menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kebenaran terungkap
Semenjak itu, Carlos lebih sering di perhatikan oleh Liana. Semua kemauan Carlos selalu dituruti, jika tidak ia selalu mengatakan hal yang tidak-tidak.
Yang sebenarnya terjadi adalah.
𝙁𝙇𝘼𝙎𝙃𝘽𝘼𝘾𝙆 𝙊𝙉
Semua tatapan mengarah pada Arion.
"Maksud mu, harus melukai Carlos dengan sengaja?" tanya Edgar.
"Ya, karena itu kalian bisa berbaikan,"
"Berbaikan bagaimana?! Maksud mu Liana akan suka kalau aku terluka?!" Carlos tidak terima.
"Bukan itu, bod0h!" datar Arion.
"Lalu?!"
Carlos tidak masalah kalau terluka, jika alasan dirinya terluka hanya untuk membuat Liana senang sebenarnya tidak apa, ia bisa melakukan apa saja. Cuma, apa itu mungkin? Carlos berpikir kalau Liana bukan gadis seperti itu, ia percaya kalau Liana adalah gadis yang baik.
"Jika Carlos terluka, itu artinya Liana pasti mengkhawatirkannya," Lucas yang sudah tahu maksud dari Arion, bahkan Felix juga mengangguk.
Carlos menoleh pada Lucas.
"Itu cara yang ekstrim tapi lumayan juga, dengan begitu kau bisa meminta maaf pada Liana atas kejadian kemarin. Aku yakin, melihat mu terluka pasti Liana khawatir," Felix.
"Sungguh?!" antusias Carlos.
"Ya~ walaupun ini sedikit keterlaluan, tapi hanya itu cara yang kita pikirkan,"
"Setidaknya kita membantu mu berbaikan walaupun aku keberatan!" Arion.
"Ya, aku juga lebih suka kalian marahan dengan Liana, dengan begitu cuma aku saja yang bisa mendekati Liana–" Felix.
"Aku masih punya 4 pelurv lagi, kau mau menjadi karya seni ku?" senyum Edgar merangkul Felix sambil menodongkan pist0lnya.
"Apaan sih?!" Felix melepas rangkulan Edgar.
"Kalau ide ini buruk, tidak masalah. Kau cari saja jalan sen–"
"Baik! Kita lakukan! Cara lain sudah ku lakukan seperti pria pada umumnya, tapi kali ini kita coba dengan cara lain!" Carlos menyerahkan pist0l pada Arion.
"Temb4k aku! Dengan begitu hubungan ku dan Liana akan menjadi baik seperti sebelumnya!" senyum gil4 Carlos.
Arion menatap pist0l yang ada di tangan Carlos kemudian ia menerimanya.
"Kau yakin, cara ini efektif?!" Kenzo yang sedikit ragu.
"Apa boleh buat? Dengan begini Liana akan terus mengkhawatirkan ku! Arion, cepatlah! Aku sudah tidak sabar!" semangat Carlos.
Mereka menatap Arion, walaupun ini ide Arion tapi apakah benar akan melakukannya? Ide-ide Arion memang selalu di luar dugaan, di tambah Carlos saat berkata akan menjadi kenyataan.
Arion menarik pelatvk kemudian mengarahkan pada Carlos yang tambah tersenyum kegirangan. Gil4 memang mereka ini.
"Pilih bagian mana yang harus ku temb4k?"
Carlos berpikir sembari melihat tubvhnya, "Bagaimana menurut mu?" tanya balik.
"Apa saja boleh,"
"Eh tunggu. Bagaimana kalau tangan saja? Atau kaki? Atau perut?"
"Terserah!"
"Ya sudah, tangan saja!"
"Baiklah,"
"Tunggu dulu!"
Kenzo menghentikan Arion saat ingin melepaskan pelurv.
"Duh! Apa lagi sih?!" kesal Carlos.
"Apa kau yakin dengan cara ini? Masih banyak cara lain agar Liana memaafkan mu!"
"Aku tidak peduli! Yang penting dia memaafkan ku dan mengkhawatirkan ku!" senyum gil4.
"Ntahlah, ini sedikit berlebihan,"
"Sudah lah! Arion, cepat lakukan!" kesal Carlos.
"Jika fatal, bukan urusan ku!" Arion.
"Banyak bicara! Udah lakukan aja!"
"Oke,"
𝘋𝘖𝘙!
"Aaghkk!"
Carlos mundur 3 langkah sambil memegang lengannya, dar4h bercucuran sampai pakaian bagian lengannya sobek.
"Carlos! Kau baik-baik saja?!" Kenzo.
