Ayudia Larasati, gadis cantik yang sudah berkali - kali gagal mendapatkan pekerjaan itu, memilih pindah ke desa tempat kelahiran ibunya setelah mendapatkan kabar kalau di sana sedang ada banyak lowongan pekerjaan dengan posisi yang lumayan.
Selain itu, alasan lain kepindahannya adalah karena ingin menghindari mantan kekasihnya yang toxic dan playing victim.
Di sana, ia bertemu dengan seorang pria yang delapan tahun lebih tua darinya bernama Dimas Aryaseno. Pria tampan yang terkenal sebagai pangeran desa. Parasnya memang tampan, namun ia adalah orang yang cukup dingin dan pendiam pada lawan jenis, hingga di kira ia adalah pria 'belok'.
Rumah nenek Laras yang bersebelahan dengan rumah Dimas, membuat mereka cukup sering berinteraksi hingga hubungan mereka pun semakin dekat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Ditemukan Predator
"Ay...."
"Iya, Mas?"
"Masih marah?"
"Enggak, Mas."
"Kok sering diem, kenapa? Ragu sama Mas?" Tanya Dimas pada Laras saat mereka sedang di perjalanan menuju ke kantor Laras.
Laras menatap kekasihnya yang sedang mengemudikan mobil. Ia menarik nafas lalu menyandarkan kepalanya pada lengan kokoh kekasihnya.
"Membangun kepercayaan di tengah gempuran rasa trauma itu gak mudah, Mas. Tapi, walaupun gak mudah akan selalu ada rasa percayaku untuk Mas. Aku percaya, Mas pria baik - baik dan aku percaya kalo Mas akan menjaga kehormatanku." Jawab Laras.
"Terima kasih, sayang. Mas janji, gak akan merusak kepercayaanmu." Kata Dimas yang kini bisa sedikit lega. Sementara Laras, hanya bisa tersenyum dan mengangguk.
"Nanti telfon Mas, lima belas menit sebelum pulang ya, Ay." Pesan Dimas ketika mereka sampai di halaman kantor Laras.
"Mas mau pergi?"
"Ada pekerjaan yang harus Mas selesaikan. Kebetulan kliennya mendadak minta lebih cepat." Jawab Dimas.
"Kok gitu? Gimana sih klien Mas. Mas kan jadi keburu - buru." Cicit Laras.
"Gak masalah, yang penting bayarannya cocok." Jawab Dimas.
"Yaudah, aku masuk ya, Mas. Assalamualaikum." Pamit Laras sambil menyalami Dimas.
"Njih, sayang. Waalaikumsalam." Jawab Dimas yang kemudian mengusap kepala Laras.
Dimas memandangi punggung kekasihnya yang berjalan kian menjauh. Wanita yang dengan tegarnya menanggung rasa trauma sendirian beberapa tahun ini.
Bukannya tak ingin bercerita, ia hanya tak ingin menambah beban orang - orang di sekitarnya, dan Dimas lah sekarang satu - satunya orang yang mengetahui tentang trauma Laras itu.
Percobaan pemerkosaan yang di lakukan oleh mantan kekasih Laras dulu, benar - benar menghancurkan mental seorang Laras selama beberapa waktu. Terlebih lagi, teror dan ancaman - ancaman yang sering kali datang mengganggunya.
Dimas menghembuskan nafas panjang. Ia masih saja merutuki dirinya karena ucapannya semalam. Tapi, jika tidak begitu, ia juga pasti tak akan tau tentang trauma yang di alami Laras.
Sejenak, Dimas menatap ke sudut lain kantor. Ia melihat dua orang pria yang gerak geriknya nampak mencurigakan. Namun, tak ingin berburuk sangka, Dimas pun mengabaikannya dan segera pergi menuju ke tokonya, toh disana ada satpam yang berjaga jika terjadi sesuatu.
Seperti biasa, di saat jam istirahat, Ia dan Laras akan saling mengirim pesan. Tak hanya saling mengingatkan untuk menunaikan kewajiban, mereka biasanya saling bercerita mengenai pekerjaan.
Laras sendiri bilang, kalau dua hari ini pekerjaannya kian padat seiring dengan program baru dari pemerintah setempat yang memberikan jamnin sosial secara gratis.
Warga yang antusias, berbondong - bondong datang mendaftar. Sehingga membuat begitu banyak berkas yang harus segera di selesaikan.
Keduanya berhenti berkomunikasi setelah jam istirahat siang berakhir. Keduanya, kini kembali sibuk dengan kegiatan masing - masing.
"Assalamualaikum, Mas."
["Waalaikumsalam, Ay."]
"Mas dimana?"
["Mas lagi di kantor klien. Ini baru mau turun, kamu udah selesai Ay?"]
"Udah, Mas. Aku chat Mas dari tadi, tapi gak Mas buka. Makanya aku telfon Mas."
["Maaf ya, Ay, belum sempat buka hape tadi. Kamu sendiri atau masih ada temen?"]
"Ga apa - apa, Mas. Aku masih ada beberapa temen kok ini. Satpam juga masih standby."
["Dua puluh menit lagi paling cepet, Mas sampe, Ay. Mudah - mudahan jalannya gak macet. Kamu tunggu dulu gak apa - apa? Atau Mas minta tolong bapak buat nyusul kamu?"]
