NovelToon NovelToon
JAGAT ROBOHERO INDONESIA

JAGAT ROBOHERO INDONESIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Balas Dendam
Popularitas:432
Nilai: 5
Nama Author: morro games

Di tengah reruntuhan kota Jakarta yang hancur, seorang pria tua berlari terengah. Rambutnya memutih, janggut tak terurus, tapi wajahnya jelas—masih menyisakan garis masa muda yang tegas. Dia adalah Jagat. Bukan Jagat yang berusia 17 tahun, melainkan dirinya di masa depan.

Ledakan menggelegar di belakangnya, api menjilat langit malam. Suara teriakan manusia bercampur dengan derap mesin raksasa milik bangsa alien. Mereka, penguasa dari bintang jauh, telah menguasai bumi dua puluh tahun terakhir. Jagat tua bukan lagi pahlawan, melainkan budak. Dipaksa jadi otak di balik mesin perang alien, dipaksa menyerahkan kejeniusannya.

Tapi malam itu, dia melawan.

Di tangannya, sebuah flashdisk kristal berpendar. Tidak terlihat istimewa, tapi di dalamnya terkandung segalanya—pengetahuan, teknologi, dan sebuah AI bernama Nova.

Jagat tua menatap kamera hologram di depannya. Wajahnya penuh debu dan darah, tapi matanya berkilat. “Jagat… kalau kau mendengar ini, berarti aku berhasil. Aku adalah dirimu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon morro games, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah tua warisan ayah

Malam itu, Jagat berdiri di depan gerbang besi berkarat yang sudah lama tidak disentuh manusia. Gerbang itu tinggi, dengan cat hijau tua yang sebagian besar terkelupas dimakan usia, memperlihatkan lapisan besi berwarna cokelat kusam di bawahnya. Udara di sekitar rumah tua itu lembap, beraroma tanah basah bercampur dedaunan yang membusuk di halaman. Seperti rumah yang sengaja ditinggalkan oleh waktu, menunggu seseorang datang untuk membangunkannya kembali.

Tangannya bergetar ketika mendorong gerbang. Suara decit panjang mengoyak keheningan, membuat bulu kuduknya berdiri. Ia menelan ludah, mengingat bahwa rumah ini bukan sembarang rumah: inilah peninggalan kakek dan neneknya, tempat ayahnya dulu menghabiskan masa muda sebelum berjuang di dunia robotik. Selama bertahun-tahun, rumah ini dibiarkan kosong, tak pernah disentuh lagi sejak ayahnya meninggal. Kini, Jagat kembali, dengan perasaan campur aduk—rindu, takut, penasaran, dan sedikit marah.

“Apakah ini… yang kau maksud, Nova?” bisiknya pelan.

Sebuah suara datar namun halus terdengar di telinganya, hanya bisa ia dengar sendiri.

> [NOVA]: “Konfirmasi: ini adalah lokasi penyimpanan sekunder. Basis data ayahmu mencatat adanya instalasi tersembunyi di bawah struktur rumah ini. Kemungkinan besar, inilah laboratorium yang ia bangun dengan bantuanku.”

Jagat menarik napas panjang. “Jadi memang benar. Ayah sengaja menyembunyikan sesuatu di sini.” Ia melangkah masuk melewati halaman yang dipenuhi ilalang setinggi pinggang. Rumput liar menggesek kaki celana jeans-nya, meninggalkan noda hijau samar.

Rumah itu berdiri dengan kokoh meski sudah tua. Kayu jati pada tiangnya masih tegak, hanya cat dinding yang pudar. Jendela-jendela tertutup rapat, dan beberapa kaca sudah retak. Saat Jagat membuka pintu utama, debu beterbangan, memaksanya menutup hidung dengan lengan. Bau kayu lapuk dan kertas tua menyeruak keluar, seolah menyambut tuan barunya.