Arion tidak menemb4k dengan beneran, hanya ia sengaja menggoreskan pelurv pada lengan Carlos, setidaknya itu cukup membuktikan bahwa Carlos terluka karena serangan musuh.
"Ya, aku, baik-baik saja!" Carlos menutup lukanya menggunakan tangan.
"Bod0h! Kenapa harus melakukan cara ini?!" datar Kenzo.
Carlos tersenyum, "Apa pun akan ku lakukan demi Liana, dan kali ini aku harus membohonginya dengan ku terluka karena musuh,"
Kenzo menggelengkan kepalanya, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran temannya ini.
𝙁𝙇𝘼𝙎𝙃𝘽𝘼𝘾𝙆 𝙊𝙁𝙁
Jadi begitu lah luka yang di dapat oleh Carlos.
Dan kini, akibat ide Arion semua perhatian Liana yang seharusnya untuk mereka juga diambil oleh Carlos semua.
Mereka tidak menyesal? Oh tidak, lebih dari menyesal susah membantu Carlos rasanya ingin menghabis1 nyaw4 Carlos sekalian. Seakan-akan Carlos tidak ingin Liana berpaling padanya, harus dia, dia dan dia yang diutamakan.
"Si4lan! Ku bongkar juga cerita yang sebenarnya!" Felix dengan sejuta kesabarannya.
Saat ini hanya ada Carlos, Felix, Revan, Edgar dan Lucas, Liana pergi ke dapur untuk mengambil minum sedangkan sisanya pergi ke luar karena ada sesuatu penting yang harus mereka kerjakan.
"Apa sih," lirik Carlos.
"Kau terus mengambil waktu yang seharusnya ku gunakan untuk Liana dengan alasan sakitnya lengan kau!" tunjuk Felix.
"Itu memang benar!"
"Bahkan jika yang tertemb4k perut mu kau masih bisa lari, si4lan! Kau mengambil kesempatan 'kan?! Sekarang aku sudah tidak tahan lagi melihat mu yang terus berpura-pura sakit!"
"Lalu kau mau apa, hah?"
"Mengatakan yang sebenarnya pada Liana!"
"Waktu itu juga kalian setuju, kenapa jadi menyalahkan ku?!"
"SIAPA YANG BILANG SETUJU, SI4LAN!" kompak mereka.
"Heh, bocah! Waktu itu Kenzo sudah bilang bisa melakukan cara lain selain men3mb4k mu, tapi kau dengan gil4 memaksa Arion untuk melakukannya agar Liana maafkan mu!" Revan yang ikut kesal.
"Itukan Kenzo, kalian cuma diam aja," Carlos menyilangkan kedua tangannya di depan.
"DIAM AJA?!" Felix yang sudah darah tinggi, "Sejak awal aku sudah tidak setuju dengan ide itu, tapi aku berpikir lagi, karena aku kasihan pada mu seperti orang bod0h jika tidak mendapatkan maaf darinya! Aku sangat suka jika kau dan dia tidak akur dalam hubungan! Tahunya gini biarkan saja kau terus di musuhi olehnya!" lanjut Felix.
"Ya aku tidak mau tahu, kalau emang gini jadinya ya sudah ... inikan sementara,"
"KAU ....!" Felix mencengkeram baju Carlos.
"Felix, apa yang kau lakukan?!" Liana mendekat.
Mereka semua menoleh ke arah Liana kecuali Felix yang menatap tajam ke arah Carlos, Carlos tersenyum miring namun tipis.
"Felix, lepasin!"
Felix pun melepaskan cengkraman.
"Ada apa ini?!" tanya Liana menatap Felix dan Carlos secara bergantian.
"Dia hanya cemburu karena kau terus bersama ku," Carlos mengalihkan pandangan memberikan kesan bersalah.
"Sejak kapan kau bermain akting?!" tatap tajam Felix.
"Kau tadi bilang begitu, dan bukan kau saja tapi yang lain juga,"
"CARLOS!" kompak Edgar, Lucas dan Revan.
Liana memijat pelipisnya, "Jadi tidak ada yang ingin mengatakan yang sebenarnya pada ku?"
"Hanya itu,"
Saat Felix hendak berbicara namun langsung dipotong oleh Carlos.
"Kau ....!" Felix juga hendak mendekat ke arah Carlos untuk menghaj4rnya namun ditahan oleh Liana.
"Hentikan!"
"Liana, perlu kau ketahui bahwa Carlos–"
"Iya aku tahu!"
Tentu saja jawaban Liana membuat mereka sedikit tersentak, Liana tahu?
Liana menoleh menatap Carlos dengan ekspresi seperti terkejut dan panik.
