NovelToon NovelToon
“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

“Suara Hatiku Jadi Takdir Istana”

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Pembaca Pikiran
Popularitas:18.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Lian, gadis modern, mati kesetrum gara-gara kesal membaca novel kolosal. Ia terbangun sebagai Selir An, tokoh wanita malang yang ditindas suaminya yang gila kekuasaan. Namun Lian tak sama dengan Selir An asli—ia bisa melihat kilasan masa depan dan mendengar pikiran orang, sementara orang tulus justru bisa mendengar suara hatinya tanpa ia sadari. Setiap ia membatin pedas atau konyol, ada saja yang tercengang karena mendengarnya jelas. Dengan mulut blak-blakan, kepintaran mendadak, dan kekuatan aneh itu, Lian mengubah jalan cerita. Dari selir buangan, ia perlahan menemukan jodoh sejatinya di luar istana.

ayo ikuti kisahnya, dan temukan keseruan dan kelucuan di dalamnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28

Api unggun berderak pelan, cahayanya menari di wajah-wajah lelah yang duduk mengelilinginya. Malam di kaki Gunung Qifeng selalu dingin, kabut tipis kembali turun setelah ledakan siang tadi, seakan menutup semua jejak darah dan kehancuran. Namun, meski tubuh mereka beristirahat, hati setiap orang di lingkaran itu tak benar-benar tenang.

Chen Yun duduk bersila, tangannya menggenggam pedang yang bersandar di pangkuannya. Tatapannya menyorot tajam ke arah Feng Xuan, yang dengan tenang duduk bersandar pada batang pohon besar, matanya terpejam, seolah tidak peduli dengan kewaspadaan orang lain.

Di dekat api, Yuyan merapikan jarum-jarumnya, memastikan semua bersih dari noda darah. Sesekali ia menatap ke arah Lian yang diam menunduk, wajahnya tersaput cahaya oranye api unggun.

Liu Ning duduk sedikit lebih jauh, tangannya terulur ke tanah, membentuk lapisan tipis es di sekitarnya. Ia menjaga suhu tubuh tetap stabil, sekaligus bersiap jika sewaktu-waktu serangan datang.

Lian menarik napas panjang. Bayangan cahaya pedang yang tadi keluar dari tubuhnya masih jelas terasa. Jiwanya seakan bergetar tiap kali ia mengingat tatapan Feng Xuan. Suara pedang di dalam hatinya pun kini lebih sering terdengar, berbisik-bisik tentang “penyatuan” dan “takdir.”

Namun di saat bersamaan, hatinya juga bergejolak dengan rasa bersalah. Ia tahu betapa keras usaha Chen Yun untuk melindungi dirinya. Dan sekarang, kehadiran Feng Xuan, dengan kekuatan luar biasa, perlahan-lahan menyingkirkan peran itu.

“Lian,” suara Chen Yun memecah kesunyian.

Lian menoleh cepat. “Ya, Chen Yun ge?”

Tatapan lelaki itu dalam, seperti ingin mencari jawaban dalam mata Lian. “Apa kau benar-benar percaya pada orang itu? Pada Feng Xuan?”

Lian terdiam. Semua mata kini tertuju padanya.

Sebelum ia sempat menjawab, Feng Xuan membuka mata. Tatapannya tajam, namun nada suaranya tetap tenang. “Kau boleh curiga sepuasmu, Panglima Chen. Tapi satu hal yang tak bisa kau bantah jika bukan karena aku, kalian semua mungkin sudah menjadi abu di lembah tadi.”

Chen Yun menggertakkan gigi. “Itu bukan berarti kami bisa langsung mempercayaimu. Banyak musuh menyelamatkan untuk kepentingan mereka sendiri.”

Feng Xuan mengangkat alis tipis. “Kau benar. Tapi tanyakan pada gadis itu tanyakan pada jiwanya. Karena hanya dia yang tahu siapa aku sebenarnya.”

Lian terdiam. Suara pedang di dalam dirinya tiba-tiba bergetar kuat, seolah menyetujui perkataan Feng Xuan. Namun ia tak berani mengucapkan hal itu. Jika iya, maka Chen Yun akan semakin merasa tersisih.

“Cukup.” Lian menatap keduanya bergantian. “Aku tidak ingin ada pertengkaran. Kita semua punya tujuan yang sama menghentikan Liu Ming dan menyelamatkan rakyat. Itu sudah cukup.”

Keheningan kembali turun. Chen Yun akhirnya menunduk, menekan gejolak dalam dadanya.

Sementara itu, Feng Xuan tersenyum samar, seolah sudah cukup puas dengan jawaban itu.

