Cinta Itu Terlalu Dalam

Kiara yang sudah mulai masuk kuliah itu, setiap hari diantar dan dijemput oleh Arya. Bahakan Arya selalu memperhatikan penampilannya ketika ke kampus.

Arya rela berganti pakaian saat menjemput istrinya, dia tak mau ada lelaki mana pun menatap Kiara. Meskipun tak ada yang tau kalau mereka telah menikah.

Siang menjelang sore hari itu, Arya tidak sempat menjemput Kiara, karena ada pekerjaan. Kiara pun memutuskan untuk naik taksi.

Menggunakan taksi online, Kiara menyusul Arya ke kantornya. Tanpa memberikan kabar sebelum nya. Berjalan masuk ke lobi kantor, dan menuju lift untuk keruangan Arya.

Pintu ruangan itu tertutup rapat, dia ingin memberikan surprise dengan membawakan kue kesukaan Arya. Membuka pintu ruangan itu dengan senyuman.

Namun betapa kagetnya Kiara begitu melihat apa yang terjadi diruangan itu. Kue yang dibawanya jatuh berhamburan.

Melihat suaminya sedang berpelukan dengan wanita lain.

"Kiara!" ucap Arya yang begitu kaget.

Kiara diam membisu ditempat nya, tubuhnya seakan kaku tak bergerak. Hatinya hancur berkeping-keping.

Arya berjalan mendekat kearah Kiara, menatap gadis di hadapannya yang pipinya telah basah oleh air mata.

"Kiara, apa yang kamu lihat itu tidak benar!" ucap Arya yang menyentuh kedua pundak Kiara.

Namun Kiara hanya diam, hanya air mata yang menjawab semua perkataan Arya.

"Arya siapa perempuan ini?" tanya perempuan berambut sebahu dengan rok pendek diatas lutut itu.

Perempuan itu merangkul pinggang Arya, dengan sikap yang manja.

"Lepaskan saya!" ucap Arya yang menepis tangan tersebut.

"Kamu kenapa Arya, biasanya Kita juga melakukan lebih dari ini." ucap perempuan itu sambil menatap tajam ke arah Kiara.

"Tutup mulut kamu!" ucap Arya.

"Apa perempuan ini yang sudah menggantikan ku?" tanya perempuan itu.

Dan kata-kata itu langsung membuat Kiara sadar, kalau yang berada dihadapannya adalah Felicia. Tapi kenapa sekarang dia kembali? Tanya Kiara didalam hatinya.

Disaat dia dan Arya sudah saling dekat, dan dia yang begitu mencintai Arya. Dan telah menerima pernikahan mereka.

Perempuan itu, menarik Arya menjauh dan dia berjalan begitu dekat dengan Kiara.

"Ternyata kamu perempuan itu yang merebut Arya dari ku?" ucap Felicia.

"Tapi perlu kamu tau, kalau Arya hanya mencintai aku selamanya. Kamu hanya pelampiasan saja." ucap Felicia sambil tersenyum sinis.

Kiara masih diam ditempat nya, tak satu katapun keluar dari mulutnya. Hatinya teriris oleh perkataan Felicia.

"Sekarang, aku sudah kembali. Jadi kamu harus pergi dari hidup Arya!"

" Felicia cukup!" bentak Arya.

Berjalan mendekat, dan menjauhkan perempuan yang pernah dicintainya selama lima tahun itu dari Kiara.

"Kiara, semua sudah berakhir. Kamu tau itu kan?" menggenggam jemari Kiara yang saat itu masih diam.

Dan tiba-tiba Kiara melepaskan tangan Arya dari nya, menghapus air mata dan pergi dari hadapan Arya.

Arya ingin mengejar Kiara, namun dicegah oleh Felicia yang menariknya dan menutup pintu ruangan Arya.

"Pindah dari situ!" ucap Arya dengan marah.

Karena saat itu Felicia sengaja berdiri dipintu supaya Arya tidak bisa membuka pintu.

"Sekarang kamu pergi dari sini!" suara Arya kembali meninggi.

"Kalau kamu memaksa untuk mengejar wanita itu. Aku bisa saja berteriak dan mengatakan kalau kamu telah melecehkan aku."

" Dan kamu tau, itu pasti akan menghancurkan reputasi kamu."

"Dasar perempuan gila, apa mau kamu?" tanya Arya.

"Aku hanya ingin kamu kembali ke pelukan ku Arya."

" Itu mustahil " jawab Arya.

Namun dia juga tak ingin gegabah, karena dia tau bagaimana Felicia sebenarnya.

Dilain tempat Kiara yang sedang berada didalam taksi, masih mencoba menenangkan dirinya. Saat ini dia bingung kemana dia akan pergi.