"Luka itu di sengaja 'kan? Sebagai alasan agar aku mengkhawatirkannya?"
"Li–liana ...."
"Kau tahu dari mana?" tanya Felix.
"Suara kalian terdengar sampai dapur, bagaimana bisa kau tidak dengar?"
Felix melirik ke arah Edgar dan yang lain sedangkan Carlos malah panik. Dan ini, Felix menatap Carlos dengan senyuman miring.
Carlos berdiri, "Liana, aku ... aku gak bermaksud membohongi, aku cuma–"
"Carlos! Apa kau tidak ada cara lain selain melakukan hal ini? Jika akibatnya fatal bagaimana? Kau berlebihan tau gak?!"
"Tapi, aku melakukan ini karena–"
"Ingin dimaafkan?" Liana terus memotong pembicara Carlos, karena cara bicara Carlos seperti gugup.
Carlos terdiam, Felix tersenyum kemenangan dari belakang Liana.
Sebenarnya Carlos tahu kalau Felix sedang senang tapi ia tidak mau di saat seperti ini keadaan semakin kacau apalagi sekarang ia harus menjelaskan semuanya pada Liana.
"Aku sudah bilang pada mu sebelumnya, masalah ku marah itu urusan ku. Aku akan memaafkan mu kok, cuma butuh waktu saja. Kalau kau melakukan hal seperti ini, kau melukai dirimu sendiri demi mendapatkan perhatian orang lain. Seharusnya aku lebih marah lagi pada mu kali ini karena aku telah mengetahui semuanya, tapi sepertinya percuma. Sampai aku marah pada mu dan mendiamkan mu, aku takut kau akan melakukan sesuatu yang lebih buruk dari ini!"
Carlos menunduk menatap tangan Liana, ia ragu, ia ingin meraih tangan Liana tapi takut jika di tepis seperti waktu di mana kejadian Liana marah.
"Apa kau tidak merasakan sakit, huh?!"
Carlos menggelengkan kepalanya, "Tidak, sama sekali tidak," lirihnya.
"Lalu apa yang membuat mu sakit?!"
"Kau mendiamkan ku, itu lebih sakit,"
Liana menatap Carlos yang menunduk, sebenarnya ia juga tidak ingin begini hanya saja tingkah Carlos yang membuatnya terkadang kesal, seperti ada saja kelakuannya.
Liana maju mendekat dan memegang pipi Carlos, Carlos menatap mata Liana.
"Kalau sampai kau terbaring di rumah sakit, aku tidak mau menemui mu karena yang kau lakukan bukan untuk kebaikan melainkan keburukan!"
Carlos memegang tangan Liana yang menyentuh pipinya.
"Aku minta maaf, aku memang keterlaluan dalam setiap tindakan padamu. Tapi percayalah, aku melakukan ini karena aku mencintaimu," Carlos mencivm telapak tangan Liana lama.
Ternyata pepatah itu benar, karena cinta kita juga bisa bod0h. Melakukan apa saja demi cinta, tidak peduli dengan diri sendiri asalkan cinta masih bertahan.
Buta cinta.
Liana menghela nafas, "Jika kau melakukan hal ini lagi, aku tidak akan memaafkan mu,"
"Tidak, aku janji! Aku tidak akan melakukannya lagi!"
Liana menarik tangannya kembali.
Sebenarnya Felix kecewa karena alurnya tidak sesuai harapan, padahal ia menunggu di mana Liana marah karena sudah berbohong ternyata malah lebih bersabar menghadapi Carlos daripada memberikan pelajaran.
"Sekarang sudah mengetahui semuanya, jadi kau tidak perlu menemaninya lagi!" Felix merangkul Liana dari belakang.
Carlos menatap datar ke arah Felix, Liana melepaskan tangan Felix dari leh3rnya.
"Jangan membuat keributan lagi!" lirik Liana pada Felix.
"Yang aku ributkan ini adalah karena kau yang terus bersama Carlos semenjak tangannya terluka, padahal cuma goresan kecil saja!"
Dibilang goresan tapi luka Carlos lumayan dalam sampai mengeluarkan banyak dar4h, mungkin karena mereka sudah biasa terluka fisik jadi bagi mereka luka Carlos hanya luka goresan seperti lecet.
"Dan kau! Jangan berpura-pura sakit dan mengeluh pada Liana!" tunjuk Felix menandai Carlos.
"Suka-suka,"
"Masih belum kapok juga?!"
"Hey, hentikan!" Liana.
Bisa-bisa Liana stress bila terus bersama mereka.
"Lebih baik aku stress karena kuliah daripada stress menghadapi kalian!"
•••
TBC.