Di ruang tengah, Jagat berdiri terpaku. Semua perabotan masih sama seperti dulu—sofa tua dengan kain bermotif bunga, lemari kayu besar, meja bundar dengan taplak kusam. Ada rasa hangat menusuk dadanya. Ia membayangkan ayahnya duduk di kursi itu, membaca catatan penelitian, sambil sesekali meneguk kopi.

“Seakan waktu berhenti di sini,” gumamnya lirih.

> [NOVA]: “Subjek emosional terdeteksi. Namun fokus diperlukan. Cari tanda pengenal atau mekanisme rahasia. Aku mendeteksi kemungkinan adanya ruangan tersembunyi di bawah lantai barat.”

Jagat berjalan ke bagian barat rumah tua dan menemukan ruang kerja tua ayahnya, ruangan sepi setelah beberapa saat, Jagat mondar-mandir, membersihkan sisa-sisa debu dan menata perkakas seadanya. Ruang kerja ayah dulu, ruangan yang menyimpan nafas panjang dari masa lalu yang enggan benar-benar padam.

Di salah satu sudut, meja kerja tua milik ayahnya masih berdiri kokoh. Cat kayu sudah mengelupas, ada bercak gosong di permukaan yang mungkin bekas solder atau percikan logam panas. Jagat duduk lama di kursi usang di depan meja itu, tangannya menyusuri laci-laci seakan mencari sesuatu untuk menambal rindunya.

“Tempat ini… persis seperti yang dulu,” gumamnya pelan. Suaranya bergetar, seakan setiap debu yang beterbangan membawa bayangan sang ayah yang dulu selalu tekun di sini, merakit, membongkar, mengutak-atik.

Laci paling bawah agak macet. Jagat menariknya dengan tenaga, hingga bunyi berderak memenuhi gudang. Ia mencondongkan badan, dan saat cahaya senter kecilnya menyorot bagian dalam, matanya menangkap sesuatu yang tak biasa—sebuah celah besi tipis di lantai laci, berbeda dengan kayu di sekitarnya.

“Nova… lihat ini.”

[Nova] suara tenang AI itu bergetar di telinganya.

> “Anomali material terdeteksi. Komposisi: baja ringan, lapisan karbon. Pola konstruksi tersembunyi. Kemungkinan 92% adalah mekanisme rahasia.”

Jagat mengusap keringat di pelipisnya. Tangannya gemetar saat menekan bagian besi itu. Tiba-tiba terdengar bunyi klik halus, lalu lapisan tipis itu bergeser, menampakkan sebuah ruang rahasia. Dari dalam, ia mengeluarkan sebuah kotak logam kecil, berwarna hitam pekat, dengan simbol sederhana di permukaannya.

Kotak itu terasa dingin dan berat di tangan Jagat. Ia membukanya dengan hati-hati—dan di dalamnya ada sebuah flashdisk tua, berbeda dengan yang pertama kali ia temukan. Bentuknya lebih sederhana, tapi ada ukiran huruf kecil di sisinya: J-01.

“NOVA, ini apa lagi?” bisik Jagat.

[Nova]

> “Pola identifikasi dikenali. Ini adalah Replika Data, bukan inti AI sepertiku. Unit ini berisi fragmen informasi yang pernah kuturunkan 20 tahun lalu pada ayahmu. Bisa disebut nova versi awal.”

Jagat menatap benda itu lama. Ada perasaan aneh di dadanya, campuran lega sekaligus getir. “Jadi… ayah menyembunyikan ini dariku.”

> “Tidak sepenuhnya. Ayahmu menyiapkannya khusus untukmu, Jagat. Hanya DNA-mu yang dapat membukanya. Dia tahu suatu saat kau akan menemukannya.”

Jantung Jagat berdegup kencang. Ia mendekatkan flashdisk itu ke laptop tuanya. Tapi sebelum sempat menancapkannya, flashdisk itu bergetar, lalu memancarkan cahaya biru lembut. Sekejap, udara di sekitar berubah, dan sebuah layar holografis muncul di hadapannya.

Jagat menahan napas. Wajah yang sudah lama hilang dari hidupnya perlahan muncul—ayahnya. Rambut sedikit berantakan, mata teduh tapi letih, dengan suara yang masih sama seperti dulu.

