Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34 terpisah oleh kekuasaan
Entah mengapa tiba-tiba dalam keheningan itu hujan turun dengan derasnya malam itu. Butiran air hujan menimpa halaman besar mansion keluarga Marcovelli di tepi kota.
Langit kelabu seakan ikut menyaksikan bagaimana dua hati yang saling mencintai dipaksa berjalan ke arah yang berlawanan.
Viola berdiri di depan pintu utama, tubuhnya lunglai namun wajahnya tetap terlihat tegar. Di hadapannya berdiri Lucien Marcovelli, Paman kedua sekaligus tangan kanan sang ayah Don Marcovelli terdahulu. Pria itu menatap Viola dengan mata tajam yang tak memberi ruang untuk menolak.
"Waktu main-main mu sudah habis, Nona,"katanya dingin. "Mulai malam ini, kamu kembali ke rumah keluarga besar. Ini bukan permintaan… tapi perintah."
"Aku bukan boneka kalian," jawab Viola dengan suara bergetar tapi tegas. "Aku punya kehidupan sendiri.!"
Lucien melangkah mendekat, suaranya rendah namun penuh tekanan.
"Kamu adalah pewaris Marcovelli. Tanggung jawabmu lebih besar dari sekadar perasaan pribadi. Kau tidak mengerti dunia yang kau masuki, Nona."
Sementara itu di jalan menuju mansion Marcovelli,Jovan mengendarai mobilnya secepat kilat. Ia menerima kabar dari Andre bahwa keluarga Marcovelli akan memaksa Viola kembali ke pusat kekuasaan mereka malam itu juga.
Tangannya mengepal di kemudi, matanya tajam, seolah berusaha menahan amarah yang hampir meledak.
"Mereka nggak bisa seenaknya ngerampas hidup Viola…" gumamnya lirih namun penuh kemarahan.
Sayangnya, ketika Jovan tiba, pagar mansion telah tertutup, dijaga ketat oleh puluhan pengawal bersenjata.
Dari kejauhan, ia melihat Viola duduk di dalam mobil hitam panjang, wajahnya pucat, matanya kosong.
"VIOLA!" teriak Jovan sambil mencoba menerobos.
Para pengawal menahan dan mengarahkan senjata padanya. Mobil hitam itu melaju pelan meninggalkan halaman, dan Jovan hanya bisa berdiri dalam derasnya hujan, menyaksikan wanita yang ia cintai dibawa pergi dari sisinya.
Mobil yang membawa Viola semakin lama semakin menjauh,dan sampai benar-benar tidak terlihat lagi baru lan tubuh Jovan di lepaskan oleh pengawal yang sejak tadi menahan langkah Jovan.
Sementara mobil yang membawa Viola semakin menjauh menuju sebuah pelabuhan di selatan kota di sana telah menunggu sebuah kapal berukuran sangat besar dengan logo "D-M ocean"
Jelas itu kepunyaan keluarga Marcovelli.
Beberapa mobil mewah itu langsung memasuki kapal,dan termasuk ada Viola di dalamnya.
Perlahan kapal mulai bergerak meninggalkan daratan, dan tak kalah membuat Viola bersedih ada sekeping hati yang tertinggal yang sangat ia cintai...
Disisi daratan yang tertinggal...
Hari-hari berikutnya menjadi sunyi dan dingin.
Jovan mencoba menghubungi Viola melalui semua jalur, tapi keluarga Marcovelli memutus semua akses komunikasi.
Setiap pesan dan teleponnya tak pernah sampai.
Sementara itu, di dalam mansion Marcovelli, Viola menjalani hari-hari yang tak pernah ia bayangkan,latihan etika, fisik dan kekuatan serta strategi, dan pertemuan rahasia,dengan orang-orang dunia bawah. Ia harus tampil sebagai pewaris kuat — bukan gadis biasa yang mencintai Jovan.
"Semakin cepat kamu melupakan masa lalu mu,semakin kuat kau menjadi pewaris kami."kata Lucien suatu hari.
Viola tersenyum tipis, tapi dalam hatinya retak perlahan.
Di kamar pribadinya, ia sering berdiri di depan jendela, memandangi kota dari jauh dan berbisik.
"Maafkan aku, Jo… aku bahkan nggak bisa memilih hidupku sendiri."
Sementara itu, di kediaman keluarga Adiwangsa, Maya duduk santai dengan secangkir teh mahal di tangannya. Ia mendengar kabar bahwa Viola kini berada dalam pengawasan ketat keluarga Marcovelli.
Senyum tipis muncul di bibirnya.
"Bagus… biar dia belajar di mana tempatnya."
Ira menatap nyonyanya dengan ragu.
"Nyonya… keluarga Marcovelli bukan orang yang bisa dipermainkan. Ini mungkin justru—"
Maya mengangkat tangannya, menyuruh Ira diam.
"Yang penting sekarang, Jovan mulai menjauh darinya. Itu saja sudah cukup."
Ia tahu, semakin lama Jovan dan Viola terpisah, semakin lemah ikatan mereka. Cinta, bagi Maya, adalah sesuatu yang bisa hancur bila diberi jarak dan waktu. Dan itu semua sedang terjadi… persis seperti rencananya.
Di malam yang sama, Jovan duduk sendirian di ruang tamu apartemennya. Semua kenangan bersama Viola tawa, tangisan, pelukan, dan janji-janji sederhana kini terasa seperti mimpi yang semakin kabur.
"Kau benar-benar pergi tanpa suara…"gumamnya lirih.
Andre mendekat, menepuk bahu Jovan. "Kau masih punya pilihan. Tapi melawan keluarga Marcovelli… itu bukan hal kecil, Jo. Ini bisa membahayakan semua orang."
Jovan menatap lantai, matanya kosong namun hatinya bergejolak.
"Aku nggak akan menyerah begitu saja. Mereka boleh mengurung Viola… tapi mereka nggak akan bisa memadamkan perasaan ini."
Karena ia sadar pada dasarnya....
"Cinta tak selalu mati karena kebencian… kadang ia perlahan terkikis oleh jarak dan waktu yang memisahkan."
