Rel kereta api di bagian Utara kampung pandan Arum menjadi hangat di perbincangkan belakangan ini, sebab beberapa orang pernah melihat akan keberadaan seorang wanita memakai gaun berwarna merah.
Bila sudah ada yang mengatakan melihat wanita itu maka dapat dipastikan esoknya akan ada yang meninggal dunia, menurut kabar yang beredar wanita itu adalah korban pembunuhan dari suami sendiri dan wanita itu dalam keadaan hamil.
Siapa kah wanita bergaun merah itu?
Lalu siapakah suaminya?
ikuti terus kisah ini bersama dengan Novita Jungkook, kisah ini tidak ada menjiplak karya mana pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Mencari di gerbong
Bau amis menusuk hidung Nilam dan juga Maharani sehingga mereka semakin yakin ini ada sesuatu yang sudah mati di tempat ini, pasti manusia yang sudah mereka cari tidak akan bernyawa lagi karena memang sudah tercium bau amis yang sangat kental di hidung mereka dan tentu saja penciuman mereka bukan seperti manusia.
Maharani bergerak cepat menuju arah sumber bau tersebut karena dia sudah sangat penasaran dengan bau itu, Nilam juga tidak ketinggalan dan segera mencari di mana bau ini karena mereka sedang mencari nyawa manusia yang sebelumnya sangat keras kepala ketika di beritahu oleh teman sendiri agar diam saja di dalam pos.
"Bau darah yang sudah mati ini." Nilam sangat yakin dengan tebakan nya.
"Nyiprat sudah di semak juga." Maharani mengusap daun yang ada di sebelah.
"Fiks ini sudah mati memang karena darah nya saja sampai begitu!" Nilam begitu yakin akan tebakan dia.
"Kata nya ngeyel kan, ya ini lah kalau tidak bisa di bilangi." kesal Maharani sendiri.
Kadang Maharani juga sangat kesal bila ada manusia keras kepala yang tidak bisa untuk di nasehati, padahal sudah di beritahu bahwa itu bahaya namun tetap saja dia mendatangi tempat tersebut seolah nanti bila bertemu dengan penguasanya bisa mengatasi hal itu dan tidak merepotkan orang lain.
Ini tidak punya keahlian apa-apa tapi kalau di bilangi tidak pernah menurut dan selalu saja menentang keras, kadang kala rasanya Maharani malah bersyukur bila ada manusia keras kepala lalu kena batu seperti ini. biar tidak merepotkan lagi di kemudian hari, sekali selamat maka besok dia akan mengulang lagi.
Malah kadangkala dia merasa bangga karena menyepelekan yang sudah terjadi namun tetap selamat, jadi memang lebih baik bila mereka mati saja dan jangan pernah muncul lagi manusia yang tipe seperti itu. Nilam juga berpendapat hal yang sama, sebab memang dua besi ini selalu berpikiran hal yang sama dan selalu setuju.
"Ini tangan nya!" Nilam menemukan salah satu tangan milik Rudi yang sudah terputus.
"Gila, berarti dia di makan dengan utuh kalau bentuknya saja seperti ini." Maharani memperhatikan luka itu.
"Apa yang memakan dia sampai utuh seperti itu? kuntilanak tidak pernah melakukan atau memakan manusia secara utuh!" Nilam menyangkal itu semua.
"Jadi apa ini ketuanya yang bertindak?!" Maharani juga tidak bisa menebak.
"Bisa jadi begitu, hanya saja kita tidak tahu bentuk ketua ini seperti apa." Nilam masih berusaha memperhatikan bentuk luka yang ada di tangan Rudi.
"Apa dia campuran seperti hewan buas ya? di lihat dari luka ini seperti gigitan tajam!" Maharani juga ikut memperhatikan dengan seksama.
Memang tangan Rudi yang terputus itu terlihat ada sebuah gigitan di sana dan itu sangat tidak rapi sehingga mereka menyimpulkan bahwa yang menggigit memiliki taring atau gigi tajam, makanya Maharani mengatakan bisa saja ketua ini ada campuran dengan hewan buas seperti Nana si kucing hitam.
"Darah menyiprat ke mana-mana sehingga ini seperti di remas dan di masukkan ke dalam mulut!" Maharani masih terus berusaha untuk menebak.
"Ya, darahnya saja tadi sampai sana sehingga jelas ini muncrat sehingga keadaan tubuh bisa saja memang di remas." Nilam mengganggu setuju dengan ucapan Maharani barusan.