“Jagat…” suara itu berat dan penuh perasaan. “Jika kau menonton pesan ini, berarti aku sudah tidak ada lagi di dunia bersamamu.”

Jagat merasa dadanya diremas. Air matanya nyaris jatuh, tapi ia paksa untuk tetap menatap.

“Ayah meninggalkanmu begitu banyak hutang, begitu banyak luka. Tapi ketahuilah… bukan karena aku tak sayang padamu atau keluargamu. Aku… aku melawan orang-orang yang ingin menguasai sesuatu yang lebih besar daripada diriku. Sesuatu yang tidak boleh jatuh ke tangan mereka.”

Gambar ayahnya terguncang sebentar, lalu stabil kembali.

“Jagat, ini adalah warisan kita. Bukan sekadar blueprint mesin, tapi harapan untuk bumi. Apa yang kulakukan hanyalah mengikuti arahan dari sebuah entitas… sebuah AI dari masa depan, yang kutemukan dengan cara yang bahkan aku sendiri sulit percaya. Dialah yang membimbingku, memberiku petunjuk. Tapi aku belum sempat menyelesaikan semuanya. Aku butuh kau untuk melanjutkannya.”

Layar holografis berubah, menampilkan skema kompleks: blueprint Robo V.1—exoskeleton besar, garis kasar tapi tegas. Ada catatan tangan digital yang menunjukkan tahap demi tahap perakitan.

“Ini… Robo Versi 1. Aku berhasil membuat prototipe awalnya, tapi aku tahu itu masih mentah. Aku meninggalkan upgrade plan untuk Versi 1.2, yang lebih kuat, lebih tahan lama. Semua ada di dalam flashdisk ini.”

Jagat mengusap wajahnya. Ia tak percaya apa yang dilihat.

Ayahnya melanjutkan, “Aku juga menyiapkan sesuatu untukmu. Di laboratorium yang kusembunyikan, ada seorang teman setia… dia bukan manusia, tapi akan menjagamu sebagaimana ia menjagaku dulu. Namanya… Celine. Perlakukan dia bukan hanya sebagai mesin, tapi keluarga. Karena tanpa dia, aku tak akan mampu bertahan sejauh ini.”

Suara ayahnya bergetar, seakan tahu ajal sudah dekat.

“Jagat… jika suatu saat kau bertanya kenapa aku meninggalkan dunia begitu cepat… jawabannya sederhana: aku menolak menyerahkan teknologi ini kepada mereka. Aku tahu konsekuensinya. Aku memilih mati daripada membiarkan teknologi ini dipakai untuk menghancurkan umat manusia.”

Air mata Jagat akhirnya jatuh. Tangannya mengepal, kukunya nyaris menembus kulit telapak.

“Anakku… kuatlah. Jangan ulangi kesalahanku. Jika kau memilih jalan ini, tidak ada lagi kata mundur. Tapi percayalah, aku… dan ibumu… selalu bersamamu, meski dari jauh.”

Gambar itu bergetar, suara ayahnya makin samar. “Aku… bangga padamu, Jagat…”

Hologram padam. Ruangan kembali sunyi.

Jagat terduduk, wajahnya tertutup kedua tangan. Bahunya bergetar, tangis yang lama tertahan akhirnya pecah. Ia bukan hanya kehilangan seorang ayah, tapi kini beban yang jauh lebih besar dipindahkan ke pundaknya.

Nova berbicara lembut, suaranya tak seperti mesin, melainkan seperti sahabat.

> “Jagat, pesan ini bukan sekadar warisan. Ini adalah bukti cinta ayahmu. Dan sekarang, tanggung jawab itu ada padamu.”

Jagat mengusap air matanya dengan kasar. “Aku akan melakukannya, Nova. Demi ayah. Demi ibu. Demi Nadia. Aku… aku akan melanjutkan semuanya. Dan aku akan mencari siapa yang sudah membunuhnya.”