Tapi dia masih punya waktu sekitar dua Minggu lagi bersama Arya. Apakah dia harus bertahan? Pertanyaan yang tak dapat dia jawab saat itu.

Kiara pulang kerumah Arya dengan mata yang sembab. Tak pernah terpikir oleh dirinya, kalau akan melihat Arya dan perempuan bernama Felicia itu.

"Nyonya!" panggil Bik Marni begitu melihat Kiara.

"Iya Bik!" jawab Kiara, namun tak menatap Bik Marni.

"Kok tumben pulang sendirian?" tanya Bik Marni yang melihat sikap Kiara tidak seperti biasanya.

"Iya Bik, Kiara kekamar dulu!" pamitnya pada Bik Marni.

Kiara mempercepat langkahnya menaiki tangga. Dia tak ingin Bik Marni melihat dirinya yang baru saja menangis.

Buru-buru mandi dan berganti pakaian. Namun pikirannya masih kacau, dia bingung apa yang akan dilakukan nya setelah ini.

Pintu kamar terbuka lebar, Kiara mengalihkan pandangannya. Dan ternyata yang datang adalah Arya. Dia juga terlihat kacau.

Berjalan perlahan, mendekat kearah Kiara. Namun Kiara membuang pandangannya kearah lain. Dia belum siap untuk bicara setelah apa yang dilihatnya hari ini.

"Kiara, kita harus bicara!" ucap Arya yang sedang berdiri tepat dihadapan Kiara. Namun Kiara masih diam, dia tak mampu mengatakan apapun.

Mata itu mulai berkaca-kaca lagi, menahan rasa pedih dihatinya.

"Apa yang kamu lihat itu tidak benar, saya bisa jelaskan semuanya "

Kiara menarik nafas berat, mencoba untuk lebih tenang.

"Mas tidak perlu menjelaskan apapun." jawab Kiara dengan suara parau .

" Kiara sudah paham semuanya, Kiara juga sadar apa yang pantas dan tidak Kiara lakukan."

" Apa maksud kamu Kiara?"

" Hari ini, Mas tidak menjemput Kiara karena sibuk dikantor."

" Kiara paham, tapi Kiara tidak sangka ternyata Mas punya kesibukan lain."

"Felicia ke kantor itu hanya kebetulan." jawab Arya yang terlihat panik.

"Kebetulan atau kesengajaan?" pipi Kiara telah basah oleh air mata.

Arya begitu bingung, apalagi melihat mata Kiara yang sembab. Dia dan Kiara baru ingin memulai hidup baru. Tapi semua malah jadi salah paham.

"Kiara minta maaf mungkin kehadiran Kiara tadi, malah membuat kebersamaan Mas dan perempuan itu berantakan."

"Kamu bicara apa Kiara? " ucap Arya.

Arya menarik kursi meja rias dan duduk dihadapan Kiara. Meraih jemari gadis cantik dihadapannya itu.

"Kiara, semua yang kamu katakan itu bukan lah apa yang sebenarnya terjadi." kali ini suara Arya terdengar berat.

"Tolong jangan seperti ini, dan jangan pernah berpikir kalau kamu itu bukan orang yang penting dalam hidup saya."

"Semua ini hanya salah paham, Felicia tiba-tiba saja muncul di kantor. "

" Saya bahkan tidak pernah tau keberadaan nya saat ini. "

" Tidak ada niat saya sedikitpun untuk menyakiti hati kamu Kiara. "

Kiara tersenyum getir, mendengar penjelasan Arya. Dia yang sebenarnya tidak punya hak atas Arya, lelaki yang tak pernah mencintainya itu.

Dan untuk saat ini, apa pantas dia cemburu, apa pantas dia merasa terganggu dengan kehadiran perempuan itu.

Pada dasarnya, dialah yang mengambil tempat nya. Apa sudah saatnya dia mengembalikan semuanya ?

Kiara terdiam, hatinya benar-benar terluka, tapi dirinya lah yang salah. Mencintai lelaki yang bukan miliknya.

"Kiara tidak pernah marah, Kiara hanya marah pada diri Kiara sendiri. kenapa Kiara harus mencintai Mas Arya."

" Padahal Kiara sadar, kalau hati mas telah dimiliki oleh orang lain. "

Arya menatap Kiara, pengakuan Kiara membuat hatinya ikut hancur. Seharusnya dia bahagia, namun kalau harus jujur Arya masih menyimpan perasaan nya untuk Felicia.

Perempuan yang menemaninya selama lima tahun itu, belum bisa dia lupakan begitu saja. Namun Arya juga tidak memungkiri kalau dia telah mulai membuka hatinya untuk Kiara.

Namun dia bimbang, apa yang harus dia lakukan? melepaskan Kiara setelah dua bulan pernikahan mereka, atau menghapus nama Felicia dari hati dan hidupnya ?