Kisah dua wanita cantik yang terlahir dari ibu yang berbeda, terapi memiliki ayah yang sama. Morgan Tan memilki dua orang istri, anak dari pernikahan resmi bernama Pricilia Tan dan satu anaknya terlahir dari sebuah kesalahan bernama Claudia Tan.
Demi ingin mendapat pengakuan marga Tan dari sang Ayah, Claudia harus menggantikan posisi sang kakak sebagai istri dan menikah dengan Edward yang merupakan pewaris tunggal dari keluarga Chen.
Takut akan rumor dan kondisi buruk Edward, kelurga Tan sengaja menukar anak gadisnya Pricilia dengan anak haram Morgan Tan yaitu Claudia. Apalagi terdengar rumor pria tersebut memilki penyakit aneh dan istri-istrinya meninggal secara misterius.
Lalu, bagaimana kah nasib Claudia di tangan kelurga Chen?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman malam pertama
Ku tatap wajah wanita penuh drama ini, bukan hanya ingin menampar wajahnya tetapi juga menjambak rambutnya. Ku tahan emosi karena banyak yang menonton.
"Aku yang seharusnya bertanya pada mu, Kemana saja kau selama ini! Bahkan telepon mu tidak bisa aku hubungi!" ucapnya, bahkan nada suaranya mulai meninggi.
Aku tersentak dengan ucapan Joseph, tapi sepertinya Joseph tidak tahu kalau aku sudah menikah. Mungkin saja Pricilia belum menceritakan semuanya. Aku langsung terdiam, bahkan lidah ku terasa kelu. Ku telan salivaku yang terasa pahit.
"Jawab Claudia! bentak Joseph dengan tatapan intimidasi.
"Kakak, jangan marah-marah disini." Pricilla membujuk kekasih ku, ahh bukan, tepat nya mantan kekasih, dengan suara lembut mendayu.
Rio mendekati ku dan berbisik "Tidak usah kamu ladenin mereka, akan banyak orang yang melihat kesini."
Ku hela napas panjang dan melangkah pergi di ikuti Rio.
"Claudia tunggu!" Joseph mengejar dan menarik lenganku.
"Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!" kataku sambil menepis tangannya.
"Kamu berhutang penjelasan padaku!" ucap Joseph dengan raut wajah penuh tanya.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi, aku ingin akhiri semuanya!"
Wajah Joseph berubah suram "Apa maksud perkataan mu?!
Ku tatap wajah pria tampan pria di depan ku. Joseph adalah kekasih ku yang sudah tiga tahun menjalin hubungan. Joseph sedang melanjutkan sekolahnya di Oxford Inggris. Bahkan aku tidak memberitahu Joseph tentang pernikahan ku dengan tuan Chen secara diam-diam. Ku pikir akan membicarakan semua ini setelah ia pulang dari inggris, namun kenapa tiba-tiba ia sudah ada di Jakarta?
"Nanti bila ada waktu yang tepat, aku akan ceritakan semuanya pada mu." ucap ku tidak ingin berdebat.
Setelah berbicara singkat aku melangkah pergi, Joseph tidak mengejar ku lagi, sebab di tahan oleh Pricilia. Wanita ular yang selalu jadi orang ketiga dalam hubungan ku dengan Joseph.
Aku keluar dari night clubs ditemani Tio. Kami duduk di sebuah taman, Namun Melly tidak menampakkan batang hidungnya. ku raih ponsel dari dalam tas dan ingin menghubungi dia, tetapi Melly sudah memberikan kabar kalau dia tidak bisa datang, di karena kan ia harus lembur di tempat kerjanya.
"Apa yang barusan aku dengar tidak salah kan?" tanya Tio yang duduk di samping ku.
"Maksud mu?"
"Kalau kamu sudah menikah." ucap Tio spontan
Seketika aku terdiam dengan kepala tertunduk. Ku hela napas berat dan tidak berniat menjelaskan apapun pada Tio yang mendengar pertengkaran ku tadi dengan Pricilia.
"Kenapa kamu diam? Tanya Tio sambil menatap ku penuh tanya.
"Aku hanya sedang tidak ingin di tanya." balasku datar dengan tatapan kedepan.
"Aku ini juga sahabat mu, kenapa kamu mulai tertutup dan nggak mau cerita."
"Karena masalah ku tidak ada hubungannya dengan siapa pun." ku tepuk bahu Tio "Bila suatu saat aku butuh teman cerita, kamu orang pertama yang aku kasih tahu." kataku sambil tersenyum
"Clau, bila kamu ingin melanjutkan kuliah, aku ada sedikit tabungan. Kamu bisa menggunakan nya. Asalkan kuliah mu jangan putus."
"Tidak Tio, kamu simpan saja tabungan mu untuk masa depan mu " tolak ku halus
Aku terharu dengan ketulusan Tio, bola mataku mulai berembun. walaupun aku terlahir dari ibu yang tidak memiliki status sosial, tetapi ayahku masih sanggup membiayai kuliah ku. Namun aku harus berhenti kuliah di karenakan menikah dengan keluarga Chen. Keputusan yang ku buat sudah bulat, semua ini demi mempertahankan posisi ibuku yang hanya jadi istri kedua ayah ku.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang.
