NovelToon NovelToon
Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Bangkitnya Sang Putra Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Irawan Hadi Mm

Waren Wiratama, 25 tahun adalah seorang pencuri profesional di kehidupan modern. Dia dikhianati sahabatnya Reza, ketika mencuri berlian di sebuah museum langka. Ketika dia di habisi, ledakan itu memicu reaksi sebuah batu permata langka. Yang melemparkannya ke 1000 tahun sebelumnya. Kerajaan Suranegara. Waren berpindah ke tubuh seorang pemuda bodoh berusia 18 tahun. Bernama Wiratama, yang seluruh keluarganya dihabisi oleh kerajaan karena dituduh berkhianat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 19

Warren tersenyum, dan apa yang dilakukan oleh Warren itu membuat ketujuh orang yang ada di hadapannya melirik satu sama lain. Karena mereka juga orang-orang yang sudah berpengalaman Jadi mereka tahu kalau orang yang ada di hadapan mereka ini mungkin saja tidak benar-benar bodohh.

"Bukan giliranku. Tapi giliran kalian!" lantang Warren dengan begitu yakin.

'Sistem'

[Ting]

'Buat aku menjadi ahli beladiri tak terkalahkan. Kali ini untuk selamanya'

Warren terlihat serius dengan raut wajahnya.

[Penukaran berhasil, 100 barang emas untuk menjadi ahli beladiri tanpa tanding selamanya]

Tentu saja, itu bukan harga yang murah untuk sebuah penukaran akan tetapi orang memang membutuhkannya dengan cepat.

Dua orang yang menyamar menjadi prajurit itu pun segera maju.

Pedang panjang berayun deras dari kanan ke kiri. Warren mundur cepat, nyaris terkena sapuan baja itu. Dentumannya menghantam batang pohon di belakang, kayu keras terbelah sebagian. Tenaga serangan itu nyaris tak masuk akal.

Kelima orang lainnya masih terlihat waspada. Mereka ini bisa melihat dengan jelas bahwa orang yang mereka anggap bodohh itu ternyata tidak seperti yang mereka remehkan.

Warren tahu dia tak bisa bertahan terlalu lama. Dengan gesit, dia menunduk dan menyelinap ke sisi lawan. Tinju kerasnya meluncur menghantam rusuk pria itu. Tubuh lawan terhuyung, tapi pedang kembali berputar, kali ini menusuk lurus ke arah dada. Warren berbalik cepat, kakinya menghantam tanah, lalu melompat sedikit ke samping. Bilah pedang itu hanya mengiris udara.

Kesempatan datang ketika ayunan pedang terlalu jauh. Warren menangkap pergelangan tangan lawan, lalu menghantamkannya ke lutut. Suara tulang berderak samar terdengar. Pedang terlepas dan jatuh di tanah berumput. Tanpa senjata, lawan masih mencoba memukul dengan tinju, namun Warren memutar tubuh, menghantamkan siku ke wajahnya. Darah memercik dari hidung pria itu sebelum akhirnya ia roboh ke tanah, merintih tak berdaya. Dan beberapa detik kemudian, kelima orang lainnya ternganga. Mereka tak percaya, rekan mereka yang memiliki ilmu pedang terbaik dari kawanan mereka ini dilumpuhkan oleh satu orang yang dianggap bodohh.

Belum sempat Warren menarik napas, suara cambuk meledak di udara.

Krakk

Ujungnya menghantam tanah di depan kaki Warren, membuat debu beterbangan.

Serangan berikutnya menyambar dari samping, Warren melompat ke belakang, hampir saja pipinya terkoyak. Lawan ini lebih lincah, kakinya ringan, cambuknya bisa berputar cepat seperti ular yang meliuk-liuk di udara.

Warren bergerak berkelit, matanya tak pernah lepas dari ujung cambuk yang berkilat oleh bulan. Ia tahu, satu saja terkena, kulitnya bisa robek parah. Saat cambuk menyambar lagi, Warren merunduk rendah, lalu meraih segenggam tanah berpasir. Dengan satu gerakan cepat, ia melemparkannya tepat ke wajah lawan.

Si cambuk menjerit, matanya perih. Ayunan cambuk berikutnya kehilangan arah, membentur tanah keras dan melilit batang pohon kecil di samping jalan. Warren tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia berlari mendekat, melompati cambuk yang terlilit, lalu menghantamkan lututnya ke dada lawan.

Pria itu terhempas ke tanah, terbatuk keras, udara keluar dari paru-parunya. Warren menekan bahunya, menghantamkan pukulan terakhir ke rahangnya. Tubuh lawan terkulai, tak bergerak lagi.

Warren sama sekali tidak ingin membuang-buang waktu. Seluruh rombongan keluarganya akan mengkhawatirkannya kalau dia terlalu lama menanggapi orang-orang ini.

Malam semakin larut. Cahaya bulan hanya sesekali menembus rimbun dedaunan, membuat jalan tanah di pinggir hutan itu tampak seperti lorong gelap. Warren berdiri di tengah jalan, napasnya masih berat setelah menjatuhkan dua penyamar prajurit sebelumnya. Tubuhnya berpeluh, tapi matanya tetap tajam, menyapu sekeliling.

