Semua orang mengira Zayan adalah anak tunggal. Namun nyatanya dia punya saudara kembar bernama Zidan. Saudara yang sengaja disembunyikan dari dunia karena dirinya berbeda.
Sampai suatu hari Zidan mendadak disuruh menjadi pewaris dan menggantikan posisi Zayan!
Perang antar saudara lantas dimulai. Hingga kesepakatan antar Zidan dan Zayan muncul ketika sebuah kejadian tak terduga menimpa mereka. Bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Semakin Marah
Ruang tengah keluarga Nugroho sore itu terasa sesak oleh udara panas dan emosi. Tirai jendela berkibar pelan, tapi angin tak sanggup mendinginkan suasana di antara Leony dan Zayan.
“Jadi, kau masih bertemu perempuan itu?!” suara Leony tajam memecah keheningan.
Zayan berdiri di depan ibunya, menunduk sedikit, tapi sorot matanya keras. “Aku masih bertemu Niken, iya. Karena aku mencintainya, Mah. Aku nggak bisa pura-pura.”
Leony memejamkan mata sejenak, lalu menatap tajam. “Cukup! Kau sadar nggak apa yang kau katakan? Kau sudah bertunangan dengan Zoya! Sebentar lagi kau akan menikah!”
Zayan tertawa hambar. “Menikah karena apa, Mah? Karena aku mau? Nggak! Karena aku dipaksa! Karena papah nggak mau malu setelah tahu Zoya hamil anakku!”
Ucapan itu membuat wajah Leony memucat. Suara Zayan menggema di seluruh ruangan, dan untuk sesaat, keheningan menelan mereka berdua.
“Jangan bicara seolah kau korban, Zayan,” ucap Leony perlahan, tapi dingin. “Zoya mungkin gadis biasa, tapi dia membawa darah keluargamu dalam rahimnya. Janin yang ada di perutnya itu adalah akibat dari perbuatan nakalmu. Mamah dan papah sudah cukup menutupi segala kesalahan yang pernah kau buat. Tapi kali ini kau harus tanggung jawab sendiri!"
“Aku sudah bertanggung jawab!” bentak Zayan. “Aku nggak kabur, aku nggak lari. Tapi kenapa semua orang memaksaku menikah dengan orang yang bahkan tidak kucintai?!”
Leony melangkah mendekat, suaranya meninggi. “Karena begitulah dunia bekerja, Zayan! Karena tanggung jawab itu bukan tentang cinta, tapi tentang kehormatan keluarga!”
Zayan menatap ibunya dengan mata merah. “Kehormatan? Jadi itu yang Mamah pedulikan? Bukan kebahagiaanku, bukan masa depanku, tapi cuma nama baik keluarga di mata orang lain?!”
Plak!
Tamparan keras mendarat di pipinya. Suara itu menggema tajam, membuat dada Zayan bergetar menahan emosi.
“Jangan bicara seperti itu pada Mamah!” seru Leony. “Kau harus melakukan ini kalau kau ingin jadi pewaris selanjutnya. Kau mau jadi pewaris bukan?”
Zayan terdiam sesaat. Rasa bersalah sempat melintas di matanya, tapi hanya sekejap. “Aku tahu aku salah, Mah. Tapi aku juga manusia. Aku masih punya hati. Aku mencintai Niken… bukan Zoya. Aku nggak bisa hidup bahagia kalau setiap hari harus berpura-pura di depan perempuan yang bahkan aku nggak cintai.”
Leony menatap anaknya lama, lalu menggeleng lemah. “Kau sudah membuat kesalahan besar, dan satu-satunya cara menebusnya adalah menikahi Zoya.”
“Mamah nggak mengerti…” gumam Zayan lirih.
“Aku sangat mengerti,” potong Leony tegas. “Mungkin terlalu mengerti. Karena Mamah sudah lebih dulu melewati hal seperti ini.”
Nada itu membuat Zayan menatap ibunya heran. Tapi sebelum ia sempat bertanya, Leony menggeleng cepat, menutup topik itu dengan sorot mata keras.
“Pokoknya, kau harus menikahi Zoya. Dan mulai sekarang, kau putuskan hubungan dengan Niken. Titik.”
Zayan menatap ibunya tak percaya. “Mamah nggak bisa seenaknya mengatur hidupku!”
