Kembalinya Cinta Pertama

Nada tak mampu berkata-kata saat ini. Berada dalam satu mobil dengan pria lain terlebih saat ini Nada masih berstatus sebagai istri orang.

"Kamu jangan berpikir yang macam-macam ya.. Aku hanya ingin memberi tumpangan saja.." Ucap Rayhan seolah tahu akan keresahan Nada.

"Ti.. Tidak kok Gus. Saya cuma merasa gak enak aja kalau pulang bareng Gus.. Takut istri Gus cemburu lagi.." Rayhan tersenyum penuh arti.

"Aku sudah bilang aku belum menikah.. Pertunanganku dengan Ustadzah Naima batal karena ternyata dia juga punya pria yang masih dia cintai. Maka dari itu aku putuskan saja meski awalnya dia menolak.." Mendengar itu entah mengapa hati Nada terasa berbunga-bunga.

"Oh, Pantas saja Gus sekarang jadi liar ya.." Entah sengaja atau spontan Nada berkata seperti itu. Yang jelas Rayhan sangat terkejut dengan kata yang menurutnya tak enak masuk ke gendang telinganya.

"Mak... maksudnya liar gimana ya??" Tanya Rayhan seolah belum mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Maaf Gus, Kalau saya lancang. Bukannya Gus saat ini sedang menjalin hubungan dengan wanita yang bernama Sheina ya.." Dengan hati-hati Nada bertanya. Nada tahu siapa pria di sampingnya ini. Rayhan adalah salah satu cucu Kyai terbesar di kota B. Akan tetapi pria itu tinggal di ibu kota yang komunitasnya lebih berani daripada tempat kakek pria itu berada. Bagi Nada, Wajar-wajar saja kalau Rayhan menjalin hubungan dengan siapapun karena sejenis pacaran di kota ini memang sudah biasa. Terlebih untuk pria normal seperti Rayhan.

"Itu hanya hoax. Jangan percaya.. Wanita itu sengaja ingin menjebakku. Setelah pertunanganku batal dengan Ustadzah Naima, Aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Aku masih sendiri sampai sekarang. Bahkan aku masih mencintai seseorang yang dulu pernah mengisi hatiku.."

Deg!

Jantung Nada bertalu lebih cepat dari biasanya. Siapa wanita yang beruntung itu? Apakah dirinya? Ah, Apa mungkin iya..

"Setelah ini tolong belok kanan ya.." Ucap Nada kepada Candra yang setia menjadi supir.

"Baik Nona.." Candra akhirnya mengantarkan Nada ke kantor dimana wanita itu merangkap sebagai seorang direktur.

Setelah percakapan tadi, Keduanya saling diam. Tak ada obrolan lagi. Nada yang tak tahu harus bertanya apa begitu pun dengan Rayhan yang bingung ingin bicara apa.

Ponsel milik Nada berdering menandakan ada panggilan masuk.

"Halo..

Rayhan melirik Nada yang sedang berbicara dengan seseorang. Pria itu tak tahu dengan siapa Nada berkomunikasi. Kalau di lihat dari raut wajah wanita itu tampaknya Nada sangat serius sekali. Jiwa kepo Rayhan muncul begitu saja, Dengan perlahan Rayhan menggeser tubuhnya agar mencari dengar.

"Aku pasrahkan ke kakak saja. Yang penting aku bisa cerai dari dia.. Aku gak mau punya suami pengkhianat seperti dia.."

"Cerai? Pengkhianat? Apakah ini tanda akan ada kesempatan bagi Gus jomblo ini..?

****

Usai mengantarkan Nada di perusahaannya. Rayhan pun kembali ke kantor. Adik kembaran Rasya tersebut keluar dari mobil mewahnya.

Langkah pria itu sempat terhenti begitu matanya menatap nyalang seorang perempuan yang berdiri seraya adu mulut dengan sekuriti yang menjaga pintu.

"Tuan, Wanita itu...

"Ayo.." Wajah tampan dengan senyum manis itu hilang seketika bergantikan dengan wajah dingin yang luar biasa. Bahkan jika sudah begini, Tak ada perbedaan antara Rayhan dan Rasya.

"Ada apa?

Sekuriti itu menoleh sekaligus bernafas lega melihat kedatangan bosnya.

"Maaf, Tuan.. Wanita ini sudah saya usir tapi tetap saja tidak mau pergi dan memaksa masuk.." Adu sekuriti tersebut kepada Rayhan yang mulai menatap tajam Sheina.

"Pergi.." Titahnya dengan dingin..

"Aku gak mau pergi sebelum kamu pulihkan lagi perusahaan papaku! Gara-gara video itu, Semua perusahaan membatalkan kerja samanya dan sekarang perusahaan papaku hampir bangkrut.." Sheina kira gertakan Candra beberapa waktu yang lalu hanya sebuah ancaman biasa. Siapa yang menyangka kalau kartu as keluarganya tersebar begitu saja.