"Melly tidak jadi datang, aku harus segera pulang."
"Biar aku antar kamu pulang."
"Tidak usah Tio, aku bisa pulang sendiri."
"Tidak apa-apa, sudah lama juga aku ingin curhat dengan mu."
Aku tetap menolak, dan tidak ingin berdebat
"Kamu masih bekerja, bila ada waktu senggang aku akan datang kesini lagi, oke?"
Tio mengangguk dan memesan kan taxi online untuk ku. Selama di perjalanan aku mulai was-was dan berharap Anna tidak ketahuan oleh bibi Helen, wanita dingin kaki tangannya nenek Chen.
Mobil menghentikan ku di tepi jalan, tidak jauh dari mansion. Aku menghubungi Anna, Namun panggilan ku tidak di respon, pesan ku juga tidak di balas. Aku mulai khawatir takut terjadi apa-apa dengan Anna. Ku buka pintu belakang tetapi terkunci rapat.
"Ya Tuhan, dimana Anna?
Ku coba menghubungi nya lagi, terapi tidak ada jawaban. Lama menunggu akhirnya gerbang terbuka juga.
"Anna, kenapa lama sekali buka pintunya." kataku sambil melangkah masuk kedalam. Alangkah terkejutnya aku saat menoleh, ternyata yang membukakan pintu bukan Anna, tetapi bibi Helen sambil menatap ku tajam.
"Bi-bi Helen." ucapku gugup.
"Bi.. saya mohon, jangan bilang sama nenek Chen." kataku memohon, aku tidak ingin mendapatkan humukan lagi.
Wanita dingin itu tidak bicara apa-apa, ia melangkah pergi masuk kedalam mansion dari pintu belakang. Aku mengikutinya dan berharap nenek Chen bisa mengampuni ku.
Namun saat sudah berada di dalam ruangan aku tidak melihat sosok wanita tua itu. Bibi Helen menoleh pada ku dan berkata.
"Cepat masuk ke kamar mu, saya sudah siapkan air hangat untuk mandi." kata bi Helen, yang tumben-tumbennya menyiapkan aku air hangat.
Aku mengangguk dan sebelum wanita itu berubah pikiran buru-buru aku menaiki anak tangga. Di ujung tangga aku sempat melihat bibi Helen menatap ku dengan tatapan yang tidak aku mengerti.
Aku masuk kedalam kamar dan bernafas lega, Lalu membuka seluruh pakaian ku untuk mandi di dalam bathtub. Aroma bunga sedap malam menguar di indra penciuman ku, aku menikmati air hangat yang sudah bibi Helen siapkan.Tapi bagiku terasa aneh, kenapa dia tidak marah atau menghukum ku? Bukankah setiap kesalahan pasti ada balasan nya di tempat ini. Memikirkan hal itu hanya membuat ku lelah.
Aku keluar dari bathtub dan melangkah keluar, tiba-tiba lampu mati. Ku langkahkan kakiku menuju pintu untuk menyalakan saklar lampu, tetapi lampu tidak mau menyala. Perasaan ku mulai was-was dan takut kejadian malam itu terulang kembali. Ku kunci handle pintu agar tidak ada yang masuk kedalam kamar.
"Untung sudah ku kunci pintunya." ucap ku sambil bernafas lega.
Ternyata dugaan ku salah, tiba-tiba dari belakang punggung ku ada yang mendekap tubuh ku, Aku terkejut dan reflek berteriak. Tetapi tangan besarnya berhasil menarik handukku hingga terlepas.
"Ku mohon jangan lakukan!" pintuku sambil mundur kebelakang
"Apakah kau Tuan Chen?! Tanyaku dengan nada ketakutan.
Tidak ada jawaban dari pria itu, Namun nafasnya terdengar berat. Kakiku makin mundur kebelakang hingga membentur dinding.
"Kenapa kamu tidak mau menampakkan wajah mu? Apakah wajahmu sangat menakutkan? Tanya ku yang semakin penasaran.
Aku tidak dapat melihat sekitar kamar karena gelap, hanya suara langkah kaki yang semakin berjalan mendekat. Pria itu menjamah tubuhku yang telanjang bulat dengan kedua tangannya, lalu melumat bibirku dengan rakus, aku tidak bisa bernafas dan berusaha berontak. Namun tenagaku kalah kuat darinya.
💜💜💜
Yuk ikuti terus kelanjutannya, jangan lupa like setelah membaca, kasih Vote/gift, berikan RATE BINTANG 5 DAN KOMENTAR KALIAN YA.
jangan bohong kamu Chen pdhl udh d sentuh berkali kali tuh istrinya nek yah engg pa pa kan udh halal itu lagian engg ada sesuatu yg terjadi kan Ama kamu tuan Chen berarti penyakitmu sudah sembuh ya kan
Mantap bunda
Hatur nuhun