---

Ketika api unggun mulai padam, Lian berdiri. “Aku ingin mengambil udara segar sebentar.”

Yuyan hendak bangkit menemaninya, tapi Lian menggeleng. “Tidak perlu. Aku hanya sebentar.”

Ia melangkah ke arah hutan kecil di tepi lembah. Cahaya bulan menembus celah dedaunan, menerangi jalan setapak. Suara serangga malam terdengar lirih, angin dingin menyapu wajahnya.

Namun tak lama kemudian, langkah lain menyusul. “Lian.”

Lian berhenti. Ia menoleh, menemukan Feng Xuan berdiri di belakangnya.

“Kau mengikutiku?” tanyanya.

Feng Xuan berjalan mendekat, wajahnya tetap tenang. “Aku tidak bisa tidur. Dan aku tahu kau juga tidak.”

Lian menunduk. “Banyak hal yang harus kupikirkan.”

Feng Xuan memandang langit, lalu berbisik, “Aku tahu. Tentang siapa dirimu, tentang siapa diriku, dan tentang apa yang menunggu kita di depan.”

Lian menoleh cepat. “Kau tahu apa yang menungguku?”

Tatapan Feng Xuan dalam, menusuk. “Aku melihatnya saat kita menyatukan pedang tadi. Kilasan masa depan. Liu Ming tidak hanya akan menyerangmu—ia akan mengorbankan seluruh rakyat demi melepaskan segel iblis. Dan hanya kita berdua yang bisa menghentikannya.”

Hati Lian berdegup keras. “Segel iblis… benar-benar ada?”

Feng Xuan mengangguk. “Itulah rahasia Klan Langit Abadi. Pedang kita bukan sekadar simbol kekuatan, tapi kunci. Jika dipisah, iblis tetap tersegel. Jika bersatu, ia bisa dibangkitkan… atau dihancurkan selamanya.”

Lian terdiam. “Jadi… takdir kita benar-benar tidak bisa dipisahkan?”

Feng Xuan menatapnya lama. Bibirnya bergerak pelan. “Ya. Kita adalah dua sisi dari satu jiwa.”

Luan menghela nafas pelan, "Takdir sedang mempermainkan ku, kau tau aku datang kemari hanya ingin membantu Liu Ning mengambil tahtanya kembali dari adiknya yang kejam. Aku hanya ingin rakyat hidup makmur, tapi perjalanan ku ini justru membuka siapa aku dan apa tujuan ku datang kedunia ini"

Feng Xuan memandang Lian lekat. “Apapun yang terjadi nanti, jangan pernah meragukan ikatan kita.”

Lian Memandang Feng Xuan untuk melihat kedalam nya, lalu tersenyum " Aku tau... Jika memang di takdir kan bersama maka tidak ada yang bisa memisahkan nya"

---

Sementara itu, jauh dari mereka, di sebuah aula gelap di ibukota, Kaisar Liu Ming duduk di atas singgasananya. Di hadapannya, seorang utusan bersujud, tubuhnya gemetar.

“Yang Mulia… dua pewaris Pedang Langit telah bertemu. Mereka menghancurkan pasukan bayangan dalam sekejap.”

Mata Liu Ming menyipit, cahaya merah samar berkilat di dalamnya. “Bagus. Sangat bagus. Itu berarti waktunya semakin dekat.”

Seorang wanita bergaun sutra merah muncul dari balik tirai. Selir Cun. Senyumannya manis, tapi matanya penuh racun. “Apakah Yang Mulia tidak khawatir? Dua pewaris bersatu, bukankah itu ancaman?”

Liu Ming tertawa pelan. “Justru itulah yang kuinginkan. Jika mereka bersatu, maka segel iblis akan terbuka. Dan saat itu terjadi, tidak ada satu pun yang bisa menandingi kekuatanku.”

Selir Cun menunduk hormat, namun di balik wajahnya tersimpan rasa puas. Ia tahu, semakin besar kekacauan, semakin besar pula kesempatan baginya untuk memperkuat pengaruh di istana.

---

Keesokan paginya, rombongan kecil itu melanjutkan perjalanan menuju kota.

Di perjalanan, Chen Yun berjalan di samping Lian, berusaha menahan perasaannya. “Lian, aku tahu kau mulai mempercayainya. Tapi aku mohon… jangan sampai dia membuatmu terluka.”

Lian tersenyum tipis. “Chen Yun ge, aku tahu kau selalu ingin melindungiku. Tapi kali ini, aku harus berjalan sendiri. Bukan berarti aku tidak butuhmu… hanya saja jalannya berbeda.”

Chen Yun terdiam. Hatinya seperti diiris. Namun ia hanya mengangguk. “Kalau begitu, aku akan tetap berjalan di belakangmu. Apapun yang terjadi.”

