NovelToon NovelToon
ALVANA

ALVANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: aufalifa

"Aku insecure sama kamu. kamu itu sempurna banget sampai-sampai aku bingung gimana caranya supaya bisa jadi imam yang baik buat kamu."
~Alvanza Utama Raja

🍃🍃🍃

Ketika air dan minyak dipersatukan, hasilnya pasti menolak keduanya bersatu. Seperti Alvan dan Ana, jika keduanya dipersatukan, hasilnya pasti berbeda dan tidak sesuai harapan. Karena yang satu awam dan yang satu tengah mendalami agamanya.

Namun, masih ada air sabun yang menyatukan air dan minyak untuk bisa disatukan. Begitu juga dengan Alvan dan Ana, jika Allah menghendaki keduanya bersatu, orang lain bisa apa?

🍃🍃🍃

"Jika kamu bersyukur mendapatkan Ana, berarti Ana yang harus sabar menghadapi kamu. Sebab, Allah menyatukan dua insan yang berbeda dan saling melengkapi."
~Aranaima Salsabilla

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufalifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kepastian

Memberi waktu tiga hari untuk mengetahui kepastian Alvan yang akan diterima Ana atau justru ditolak Ana. Jika dalam waktu tiga hari tak ada kabar, itu artinya Ana menolak Alvan dan selama tiga hari itu Alvan dilarang menemui Ana atau sekedar mampir ke rumah.

Sedangkan sekarang Alvan sedang ada masalah tentang hilangnya sang bunda di rumah besar Yono. Namun Alvan pasti mengira jika bundanya dikurung atau justru disiksa Yono.

Alvan tidak bisa tinggal diam, dengan keadaan penuh amarah Alvan langsung meluncur ke rumah Yono. Masuk tanpa permisi dan teriak-teriak memanggil Yono.

"Yono! Keluar lo! Mana bunda gue!" Teriaknya dengan menendang segala benda yang ada di depan matanya

Yona keluar bersama putra tunggalnya. Berjalan menghampiri Alvan yang keadaannya penuh amarah.

"Mana bunda gue?!"

"Bunda?" Yono dan Erik tertawa terbahak-bahak, membuat kedua tangan Alvan mengepal kuat dan ingin sekali menonjok muka dua orang bajingan di depannya.

"Bunda Lo udah gue jual ke luar negeri. Lumayan lah jika tawaran empat miliar dibuang sia-sia." Ujar Erik dengan memamerkan berbagai jenis kartu ATM ditangannya

Tak kuasa menahan amarah, Alvan langsung maju dan menonjok muka Erik. Memukulnya bertubi-tubi tanpa memberi ampun. Sedangkan Yono yang melihat anaknya tak mampu membalas, langsung memanggil seluruh anak buahnya untuk menghajar Alvan.

Bugh!

Pukulan balok yang menghantam punggung Alvan berhasil membuat penglihatan Alvan kabur tetapi berusaha Alvan kedip-kedipkan  beberapa kali supaya Alvan tidak pingsan dan membiarkan Yono menang. Meski kenyataannya Alvan juga tidak kuat melawan lagi.

Yono berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan Alvan. "Ayahmu itu punya hutang sama saya! Dia tidak bisa membayar hutang yang sudah menumpuk tiga ratus juta dan dia lebih memilih menjual istri cantiknya pada saya."

Alvan meludah ke arah sepatu mahal milik Yono. "Persetan kalau lo lebih dari bajinga*!"

Plak!

"Kamu meluncur ibu kamu lebih tersiksa!" Yono mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan video ibundanya yang sangat mengenaskan.

Alvan membulatkan matanya melihat video selanjutnya. Yono mengikat tangan dan kaki bundanya di atas ranjang, Yono melecehkan bundanya dengan melepas seluruh kain yang membalut tubuh ibundanya. Hanya menyisakan bra dan celana dalam sebagai penutup. Dapat Alvan lihat jika bundanya sudah tak mampu melawan. Bundanya hanya bisa menangis melihat keadaannya.

Bugh!

Bugh!

Alvan menonjok muka Yono dengan penuh amarah, bisa-bisanya ibundanya diperlakukan seenaknya layaknya budak. "Sekarang bunda gue mana?!" Teriaknya yang langsung berlari masuk ke dalam ruang demi ruang untuk mencari keberadaan ibundanya. Alvan yakin jika ibunya masih ada di rumah besar Yono.