Dan tentu saja, tatapannya menatap tajam ke arah 5 orang yang berpakaian seperti tahanan pengasingan. Dua orang wanita tampak saling pandang.

Tiba-tiba mereka maju bersamaan. Lima orang yang tadinya bersikap seolah orang lemah karena mereka memang menyamar menjadi tahanan pengasingan itu bergerak dari segala arah. Belati-belati berkilat dalam cahaya bulan, menusuk dan mengiris dari kanan, kiri, depan, bahkan belakang.

Tapi, hal itu sama sekali tidak membuat waran merasa gentar atau takut di dalam hatinya. Dia malah semakin tubuhnya menjadi panas dan semakin dia merasa tubuhnya panas dia akan menjadi semakin kuat.

Warren melompat mundur, tubuhnya merunduk rendah. Belati pertama melintas di atas kepala, hanya beberapa jengkal. Sabetan kedua datang dari sisi kiri, ia memutar tubuh dan menangkis dengan lengan. Percikan darah tipis muncul di kulitnya, goresan kecil, tapi cukup membuatnya sadar betapa tipis jarak antara hidup dan mati.

Warren tersenyum sejenak. Dia benar-benar menikmati pertarungan seperti ini.

Pria bertubuh besar, si tahanan kedua, menyodokkann belati lurus ke arah dada Warren. Dengan reflek, Warren memukul tangan lawan, membuat arah tusukan melenceng, lalu menendang perutnya keras-keras. Tubuh besar itu terhempas mundur, tapi tiga orang lain segera menggantikan posisinya.

Warren tidak gentar. Dia merasa kamu sudah lama sekali dia tidak bertarung seperti ini. Hal ini membuat otot-ototnya sepertinya sangat ringan. Alih-alih merasa khawatir, karena saat ini dia bisa dikatakan sedang dikeroyok. Wajah Warren terlihat semakin senang.

"Bedebahh!" seru salah satunya yang merasa kesal.

Bagaimana wajah pria di depannya itu bisa setenang itu menghadapi 5 orang yang jelas-jelas ilmu beladiri nya tidak bisa diremehkan.

"Jangan banyak mengumpat. Nanti cepat matii!" ejek Warren.

Dan hal itu membuat kelimanya semakin mengeram marah. Bisa-bisanya Warren bicara seperti itu saat dia hanya dengan tangan kosong saja menghadapi 5 orang dengan belati di tangan mereka.

Mereka tidak memberi celah. Satu orang berusaha menusuk dari belakang, satu lagi dari samping kanan. Warren merendah, berputar, membiarkan dua tusukan itu hampir saling bertabrakan. Kedua musuh itu terkejut, hampir melukai satu sama lain. Warren memanfaatkan momen itu, sikutnya menghantam wajah si kurus berambut panjang hingga gigi patah berhamburan.

Warren, bahkan masih sempat meledek ke arah pria yang baru saja dia kalahkan itu dengan ekspresi wajah yang membuat ke empat lainnya menjadi lebih marah.

Namun serangan balasan datang cepat. Si wanita bermata dingin menyerang dengan gerakan yang terlatih, belatinya berputar, menusuk lurus seperti ular. Warren menangkis dengan lengan, tapi tajamnya bilah tetap menggores kulitnya. Rasa perih membakar lengannya, namun ia menahan rasa sakit, lalu memukul dada wanita itu dengan telapak terbuka.

"Aduh.. " kata Warren spontan sambil melihat ke arah telapak tangannya.

Karena baru saja dia memukul ke arah yang mungkin saja tidak seharusnya. Dia memukul ke arah dada seorang wanita. Itu agak membuatnya merasa tidak enak hati sebenarnya.

Saat itu juga, wanita yang lain menghantam dari sisi lain. Belatinya nyaris menancap di pinggang Warren. Dengan terpaksa, Warren meraih pergelangan tangannya, memutar kasar, hingga terdengar suara tulang sendi terkilir. Belati terjatuh, dan Warren menendangnya jauh ke semak.

Brukkk

"Aduh, sakit ya! lagian kalian para wanita kenapa harus jadi pembunuh sih?" tanya Warren.

***

Bersambung...

1
Nudu
semangat terus kak
hamba allah
di tunggu up nya thor
Leslie Cheung
maju terus thor
Leslie Cheung
up terus donk thor
Saputra
lanjutkan up nya thor
Uswatun Chasanah
semangat terus thor
Erlina Vikha
jangan lupa up nya thor
Gerry
lanjutkan thor up berikut nya
Uswatun Chasanah
buruan up donk thor
Erlina Vikha
di tunggu up thor
Uswatun Chasanah
sangat keren
Erlina Vikha
lanjutkan thor
Abdulah FC
sedikit ada adegan hottt nya donk thor
My love
up nya jangan lama" thor
My love
semangat thor
My love
pokok'e the best
astutiq
semangat thor
lanjutkan di tunggu up berikut nya
Arman Sadikin
Semangat
Henry
Bagus, Gak bertele-tele
Rizky Fathur
cepat Buat mcnya bikin kerajaan terkuat bikin mcnya kuat Dan bantai raja itu dengan kejam Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!