Dari kejauhan, Feng Xuan mendengar percakapan itu. Ia tidak berkata apa-apa, hanya menatap punggung Lian. Senyum tipis kembali muncul di wajahnya, senyum yang sulit ditebak apakah penuh kasih atau penuh rahasia.

...----------------...

Langit ibu kota Dinasti Liu dipenuhi awan kelabu, burung gagak beterbangan di atas tembok tinggi yang dicat merah gelap, warnanya sudah kusam termakan usia. Bendera kekaisaran berkibar lemah, tak semegah dulu. Dari kejauhan, ibu kota tampak megah, tapi begitu kaki menjejak jalan batu pertamanya, yang terlihat hanyalah rakyat dengan wajah letih, pedagang yang menjajakan barang lusuh, dan prajurit bersenjata lengkap yang menatap semua orang dengan curiga.

“Jadi ini ibu kota…” gumam Lian sambil melirik ke kiri dan kanan. Matanya menyapu pasar yang padat, di mana orang-orang menawar ikan asin sambil berbisik takut. “Megah dari luar, busuk di dalam. Persis seperti kue lapis basi yang ditaruh di piring emas.”

Chen Yun hampir tersedak napasnya mendengar komentar itu. “Kue… apa?”

Feng Xuan menoleh pada Lian, bibirnya terangkat tipis. “Aku setuju. Tapi aku belum pernah dengar istilah kue lapis basi.”

Lian mengangkat dagu, penuh percaya diri. “Itu istilah khusus. Hanya orang pintar yang bisa mengerti.”

Yuyan yang berjalan di belakang langsung menutup mulut menahan tawa. “Pintar atau lapar?” bisiknya kecil, cukup untuk dirinya sendiri.

Liu Ning menatap interaksi Lian dan Feng Xuan, darahnya naik ke kepala. Ia menghentakkan kaki kudanya lebih keras, menyalip ke depan. “Kalian jangan terlalu santai. Ingat, kita sudah berada di sarang naga. Satu kesalahan kecil, bisa berakhir mati semua.”

“Tenang saja, yang mulia.” Lian menyusul kudanya, senyum usil menghiasi wajah. “kemapa wajahmu terlihat berkerut marah seperti sedang melihat istri selingkuh saja"

Liu Ning menoleh cepat, wajahnya memerah. “A-apa yang kau katakan, jangan aneh aneh!”

Chen Yun di samping mereka berdeham keras. Tapi jantungnya sendiri terasa diremas. Ia sudah sering mendengar Lian bercanda, tapi saat ini melihat Lian bersenda gurau dengan Feng Xuan ia ingin berteriak agar gadis itu berhenti tersenyum pada orang lain.

Namun ia hanya bisa diam.

bersambung

1
Cindy
lanjut kak
Srimulyani
wah cinta segiempat Cen Yun banyak saingan
hani chaq
orang licik ga akan bertahan lama karna bakal termakan balik dengan kelicikannya
hani chaq
jodohnya kian dekat.....ayo semangat berjuang setiap keburukan pastilah akan kalah
hani chaq
emang seorang yg kuat harus berjodoh ma yg lebih hebat
hani chaq
masih menjadi teka teki siapa jodoh pedang langit
hani chaq
ini baru tambah asik.mantap polllll..... pokoknya
hani chaq
jgn biarkan ke4 org itu ada yg hilang.ayo.....kalian bisa
hani chaq
ayolah chen....ajari lian bela diri.seenggaknya bisa buat lebih bermanfaat
nara 🇮🇩 🇹🇼
bearti lian tak berjodoh denga kaisar liu ning,,kalau lian ketemu dengan pemilik pedang langit feng xuan,,
hani chaq
sayang sekali yg cewek2 pd ga bisa bertarung
hani chaq
benar2 jodohnya lian
kaylla salsabella
wah kasihan nanti Liu ning klu kian nikah sma pewaris satu nya
Tiara Bella
makasih Thor up nya....sangat menghibur berasa nnton dracin.... semangat ya
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
berada selalu disisi nya untuk menuju kebahagiaan
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
wahhh, seperti harapan ku dong /Applaud/
seorang kaisar yang sangat berwibawa yang akan menjadi jodoh nya Lian
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
Lian bobo' cantik, sementara keluarga nya kelimpungan nyariin /Facepalm/
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
penyesalan mu telat raja, Lian udah menutup hati nya untuk istana xu
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
kabulin dong yang mulai, biar Lian bisa buat gebrakan baru
ᵉᶠ ↷✦; 𝓔 𝓵 𝓵 𝓮 ❞
pintar, Lian sang jenius baru muncul 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!