissant hangat, omelet, buah segar, dan dua cangkir kopi. Pelayan itu undur diri dengan sopan, meninggalkan keduanya dalam keheningan lagi.

Arvenzo duduk di meja makan kecil dekat jendela, tanpa banyak bicara. “Duduklah. Makan.”

Velora menatapnya, sedikit kesal dengan sikap dinginnya. “Kamu selalu bicara singkat, seakan aku bawahanmu.”

Arvenzo mengangkat alis, menatapnya datar. “Kalau aku panjang lebar, apa itu akan mengubah apa pun?”

Velora menghela napas, menyerah. Ia duduk di seberangnya, mengambil sendok perlahan. Mereka makan dalam diam beberapa menit, hanya terdengar bunyi peralatan makan yang beradu.

Namun suasana terlalu tegang untuk dibiarkan begitu saja. Velora akhirnya memberanikan diri. “Arvenzo semalam kamu bilang, kamu bisa menahan... Aku ingin tahu, apa kamu bisa terus begitu?”

Arvenzo meletakkan cangkir kopinya, menatap Velora tajam. “Aku bisa menahan diri. Tapi jangan lupakan satu hal... aku ini pria normal. Aku juga punya kebutuhan.”

Wajah Velora memanas, jemarinya meremas ujung piyama tipis yang ia kenakan. Ia tahu betul maksud Arvenzo, dan itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

“Aku hanya minta kita pelan-pelan,” ucap Velora lirih, nyaris seperti bisikan.

Arvenzo mencondongkan tubuh sedikit ke depan, suaranya rendah namun mantap. “Aku bisa menghargai itu. Tapi jangan ragukan kesabaranku. Aku bukan patung, Velora. Ada saatnya aku juga butuh kamu sepenuhnya sebagai istriku.”

Hening kembali turun, hanya terdengar denting sendok di piring. Velora menunduk, berusaha menelan makanannya meski rasanya hambar. Dalam hatinya, ia sadar kedekatan ini tak bisa dihindari selamanya.

Arvenzo lalu bersandar di kursinya, ekspresinya kembali dingin dan terkendali. “Nikmati saja sarapanmu. Kita masih punya banyak waktu tapi bukan berarti waktu itu akan berhenti menunggu.”

......................

Kalian juga bisa mampir ke novel :

Nama pena : Dewi Ink

Judul : 180 Hari Menjalani Wasiat Perjodohan

Ceritanya tak kalah seru dan menarik😍

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!