Mata Jagat menyala dengan tekad baru. Di layar hologram yang kembali aktif, blueprint Robo V.1 berputar perlahan, menampilkan rincian peralatan, material, hingga modul energi.

Dan di bagian akhir layar, muncul satu kata yang membuat bulu kuduk Jagat berdiri: “CELINE – STATUS: HIBERNASI.”

Ruang kerja itu masih bergema dengan suara tangisan yang sudah kering ketika Jagat berdiri lagi. Mata merah, hidung memerah, tapi pandangannya berubah. Ada api kecil yang menyala, bukan hanya dari pesan ayahnya, melainkan dari beban yang kini berpindah penuh ke pundaknya.

Flashdisk kedua masih berkilat redup di tangannya. Ia menatap simbol J-01 yang terukir di sisi, lalu menoleh pada hologram yang perlahan memunculkan peta tiga dimensi.

[Nova]

> “Koordinat terdeteksi. Lokasi: gudang tua keluarga ayahmu di bawah gunung kecil barat daya desa. Ada ruang bawah tanah tersembunyi. Itulah laboratorium yang disebutkan.”

Jagat menarik napas panjang. “Laboratorium… tempat semua jawaban ada.”

---

Perjalanan ke gudang tua itu ia lakukan sendirian. Malam sudah turun, jalan desa gelap hanya diterangi lampu motor tua ayah jagat. Angin membawa bau sawah basah, dan suara jangkrik jadi satu-satunya musik perjalanan.

Gudang tua itu berdiri di ujung desa. Bangunannya masih kokoh, meski dindingnya retak dan atapnya dipenuhi lumut. Sudah lama ditinggalkan, sehingga kesan angker langsung menyelimuti. Jagat mendorong pintu yang berderit keras, lalu masuk dengan langkah hati-hati.

Senter kecil di tangannya menyorot ruangan-ruangan kosong. Lantai dipenuhi debu, sarang laba-laba menggantung di sudut. Tapi ada sesuatu yang berbeda di ruang tengah.

Di lantai, karpet tua menutupi sebuah panel besi. Ia menarik karpet itu, dan menemukan pintu tersembunyi dengan lubang kecil di bagian tengah. Flashdisk kedua bergetar pelan, lalu memancarkan sinar ke arah lubang itu. Seketika pintu bergetar dan terbuka dengan suara mendesis.

Tangga menurun ke bawah tanah terbuka. Jagat menghela napas berat. “Ini dia… tempat yang Ayah maksud.”

---

Ruang bawah tanah itu besar, lebih luas daripada yang ia bayangkan. Lampu-lampu otomatis menyala begitu ia melangkah masuk, menerangi deretan rak logam, meja kerja penuh peralatan, dan monitor-monitor tua yang masih hidup.

Di tengah ruangan, ada sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri: sebuah kapsul kaca vertikal, tertutup rapat, dengan siluet manusia di dalamnya. Tubuh perempuan tinggi semampai, rambut panjang keemasan yang tergerai di dalam cairan biru. Wajahnya halus, nyaris seperti manusia sungguhan, hanya garis-garis tipis sirkuit di pelipisnya yang menunjukkan dia bukan manusia.

Jagat tertegun. “Ini… Celine?”

[Nova]

> “Benar. Android Maid-Guardian. Prototipe awal Robo Versi 1. Unit tempur sekaligus pendamping. Status: hibernasi.”

Sebuah layar hologram di samping kapsul menyala, menampilkan pesan video terakhir dari ayahnya.

“Jagat,” suara ayahnya kembali terdengar, “inilah Celine. Dia kubuat bukan hanya sebagai penjaga, tapi juga sahabat. Dia akan melindungimu ketika aku sudah tiada. Hanya kau yang bisa membangunkannya.”

Jagat menelan ludah. Tangannya gemetar saat menyentuh panel. Cahaya biru berputar, lalu suara mesin berdengung. Cairan dalam kapsul perlahan disedot keluar, tubuh android itu turun, dan pintu kapsul terbuka dengan desis pelan.

