DOKTER LEGENDARIS BERMATA EMAS

Tiba-tiba saja Arjuna langsung berlutut di hadapan Javier, sehingga membuat Javier terkejut.

"Saya mohon, tolong sembuhkan putri saya!" Arjuna tampak memohon sekali.

Kesembuhan putrinya adalah yang paling utama. Walaupun dirinya merupakan pemilik dari perusahaan terbesar di kota ini, namun demi putrinya, Arjuna tidak segan untuk berlutut.

"Katakan apa yang tuan Javier inginkan, apapun akan saya lakukan, asalkan anda bersedia membantu," sambung Arjuna.

Javier juga menjadi tidak enak dengan tindakan Arjuna ini. Arjuna lebih tua umurnya darinya, tapi malah berlutut seperti ini di hadapannya.

"Tuan Arjuna, anda berdiri terlebih dahulu," Javier membantu Arjuna untuk berdiri kembali.

"Anda jangan seperti ini, saya pasti akan membantu anda," sambung Javier.

"Terima kasih banyak," Arjuna juga membungkuk kepada Javier.

Javier menjelaskan bahwa untuk dapat menyembuhkan nona Anisa sepenuhnya dirinya membutuhkan waktu beberapa hari. Hari ini sudah cukup, besok Javier akan datang lagi.

Mereka juga mulai mengobrol, Arjuna memperlakukan Javier dengan begitu sopan dan hormat saat ini. Arjuna sudah tidak sabar untuk melihat putrinya kembali sadar dan sembuh.

Belasan menit kemudian, Javier juga pamit untuk pergi. Arjuna dan Karlina mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah. Karlina awalnya menawarkan diri untuk mengantarkan Javier menggunakan mobilnya, tapi Javier menolaknya.

Javier juga telah berjalan pergi keluar dari gerbang rumah Arjuna. Clara yang melihat Javier muncul juga segera turun dari mobilnya dan menghampirinya.

"Javier..." ujar Clara.

"Clara..." Javier tampak terkejut.

"Ada yang ingin aku katakan kepadamu, bisakah kamu ikut denganku?" tanya Clara.

Javier diam sejenak, dirinya tidak tahu tujuan Clara meminta dirinya untuk ikut, namun akhirnya juga memutuskan untuk ikut pergi dengan Clara.

Kini Javier dan Clara juga sudah berada di dalam mobil. Ini pertama kalinya mereka kembali duduk berdekatan setelah bercerai.

"Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Javier.

"Javier, aku berterima kasih atas bantuan mu tadi, jika tidak ada kamu, aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya," jawab Clara.

"Ya, aku hanya kebetulan lewat saja tadi," ujar Javier sambil memandang ke arah jendela pintu mobil.

Clara tidak menyangka kini sikap Javier tampak cuek kepadanya. Tidak seperti ketika mereka masih menjadi suami istri dulu.

Javier sendiri di dalam hatinya masih merasa sangat kecewa kepada Clara. Bukan karena sikap Clara di saat masih menjadi istrinya, tapi karena selama ini Clara tidak pernah percaya sedikitpun kepadanya.

"Em... Javier, sebenarnya aku juga ingin meminta maaf kepadamu," ujar Clara dengan sedikit ragu.

"Aku sudah salah paham kepadamu, kini aku sudah tahu semuanya," sambung Clara.

Clara melanjutkan bahwa dirinya sudah tahu kejadian di kamar hotel tempo hari adalah sebuah kesalahpahaman. Clara menyesal karena telah menuduh Javier yang bukan-bukan, padahal Javier adalah orang yang menolongnya.

Clara juga sudah tahu bahwa Javier lah orang yang mengirimkan bunga dari negara Mayasofa dan juga melunasi hutang perusahaannya.

"Javier, kamu maafkanlah aku!" sambung Clara dengan bersungguh-sungguh.

Javier hanya tersenyum kecil di bibirnya mengetahui Clara telah mengetahui kejadian sebenarnya. Namun perasaan Javier masih sakit bila mengingatnya.

Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat penting bagi sebuah hubungan. Dari hal seperti itu saja, Javier sadar bahwa dirinya tidak berarti apa-apa di matanya.

Bertahan juga akan semakin membuat dirinya menderita, seperti ini juga sudah lebih baik, pikir Javier.

"Semua sudah berlalu, aku juga sudah melupakannya," balas Javier.

Clara tidak menyangka bahwa reaksi Javier hanya seperti ini saja, padahal dirinya sudah meminta maaf.

"Aku sudah meminta maaf, apa kamu masih marah kepadaku?" tanya Clara.

"Tidak ada gunanya aku untuk marah," jawab Javier.