"Bunda! Alvan datang bunda! bunda ada di mana?! Teriak bunda! Teriak supaya Alvan dengar suara bunda!" Teriak Alvan merasa frustasi karena tak menemukan keberadaan ibundanya

"Lebih baik kamu keluar dari rumah saya! Ibumu sudah saya kirim ke luar negeri!"

Alvan menulikan pendengarannya. Ia tetap berjalan berkeliling ruangan untuk mencari ibundanya.

"Al-Al-Alvan , Pu..tra...ku..."

Alvan samar-samar mendengar suara ibundanya tapi di mana? "Bunda! Bersuara lah bunda!"

Alvan tidak mungkin salah lihat, ia melihat perempuan yang ia cari terbaring lemah dengan keadaan telanjang. Alvan menangis melihat kondisi bundanya, dengan segera Alvan menarik tirai untuk menutupi tubuh bundanya.

"Bunda..."

"Sa-sayang, pulanglah. Bunda baik-baik saja."

"Hari ini juga Alvan akan bawa bunda pulang. Alvan janji, Alvan akan bunuh Yono!"

Herlin menggeleng lemah. "Jangan, sayang. Jangan sampai kamu melakukan  tindakan kriminal."

Alvan menggeleng. "Bunda bukanlah budak yang dengan seenaknya dibuat mainan oleh Yono! Katakan sama Alvan, bunda udah diperlakukan apa saja oleh Yono! Biar Alvan balas ulah Yono, sekalipun nantinya Alvan terpaksa membunuh Yono."

Alvan hendak melepas rantai yang mengikat tangan dan kaki Herlin, tetapi sebuah kayu balok sudah lebih dulu menghantam punggungnya. Kedua kalinya, Alvan berusaha untuk tetap sadar tetapi sudah tak mampu. Alvan langsung jatuh tak sadarkan diri, membuat Herlin semakin menangis.

🍃🍃🍃

Sudah dua hari Alvan tak membuka mata. Reaksi kayu balok  yang menghantam punggung Alvan  benar-benar membuat Alvan tak sadarkan diri selama dua hari. Untungnya saat itu Noval  dapat dengan cepat melacak keberadaan Alvan. Geng Blaster dapat dengan cepat menemukan Alvan di rumah besar Yono yang sudah tak sadarkan diri. Mereka juga untungnya bisa membawa ketuanya itu ke apartemen untuk diperiksa.

"Boss, bangun boss! Ngebo mulu lo ah elah."

"Kata dokternya kemarin sih nggak papa. Untungnya benturan yang diciptakan tidak mengenai saraf otak dan mata." Ujar Arden "Tapi kok nggak bangun-bangun ya."

"Lah, jambu! Ibu calmer telepon udah tujuh kali tapi belum ada jawaban dari Alvan." Ujar Noval yang baru saja membuka ponsel Alvan lewat telepon darurat.

Alvan baru membuka mata langsung duduk, isi kepalanya hanya ada kata Yono. Mengingat sekarang dirinya ada di apartemen, Alvan langsung menyambar jaket untuk ia kenakan.

"Mau ke mana lo?" Tanya Arden

"Bukan urusan lo!"

"Lo baru sadar, Al! Untung dua hari yang lalu kita semua langsung susulin lo di rumah Erik. Sekarang mending lo mandi habis itu sarapan." sahut Arden dengan mengunci pintu apartemen supaya Alvan hari ini tetap di apartemen untuk istirahat.

"Pergi lo semua dari apartemen gue!" Alvan tetap memaksa untuk bisa keluar.

"Lo baru sadar, Al!"

"Bunda gue sekarat! Gue nggak peduli keadaan gue gimana yang penting bunda udah sama gue! Lo semua emang nggak ngerti jadi nggak usah ngebacot!"

"Gue lapor polisi."

"Anjing! Bunda makin disiksa sama Yono! Akh!" Alvan mengusap wajahnya gusar, ia benar-benar frustasi.

Alvan mendobrak pintu utama tanpa peduli jika pintunya rusak.

Derttt.. Derttt.. Derttt...

Ponsel Alvan bergetar, menampilkan nomor tak dikenal menelponnya. Alvan hendak membuang ponselnya tetapi Kenzie udah duluan menggeser tombol hijau. Dengan penuh terpaksa Alvan menempelkan benda gepeng itu ke daun telinganya.

"Assalamualaikum."

Seketika, suara lembut nan candu itu menenangkan pikiran Alvan. Merasa senang sekali ketika perempuan yang ia dambakan menelponnya.

"Waalaikumsalam."

