sesekali kamu harus sadar kalau cowok cool, ganteng dan keren itu membosankan. lupakan kriteria "sempurnah" karena mereka tidak nyata.
hal - hal yang harus diketahui dari sosok pian :
1. mungkin, sedikit, agak, nggak akan pernah ganteng, cool, apalagi keren. bukan berarti dia jelek
2. nggak pintar bukan berarti dia bodoh
3. aneh dan gila itu setara
4. mengaku sebagai cucu, cucu, cucunya kahlil gibran
5. mengaku sebagai supir neil armstrong
6. mengaku sebagai muridnya imam hanafi
7. menyukai teh dengan 1/2 sendok gula. takut kemanisan, karena manisnya sudah ada di pika
8. menyukai cuaca panas, tidak suka kedinginan, karena takut khilaf akan memeluk pika
9. menyukai dunia teater dan panggung sandiwara. tapi serius dengan perasaannya terhadap pika
10. menyukai pika
ada 4 hal yang pika benci didunia ini :
1. tinggal di kota tertua
2. bertemu pian
3. mengenal sosok pian, dan....
4. kehilangan pian
kata orang cinta itu buta, dan aku udah jadi orang yang buta karena nggak pernah menghargai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fchrvlr0zak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ULAH PIAN
Lebih dari dua ratus siswa di sekolah ini. dan seperempatnya menghabiskan waktu di mushollah saat jam istirahat ke dua. tapi sampai dekit ini, sholat belum juga di mulai. sedangkan beberapa murid lain masih setia menunggu di luar, untuk mengantre.
"minggirr yatt, biar aku aja yang jadi imamnya!" pian mendorong tubuhnya data. hingga kini tubuhnya tepat di atas sajadah imam.
"nggak mau. kalau nanti kamu yang jadi imamnya, kamu malah bawa kami semua ke nereka. udah, biar, aku aja. aku bisa jadi imam yang baik." dayat tidak mau kalah dan gantian mendorong tubuh pian.
pian kesal. dia langsung mengangkat tubuh dayat, membawa keluar mushollah. kemudian mengunci pintu mushollah.
pintu di gedorr berulang - ulang kali saat dayat berteriak. "bangsat kau alvin! astagfirullah, batal wudhu aku."
tapi sepertinya pian tidak merasa terusik dan tetap melanjutkan misinya sebagai imam.
"mari kita sama - sama menuju ke surga." ujar pian kembali ke posisinya semula. "mari luruskan syaf-semuanya" pian berbalik badan, memerhatikan syaf di belakangnya yang masih kosong melompong.
"kalian nggak mau sholat?" tanya pian. tidak ada yang mau menjawabnya.
"percaya sama aku, aku bisa bimbing kalian masuk surga. aku ini muridnya imam hanafi." ujar pian dengan bercanda tapi dengan wajah serius yang menyebalkan. berhasil membuat semua orang yang berada dalam mushollah terkekeh geli.
"ppss, agen." pian berbisik matanya tertuju pada pika. "agen sini, kita sholat bareng. biarin aja mereka yang masuk neraka."
semua orang langsung menatap pika sambil bersorakk cieee cieee.... rasanya ingin sekali pika berteriak penuh amarah. tapi dia berusaha untuk menahannya dan bersikap sabar.
pika langsung mengambil posisi. begitu juga teman - teman lain yang mengikuti. kemudian sholat dzhur di mulai. selama hampir 30 menit. tanpa zikir. entah surat apa yang di bacakan oleh pian.
*********
"alvin sukses menjadi imam perdananya." teman - teman cowok memberikan ucapan selamat dan lebih menjerumus ke ejekan.
pian mengajukan jempol bangga. "suksess, bro!" lalu ia berjalan sambil menenteng sepatunya dan duduk di kursi panjang tepat di sebelah pika.
"tumben sholat? dapet pencerahan juga akhirnya." pak sahdan, guru agama islam di sekolah ini yang berjalan melewati pian.
"iyaa pak. ada pencerahan pintu surga. bidadarinya aja lagi dudu di sebelah aku."
pak sahdan tertawa renyah sambil melirik pika sekilas. pika hanya mampu menundukkan kepala, menyelipkan sejumput rambut. sambil mengumel jengkel di dalam hati. benar - benar kelakuan si pian kenapa dia suka buat gue malu
"agen, tadi aku sholat." pian kembali berbicara.
tapi pika enggan menggubrisnya. apalagi menatapnya.
"untuk yang pertama kalinya." bisik pian. membuat bulu kuduk pika meremang. "aku sholat bukan karna mau pamer atau curi perhatian di depan kamu. tapi, cuma mau nunjukin sama kamu kalau aku punya agama."
**********
S A L A M M A K N Y A P I A N . . .
M A K N Y A P I A N S A Y A N G K A L I A N S E M U A . . .
T I N G K A H L A K U N Y A P I A N M A H G I T U S U D A H B I A S A M A K H A D A P I N H E H E H E