Clara merasakan bahwa Javier yang sekarang benar-benar telah berubah dari Javier yang dulu. Dahulu Javier selalu berkata lembut kepadanya dan begitu perhatian.

Clara juga mulai mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Sebuah kartu bank berwarna hitam Clara keluarkan dan dia berikan kepada Javier.

"Javier, ini adalah kartu bank mu, aku menemukannya di lemari kamarmu," ujar Clara.

"Tidak perlu kamu kembalikan, aku memang sengaja meninggalkannya," balas Javier menolak.

"Aku yakin kamu juga telah melihat isi di dalamnya, anggap saja sebagai bayaran untuk diriku yang selama ini menumpang hidup di rumah keluarga mu," sambung Javier.

"Aku rasa uang di dalamnya lebih dari cukup," sambung Javier lagi.

Clara tampak kaget mendengar jawaban Javier yang seperti ini. Seketika perasaannya terasa sakit dan tidak nyaman.

"Kenapa kamu berbicara seperti itu?" tanya Clara.

Javier hanya diam saja tanpa melihat ke arah Clara sedikit pun. Di dalam hatinya, rasa kecewa Javier sudah teramat dalam dengan terhadap Clara.

Padahal pengorbanannya selama menikah begitu besar, dirinya rela melakukan apapun dan di hina seperti apapun oleh semua orang. Semua itu dia lakukan karena rasa cintanya terhadap Clara. Namun orang yang dia cintai ternyata sama sekali tidak pernah suka terhadapnya.

"Jika sudah tidak ada yang di bicarakan, aku turun di sini saja," ujar Javier hendak membuka pintu mobil.

"Tunggu sebentar!" Clara juga langsung menghentikannya.

"Ada apa lagi?" tanya Javier.

"Javier, apa kamu adalah sosok dokter legendaris bermata emas yang sangat terkenal dan misterius itu?" balas Clara bertanya balik.

Javier seketika kaget karena Clara menanyakan hal itu, tampaknya Clara juga telah menyadarinya. Javier berpikir juga tidak perlu menutupinya lagi, karena Clara juga sudah mengetahuinya.

"Iya itu aku," jawab Javier.

Clara benar-benar tidak menyangka, Javier ternyata benar-benar dokter legendaris yang sangat terkenal. Identitas suaminya ternyata adalah orang yang sangat luar biasa.

Semua juga terasa masuk akal saat ini, wajar saja Javier bisa membantu menyelesaikan setiap masalah yang di hadapinya. Bahkan Javier pernah berkata, apapun yang di inginkannya, maka Javier pasti akan memberikannya.

"Kenapa kamu selama ini merahasiakannya dariku?" tanya Clara.

"Apa itu penting bagimu?" balas Javier.

"Kamu bahkan tidak pernah sedikitpun percaya kepadaku, aku rasa kamu juga tidak pernah menganggap ku," sambung Javier.

"Jika aku ternyata adalah orang biasa, kmu dan seluruh keluargamu akan terus merendahkan dan menghinaku."

"Jika kalian tahu status asliku, kalian akan memperlakukannya seperti raja, apa status begitu penting bagi kalian?" Javier juga mulai emosi.

"Bukan begitu," sangkal Clara.

Clara juga merasa tidak enak dengan perkataan Javier. Tidak pernah terbesit di benaknya tentang apa yang di katakan Javier ini.

"Aku hanya..." Clara sulit berkata-kata.

Ada suatu kalimat di dalam hatinya yang sangat sulit untuk terucap. kalimat tersebut adalah "ketika kamu pergi, entah mengapa aku merasa kehilangan".

"Sudahlah, kita juga sudah bercerai, kedepannya kita juga tidak perlu bertemu lagi," ujar Javier.

Javier turun dari mobil dan langsung melangkah pergi. Sementara entah mengapa tiba-tiba saja air mata Clara jatuh dengan sendirinya.

"Aku menangis..." pikir Clara.

Esok harinya, Javier juga telah berada lagi di rumah Arjuna. Kedatangan Javier ini adalah untuk membantu menyembuhkan Anisa.

Javier sedang bersiap melakukan teknik akupuntur di bagian kepala dari Anisa. Sementara di belakangnya ada Arjuna yang melihatnya dengan penuh harap. Di sana juga ada dua orang perawat wanita yang bertugas setiap hari merawat Anisa.

"Wanita ini cantik juga, sayang sekali karena harus seperti ini," pikir Javier.

"Kamu beruntung bisa bertemu denganku, aku akan menyembuhkan mu," ucap Javier dalam hati.

Javier mulai menancapkan 3 buah jarum perak di bagian kepala Anisa. Seketika cahaya emas keluar dari kedua mata Javier.