"Ayo bergerak dan beritahu Arya kalau ada ketua yang sudah mulai menampakkan diri!" Maharani sigap mengajak Nilam keluar dari dalam semak.
"Kalian sudah dapat!" suara Arya berteriak kian mendekat pada mereka.
"Sebelah sini, aku menemukan tangan yang sudah putus dari badan!" Maharani juga ikut berteriak agar area mendatangi mereka berdua di sini.
Tak lama kemudian memang Arya dan juga Umar datang menghampiri tempat kejadian Rudi yang menghilang, Arya segera mengambil tangan yang tadi di pegang oleh Nilam. Umar langsung ketakutan karena dia tidak pernah melihat hal seperti ini, Arya terlihat biasa saja karena memang sejak dulu hingga saat ini sudah terbiasa dengan kejahatan.
"Ya Allah siapa yang sudah melakukan hal seburuk ini?!" Umar berteriak keras dan dia menjauh.
"Apa yang memakan Rudi sehingga dia tangannya saja sampai putus begini." Arya juga bertanya-tanya.
"Dugaan kami ketua itu memiliki campuran hewan buas!" Nilam membuka suara.
"Benar, bisa saja Dia memiliki campuran hewan buas sehingga sangat ganas ketika sedang memangsa lawan." Maharani juga setuju dengan hal itu.
Arya terdiam karena dia masih belum bisa menerka apa yang sudah memakan Rudi ini, entah itu memang iblis campuran atau memang hewan buas, masih belum bisa dipastikan juga bentuk dia bagaimana dan apa yang sudah di lakukan terhadap Rudi.
"Dia memakan tubuh Rudi sampai habis dan hanya menyisakan tangan ini saja." gumam Arya.
"Pasti dia memakan bukan dengan cara biasa, sebab darahnya sampai ke mana-mana!" Nilam merasa ada yang aneh dengan iblis pemakan angin.
"Maksud mu dia tidak memakan lewat mulut?" Maharani bertanya pada sang Besti.
Nilam menggeleng dengan sangat yakin karena dia sudah bisa menebak bahwa ada yang tidak beres pada iblis ketua yang di rel kereta api tersebut, bukan juga kuntilanak merah yang sudah memakan ini karena kuntilanak sejak dulu sampai sekarang tidak ada yang memakan manusia seperti ini tanpa menyisakan jasad dari korban.
"Kuntilanak mau itu merah atau putih dia tidak pernah memakan dengan cara di telan seperti ini, ini dia mau makan dan menghabiskan seluruh tubuh." Nilam menjelaskan bagaimana keadaan Rudi.
"Berarti bukan kuntilanak merah itu yang sudah memakan Rudi." Arya mengangguk setuju.
"Tapi sebelum dia masuk semak sini Rudi sempat mengatakan bahwa dia melihat ada gadis berbaju merah, Mas." Umar menjelaskan pada Arya.
"Melihat kuntilanak merah maka bukan berarti yang memakannya adalah kuntilanak merah juga." Nilam menyahut ucapan Umar.
Maharani menepuk pundak besti nya ini agar dia tidak emosi karena percuma juga bicara pada Umar karena pria itu tidak bisa melihat keberadaan mereka, hanya membuang energi jadi lebih baik diam dan memikirkan apa yang sudah terjadi pada Rudi itu.
"Ayo kita pergi dulu dari sini dan lihat bagaimana keadaan gerbong di sana!" Maharani mengajak Nilam.
"Ya, kata Suketi gerbong itu adalah istana mereka kan." Nilam berkata pelan.
"Hem, mari kita obrak-abrik istana mereka yang penuh dengan iblis sesat itu." Maharani penuh semangat.
Sedangkan Arya dan Umar masih sibuk mengurus soal tangan Rudi yang tercecer di dalam semak ini, Mereka ingin menemukan bagian tubuh yang lain dan siapa tahu saja memang ada bagian tubuh lain yang tercecer di bagian semak ini.
Lima bab ya guys, tolong like dan komen nya ya.
bacanya abis pulang kerja di saat stress karena pekerjaan yang menumpuk dan semua minta selesai sedangkan tangaku cuma 2...
selamat malma ka... lanjut besok ya buat semangat aku mengawali hari...
Nilam bnar klu tu setan makan menggunakan perut nya
kyak monster seram nya
hpne mlayu dewe🥴
dan akhir'y di buat metong juga manusia yang sok berani dan sok kuat, mana kang ngeyel pula🤣🤣🤣emang bagus kalo metong biar g bikin orang waras stres dengan kelakuan'y