Menjadi seorang dokter bedah ilegal di dalam sebuah organisasi penjualan organ milik mafia berbahaya, membuat AVALONA CARRIE menjadi incaran perburuan polisi. Dan polisi yang ditugaskan untuk menangani kasus itu adalah DEVON REVELTON. Pertemuan mereka dalam sebuah insiden penangkapan membuat hubungan mereka menjadi di luar perkiraan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pengepungan
Hari yang dinanti pun telah tiba. Langit sudah gelap ketika Devon membuka matanya. Hari itu dia sengaja tidur sejenak untuk mengisi energi dan tenaganya malam ini.
Ini adalah hari di mana dia dan timnya akan mengakhiri bisnis ilegal Don Vittorio. Tiga markas utama sindikat narkoba dan perdagangan organ itu akan digerebek secara serentak.
Tapi tugas Devon berbeda. Dia memilih pergi ke markas paling terpencil, tempat di mana semua bukti kejahatan Vittorio disimpan.
Markas itu terlihat seperti peternakan biasa dari luar dengan padang rumput luas, kandang kuda, dan pagar kayu yang sudah lapuk.
Tapi di balik itu semua, ada tempat mengerikan yang tersembunyi. Di bawah tanah, ada ruangan-ruangan dingin berisi mayat-mayat yang dibekukan, yang sebelumnya menjadi penghasil organ ilegal berharga fantastis.
Dan menurut informannya, ada kuburan massal di sekitar pegunungan, tempat mayat-mayat korban dibuang setelah diambil organnya.
Devon menghela napas, merasakan dinginnya pisau belati yang terselip di sepatu botnya dan dua pistol di pinggang dan dadanya. Dia tidak akan membiarkan Don Vittorio lolos kali ini.
*
*
*
Ponsel Ava bergetar beberapa kali di saat dia sedang membedah mayat baru malam itu. Dia tak mengangkatnya agar pekerjaannya cepat selesai.
Hari ini dia tak ditemani oleh Mark, karena pria itu tiba-tiba harus mengawal Don Vittorio yang akan datang malam ini di bandara.
Namun, telepon itu sama sekali tak berhenti bergetar. Dengan kesal dia melepas safeglove latex yang dia kenakan.
Dia melihat nama Alex, di layar ponselnya. Akhirnya dia mengangkat sambungan telepon itu.
“Halo, ada apa?” sahut Ava dingin.
“Ava, pergi dari markas sekarang juga!” Suara Alex terdengar panik.
“Aku masih ada pekerjaan.”
“Tinggalkan! Polisi akan mengepung markas itu malam ini! Kau harus segera pergi. Ambil pistol di bawah meja Mark!”
Ava melebarkan matanya dan masih terpaku.
“Ava! Cepat pergi sekarang!!” teriak Alex dari seberang telepon.
“Kau di mana?” tanya Ava dengan sedikit gemetar.
“Aku bersama Don dan Mark di markas kota. Aku akan segera ke sana setelah urusan di sini selesai. Berjalanlah di jalan setapak menuju ke pondok kecil di hutan. Kau tahu, kan? Nanti aku akan menjemputmu di sana. Sekarang, cepat pergilah! Tak ada waktu lagi, Ava!”
“Ya.” Lalu Ava menutup sambungan teleponnya dan segera mengemasi barang-barangnya.
*
*
*
Di markas polisi, suasana tegang terasa. Devon, pemimpin operasi, menggelar peta di atas meja.
"Kita punya tiga target," ujarnya, menunjuk tiga titik merah di peta. "Tim Biru ke gudang pelabuhan, Tim Merah ke markas Vittorio di kota, dan aku sendiri yang menangani markas di peternakan itu."
Mata para anggota tim tertuju padanya. Mereka tahu markas peternakan adalah yang paling berbahaya.
Tidak hanya dijaga oleh algojo-algojo Vittorio, tapi juga penuh dengan jebakan.
"Kau yakin bisa sendirian?" tanya Gareth, sniper andalan tim.
Devon mengangguk. "Aku sudah mempelajari denahnya. Ada terowongan rahasia di belakang gudang. Itu jalan tercepat ke ruang pendingin."
Gareth menghela napas. "Baik. Tapi ingat, Vittorio punya banyak orang bersenjata di sana. Jika kau terjebak, kita tidak bisa cepat membantu."
Devon tersenyum kecil. "Justru itu yang kutunggu. Jika markas terpentingnya terkepung dan dilumpuhkan—maka dengan sendirinya Vittorio akan segera muncul.”
“Baiklah! Sekarang kita semua bersiap dan menuju tempat operasi kita masing-masing!” Suara Devon menggelegar penuh semangat.
masih penasaran siapa yg membocorkan operasi Devon di markas Don Vittorio dulu ya 🤔🤔