Papanya yang selalu berkencan dengan wanita yang bekerja di club malam. Bahkan video cctv Tuan Dikta yang pernah mengambil surat penting milik sodaranya. Dirinya yang selalu gonta ganti pasangan hingga ibunya yang jago dalam berjudi. Semua tersebar luas. Sheina merasa hancur sehancur hancurnya.

"Aku pernah memberimu peringatan bukan? Tapi bukannya diam kau justru semakin menjadi jadi dengan menyebarkan gosip murahan itu.. Kau pikir aku mau menjalin hubungan dengan wanita seperti mu.. Dan sekarang rasakan! Itu akibatnya kalau kau dan keluargamu berani macam-macam!

"Kau!

"Mau pergi sendiri atau perlu aku usir.." Dengan perasaan kesal, Sheina pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah katapun.

.

.

.

Sepulangnya dari perusahaan. Nada kembali pulang ke kediamannya bersama Xavier. Adik dari Nalendra itu ingin mengemasi pakaiannya karena sebentar lagi sidang cerainya akan terlaksana.

"Assalamualaikum..

"Waalaikum salam.... Eh Non? Non Nada pulang.." Nada tersenyum ke arah Art nya yang baik hati itu.

"Iya, Aku mau ngemasi barang-barang aku Bi..

"Jadi beneran, Non Nada dan Tuan akan cerai?" Nada menghela nafas sebelum mengangguk. Bi Poni hanya menatap sedih. Namun ada rasa bahagia karena akhirnya Nona mudanya ini berpisah dari Xavier yang tak pernah adil dengan rumah tangganya.

"Mari saya bantu beres-beres Nona.." Nada mengangguk. Dua wanita beda generasi itu pun mulai beres-beres.

Usai beres-beres, Nada segera menyeret kopernya. Siapa yang menyangka bahwa dirinya berpapasan dengan Xavier yang baru pulang dari kantor.

"Nada.." Langkah pria itu semakin mendekat.

"Kenapa kamu membawa koper?

"Apa perlu aku jelaskan? Sebentar lagi kita akan cerai dan aku gak akan tinggal di rumah ini lagi.." Nada kembali menyeret kopernya namun Xavier segera meraih pergelangan tangan istrinya itu.

"Apaan sih? Lepas!! " Nada berontak hingga dirinya kalah ketika Xavier menarik pinggang Nada. Jarak keduanya sangat dekat membuat wajah Nada pias takut Xavier melakukan hal yang lebih padanya..

"Aku gak mau cerai sama kamu Nada. Kita akan tetap jadi suami dan istri.." Setelah di pikir-pikir Xavier tidak akan pernah melepaskan Nada. Hatinya seolah mulai memiliki rasa terhadap istrinya itu.

"Terserah kamu.. Yang pastinya aku mau cerai. Aku gak mau tinggal dengan pria pengkhianat seperti kamu!" Nada menatap tajam Xavier yang mulai mendekatkan wajahnya.

"Akan aku buktikan kalau aku bukan pengkhianat.." Xavier mendekatkan wajahnya ke wajah Nada lalu mencium paksa bibir Nada..

Sekuat tenaga Nada mendorong dada Xavier, Sayangnya Xavier semakin memperdalam ciuman itu, Hingga..

"Aaaawwss.." Nada menggigit bibirnya Xavier sampai berdarah. Nada juga menendang lutut Xavier. Pria itu mengaduh kesakitan.

"Nada, Kau menyakiti ku..

"Aku tidak peduli.. Aku paling benci dengan yang namanya selingkuh...

"Tapi semua ini masih di perbaiki Nada.." Ucapnya dengan sedikit menggeram karena menahan rasa sakit.

"Bagiku tidak ada yang bisa di perbaiki..

"Kau jangan munafik Nada! Buktinya aku melihatmu masuk satu mobil dengan seorang pria.." Mendengar itu, Nada hanya tersenyum sinis.

"Lalu kenapa kalau aku satu mobil dengan pria? Memangnya cuma kau saja yang bisa punya wanita idaman lain. Aku juga punya pria idaman lain. Kau saja bisa bersenang-senang dengan wanita lainnya masa aku tidak.. Aku juga ingin ganti suami.. Seperti tidak adil rasanya kalau hanya kau saja yang bisa selingkuh kalau aku tidak.." Nada memasang wajah menyebalkan.

"Ohya, Lusa adalah sidang mediasi kita.. Lebih baik kau jangan datang ya.. Agar lebih cepat prosesnya.." Usai itu, Nada menyeret kopernya lalu pergi dari sana meninggalkan Xavier yang mengamuk disana.

.

.

.

TBC