"Aku tunggu Mas aja. Bapak lagi tarawih kali Mas, jam segini. Lagian gak enak juga sama bapak." Jawab Laras.
["Yaudah, tunggu ya, jangan kemana - mana."]
"Iya, Mas hati - hati bawa mobilnya. Assalamualaikum."
["Njih, sayang. Waalaikumsalam."]
Laras segera menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas setelah menyelesaikan panggilan telfonnya.
"Belum di jemput mas ganteng, Ras?" Goda salah seorang seniornya di kantor.
"Belum, bu. Orangnya lagi di jalan." Jawab Laras yang sudah biasa di goda oleh senior juga rekan - rekannya.
Mereka kerap kali menggoda Laras yang memiliki kekasih paket lengkap. Tampan, baik, perhatian, dan soft spoken.
"Tunggu di dalem aja sama yang lain. Saya duluan kalo gitu. Tuh udah di jemput."
"Iya, bu. Hati - hati ya, bu." Ujar Laras dengan ramah.
Laras sendiri memang terkenal sebagai gadis yang ramah di kantornya. Ia dengan mudah berbaur dengan rekan lain, bahkan gadis ayu itu kerap kali di mintai tolong untuk menangani customer yang rewel.
Satu persatu rekan Laras mulai pulang, hingga menyisakan ia dan dua rekan lain juga satpam yang berjaga.
"Ras, aku sama Lia mau ke atas dulu, kamu mau ikut?"
"Enggak, kak. Aku tunggu di sini aja." Jawab Laras.
"Mas ganteng udah mau sampe ya?" Goda rekannya.
"Hehehe belum tau nih, katanya sih dua puluh menit kalau gak macet." Jawab Laras.
"Yaudah, kita tinggal dulu ya sebentar kok, soalnya sebentar lagi jemputan aku juga sampe."
"Iya kak." Jawab Laras.
Gadis cantik itu celingukan sendiri di teras kantor yang cahayanya remang - remang. Satpam yang berjaga, tampaknya sedang berkeliling memeriksa ruangan.
"Apa kabar, sayang? Ternyata kamu sembunyi di sini selama ini." Suara yang tak asing di telinga Laras, membuat jantung gadis itu tiba - tiba berdebar dengan keras.
"Zaky?" Lirihnya saat melihat sosok pria itu berada tepat di hadapannya.
Ia tak percaya jika pria berengsek itu, mencarinya sampai ke sini. Mungkin memang bukan hal yang sulit bagi pria kaya itu untuk melacak keberadaannya. Namun tetap saja, Laras tak pernah berpikir kalau pria itu akan benar - benar mencarinya.
"Kenapa? Kangen sama aku? Aku kangen banget sama kamu! Untungnya gak sia - sia aku bayar orang buat cari kamu di wilayah ini." Ujar Zaky.
"Mau apa kamu?" Tanya Laras yang perlahan mundur untuk menjauh dari Zaky yang berjalan kian mendekat.
"Aku? Aku kan udah bilang kalau kangen sama kamu. Lagi pula, emangnya kamu lupa kalau aku gak bisa jauh dari kamu, sayang." Jawab Zaky yang membuat sekujur tubuh Laras merinding.
Sungguh, pria di hadapannya ini benar - benar membuatnya jijik. Sialnya, kini pria yang membuatnya trauma itu berhasil menemukannya.
"Weeiiits, mau kemana kamu, sayang?" Zaky mencekal tangan Laras yang hendak lari.
"Lepasin, jangan macem - macem! Toloooonggggg!!!!!! Lia, kak Anggun, Tolooooonggg!!!!" Seru Laras sekonyong - konyong.
Zaky langsung membekap mulut Laras yang baru saja berteriak. Suasana jalananpun sepi, karena saat ini adalah jam sholat tarawih.
"Jangan macam - macam, sayang. Aku cuma mau melepas rinduku yang terpendam selama ini." Bisik Zaky.
Mendengar itu, tubuh Laras pun bergetar. Keringat dingin mulai mengalir, bersamaan dengan air mara yang menerobos tanpa permisi.
Laras berusaha melepaskan diri, namun pria brengsek yang menyeretnya ke tempat gelap ini, jauh lebih kuat darinya.
Sekuat tanaga, Laras terus memberontak. Melawan pria yang dengan kurang ajarnya mulai berusaha menjamah tubuhnya.
Angin segar terasa menyapa, kala netranya menangkap cahaya lampu mobil yang memasuki halaman kantor.
Laras semakin keras memberontak saat menyadari kalau mobil itu adalah mobil Dimas, dan kekasihnya itu kini turun dari mobil untuk mencarinya.
Dimas berjalan ke arah teras kantor yang nampak sepi. Pria itu menanyakan keberadaan Laras pada dua satpam yang baru saja keluar dari dalam kantor.
Laras menginjak kuat kaki Zaky yang sedang lengah dengan menggunakan sepatu heelsnya. Ia lalu menggigit tangan Zaky yang membekap mulutnya.
"MAS DIMAAAASSSS!!! TOLOOONGGGGG...!!!" Teriak Laras sekencang - kencangnya sebelum Zaky kembali membekap mulutnya.
semangat trs dgn karyamu tor
aku penggemar setiamu
ayo Dim tlp Bapak & Ibu, biar Lusa langsung SAH 😀 jd kan plg statusnya udah berubah HALAL 🤭😅