Leony menatap lurus ke matanya, dingin dan mantap. “Kalau kau tetap bersama Niken, mulai hari ini anggap saja Mamah tidak punya anak laki-laki bernama Zayan!”
Kata-kata itu seperti palu godam yang menghantam dada Zayan. Ia membeku. “Mamah serius?”
“Benar-benar serius,” jawab Leony tanpa keraguan. “Pilih keluarga ini, atau gadis itu.”
Zayan menatap ibunya dengan pandangan terluka. Ada pertempuran hebat dalam hatinya, antara cinta dan kewajiban. Tapi setiap kali ia menatap wajah Leony, perasaan bersalah menghantam lebih keras. Ia menunduk, tidak sanggup menatap lagi.
Keheningan panjang menyelimuti ruangan. Leony menghela napas panjang, lalu dengan nada lebih lembut berkata, “Fokuslah pada Zoya. Setidaknya, lakukan ini dengan tanggung jawab. Dia butuh kau, dan anakmu juga butuh ayahnya.”
Zayan menggertakkan gigi. “Lalu kenapa Zidan ada di sini, Mah?” suaranya serak namun tajam. “Kenapa dia bebas berkeliaran di rumah ini seolah semua baik-baik saja?”
Leony mengerjap, lalu menjawab tenang, “Dia hanya membantu Mamah menyiapkan acara. Zidan anak yang sopan dan mau bekerja keras. Kau seharusnya bersyukur masih punya saudara seperti dia.”
Zayan menatap ibunya dengan mata dingin. Ia tercengang. “Anak baik? Sejak kapan Mamah berpikir begitu? Padahal dia yang selalu jadi bayangan yang Mamah bandingkan denganku.”
“Tidak, Zayan,” ucap Leony tegas. “Kau yang terlalu sibuk membencinya. Padahal dia tidak pernah menuntut apa pun.”
Namun kata-kata itu malah memantik bara di hati Zayan. Ia mengepalkan tangan. “Kalau begitu, mungkin sudah waktunya aku tunjukkan siapa yang seharusnya jadi anak kebanggaan Mamah!”
Ia berbalik dengan langkah cepat, meninggalkan Leony yang berdiri terpaku.
Leony hanya bisa menatap punggung anaknya menjauh sambil berbisik lirih, “Zayan… jangan sampai amarahmu menghancurkan segalanya, termasuk dirimu sendiri...”
Cinta yang sehat dapat membantu seseorang merasa lebih bahagia dan lebih sehat secara keseluruhan.
Ketika seseorang merasa dicintai dan mencintai, tubuh dan pikirannya akan bekerja lebih baik untuk mendukung kesejahteraan secara menyeluruh...🤨☺️
Ketika seseorang mencintaimu sepenuh hati, itu memberimu rasa aman dan penerimaan yang membantumu menjadi versi terbaik dirimu. Mengetahui bahwa seseorang mendukungmu, bahwa kamu dihargai dan disayangi apa adanya, memberimu rasa stabilitas.
Kamu merasa lebih kuat karena seseorang percaya padamu, terkadang bahkan ketika kamu berjuang untuk percaya pada diri sendiri...🥰💪
Konsep ini menyatakan bahwa setiap tindakan (baik atau buruk) memiliki konsekuensi yang akan kembali kepada pelakunya, baik di kehidupan ini maupun di kehidupan selanjutnya.
Jika kamu melakukan hal baik, maka efeknya pun baik, begitu pula sebaliknya.
Dalam konteks modern, karma juga dapat dipahami sebagai prinsip tanggung jawab pribadi dan kesadaran atas tindakan kita.
Karma berlaku bagi siapapun yang melakukan hal buruk.
Jangan pernah berbuat hal buruk sekecil apapun dan dalam kondisi apapun.
Karena hal itu akan membawa sesuatu yang buruk pula ke dalam hidupmu, atau bahkan bisa terbalas dengan keburukan yang lebih besar...😭
Amarah, kesedihan atau kebencian yang berlebihan, jika dibiarkan merajalela, akan membutakan mata hati dan menyesatkan akal sehat.
Kita kemudian menjadi tawanan dari perasaan kita sendiri, terperangkap dalam labirin pikiran yang gelap dan berliku.
Setiap langkah yang kita ambil didikte oleh emosi sesaat, tanpa pertimbangan yang matang dan tanpa visi yang jernih.
Kita kehilangan kemampuan untuk berpikir rasional, untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan untuk mengambil keputusan yang bijaksana...😥