"Hm, maaf. Hmm.. itu kamu bisa kerumah sekarang?"

Alvan tersenyum mendengar penuturan di seberang sana. Hingga Alvan benar-benar lupa mau kemana dan mau ngapain. Ia segera kembali duduk di kursi sofa  dan menikmati perbincangannya dengan Ana.

"Sendiri nggak papa?"

"Iya."

"Oke, gue kesana sekarang."

"Tentang lamaran kamu..."

"Lamaran gue gimana? Lo terima atau lo tolak?"

"Hm, itu...."

"Jangan bikin hidup gue diambang mati dan hidup. Biarin aja separuh hidup gue itu elo."

"Diterima."

"Alhamdulillah, setengah jam lagi sampai. Gue mau berpenampilan ganteng dulu ah."

Panggilan terputus secara sepihak. Alvan membuang ponselnya ke sembarang arah. Ia segera masuk kedalam kamar untuk bersiap-siap. Sedangkan seluruh anggotanya menatap Alvan keheranan.

"Kok si boss tiba-tiba happy? Bukannya tadi lagi frustasi ya?" Tanya Kenzie merasa heran dengan ketuanya itu.

"Uhuy! Si Alvan mau nikah cuy!" Seru Noval setelah mendeteksi perubahan Alvan lewat ponsel bossnya itu.

🍃🍃🍃

Duduk berhadapan dengan orang tua ana. Alvan sangat grogi dan gugup. Padahal, di hari-hari biasanya Alvan begitu memalukan.

"Maaf, bah. Hari ini saya berpenampilan kurang menawan." Ujar Alvan saat melihat Ahmad terus menatap kearahnya

Ahmad tersenyum mendengar kekonyolan Alvan. "Abah tidak melihat rupamu yang menawan nak Alvan. Abah cuma ingin tahu penyebab luka lebam dimuka kamu."

Alvan merasa malu pada dirinya yang terlalu percaya diri. "Oh, lebam ini. Kemarin habis berantem sama Erik dan bapaknya."

Seketika Alvan mengingat ibunya. Ingin sekali Alvan berpamit ke mertuanya untuk pergi ke rumah Yono untuk menjemput ibundanya. Tetapi, keadaannya sekarang lagi sama mertua.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Semua langsung menoleh kearah pintu utama. Mendapati anak buah Alvan yang datang dengan berpenampilan rapi seperti hendak menghadiri acara kondangan. Tak lupa, semua anak buah Alvan membawa berbagai macam buah tangan yang tentunya akan di berikan keluarga terhormat.

"Maaf, bah. Alvan tadi lupa bawa ini karena terlalu senang lamarannya diterima."

Berbagai jenis kue, buah-buahan dan juga buket diletakkan ke atas meja hingga memenuhi meja.

"Alvan bohong, bah. Tadi Alvan baru sadar, setelah dua hari nggak bisa bangun. Ibundanya sangat mengenaskan dirumah Yono. Alvan ngotot pengen datang sendiri tanpa ada niat meminta bantuan kami. Padahal kami sudah sangat sedia membantu." Ujar Arden memberi tahu

Ahmad terlihat sangat kaget mendengar penuturan Arden barusan. Lantas Ahmad langsung meminta penjelasan langsung dari mulut Alvan. Alvan menghela nafas panjangnya, setelahnya Alvan mulai menceritakan mulai dari awal sampai akar-akarnya.

Berbeda dengan Ana yang tengah menyimak obrolan di depannya, Ana terkejut mendengar penjelasan Alvan mengenai Herlin.

"Saya sudah membuat rencana. Sedangkan dalam rencana saya terdapat satu atau dua wanita yang akan membawa bunda saya keluar dari rumah Yono. Awalnya saya mau meminta Ana untuk menemani saya, tapi saya takut terjadi sesuatu sama calon istri saya." Ujar Alvan beralih menatap Ana yang selalu menunduk.

"Ana ikut membantu." Balas Ana, semua langsung mengarahkan pandangannya ke arah Ana

Ahmad tersenyum mendengar putrinya yang tampaknya sangat berani. Ahmad juga percaya jika putrinya itu bisa melakukan. "Jangan ragukan putri Abah, udah lima tahun Ana berlatih kuda, anak panah, serta beladiri. Abah pastikan jika Ana bisa melakukan."

"Wah, kayaknya si Alvan bakal kesaing sama istri sendiri." Goda Kenzie meremehkan ketuanya

"Kalau setelah ini, bisa?"

"Bisa."

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!