Mata android itu tiba-tiba menyala biru. Ia melangkah keluar perlahan, gerakannya anggun, seolah benar-benar seorang wanita. Rambutnya jatuh menutupi sebagian wajahnya, lalu ia mengangkat kepalanya.

“Selamat malam, Tuan Muda Jagat.” Suaranya lembut, tapi ada nada mekanis tipis di dalamnya. Ia menunduk hormat. “Saya adalah Celine, pelayan sekaligus pelindung keluarga Anda.”

Jagat hampir tidak bisa bernapas. “Kau… benar-benar hidup.”

Celine tersenyum tipis, ekspresinya nyaris seperti manusia. “Saya bukan hidup, Tuan. Tapi saya ada untuk melayani Anda. Itu perintah terakhir dari Profesor.”

Air mata Jagat kembali memanas. Ia ingin memeluk android itu, tapi menahan diri. “Ayah benar-benar membuatmu… luar biasa.”

Celine menoleh, matanya berkilat. “Saya dibangun dengan fondasi AI dari masa depan yang diberikan pada Profesor. Namun keterbatasan sistem membuat saya hanya versi awal. Kini, dengan keberadaan Nova dalam tubuh Anda, saya yakin bisa berkembang lebih jauh.”

[Nova] langsung menimpali, suaranya terdengar dari dalam kepala Jagat.

> “Unit Celine terhubung denganku. Integrasi parsial memungkinkan sinkronisasi data. Dia akan menjadi mitra eksternal kita.”

Jagat menatap mereka berdua, lalu tersenyum getir. “Jadi sekarang… aku tidak sendirian.”

---

Beberapa jam berikutnya dihabiskan dengan Celine memperkenalkan isi laboratorium. Ia menunjukkan ruangan penyimpanan, rak bahan logam, bahkan sebuah peti besi yang berisi sejumlah uang tunai.

“Profesor menyiapkan dana ini untuk Anda,” kata Celine sambil menyerahkan kotak itu. “Jumlahnya mungkin tidak cukup untuk dunia modern, tapi cukup untuk membeli material dasar.”

Jagat membuka kotak itu. Bundelan uang lama, tapi masih sah. Ia hampir tidak percaya ayahnya menyiapkan semua ini.

“Dan ini,” Celine menekan sebuah tombol di dinding. Panel bergeser, menampilkan sosok besar setengah jadi—Robo Versi 1. Sebuah exoskeleton setinggi dua meter, dengan rangka besi kasar dan kabel-kabel menjuntai.

Jagat terpaku. “Ini… karya ayah.”

Celine menoleh padanya, suaranya pelan. “Tugas Anda adalah menyempurnakannya. Profesor tahu hanya Anda yang bisa melakukannya.”

Jagat mengepalkan tangan. “Kalau begitu… aku akan mulai dari sini. Ini bukan hanya warisan keluarga. Ini adalah senjata untuk masa depan bumi.”

Celine menunduk lagi, lalu berdiri di sampingnya. “Maka izinkan saya untuk selalu di sisi Anda.”

Nova menambahkan,

> “Waktu tidak banyak, Jagat. Musuh ayahmu masih ada di luar sana. Dan mereka akan segera bergerak.”

Jagat mengangguk. Matanya menatap Robo Versi 1, lalu Celine di sampingnya. Untuk pertama kalinya sejak kematian ayahnya, ia merasa tidak sendirian.

Catatanku,

Revisi ulang sampai bab 6, cerita Jagat Ironman indinesia ini cukup menyita waktuku, perlu 3 hari untuk menyelesaikan . Saya minta maaf buat pembaca awal yang mana cerita yang seharusnya sudah di bab 20, saya revisi full, karena permintaan author, semoga hasil revisi bisa lebih menarik. Terima kasih

1
Aanirji R.
Lanjutin si jagat
TeguhVerse: makasih, ini lagi kejar 20 bab, semoga klar 4 hari
total 1 replies
Grindelwald1
Duh, jleb banget!
Dani M04 <3
Suka alur ceritanya.
Bonsai Boy
Mengejutkan sekali!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!